Merdeka.com - Berkacamata hitam, kaos polo, dan celana warna senada, Mario Dandy Satriyo pamer skill mengendarai Harley Davidson. Lokasinya di sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Dia meliuk-liuk dan berputar di atas motor jenis Road Glide berkelir hitam.
Di video lainnya, Mario Dandy tampak melakukan wheelie, atraksi mengangkat roda depan motor saat melaju di Jalan Sudirman, Jakarta.
Sosok anak mantan kepala bagian umum Kanwil Ditjen Pajak Jakarta II, Rafael Alun Trisambodo itu menjadi sorotan. Profilnya dikuliti habis netizen. Tindakan brutalnya menganiaya Cristalino David Ozora Latumahina membuat warganet mencari jejaknya di dunia maya.
Hasilnya, banyak video dan foto Mario Dandy kerap memamerkan barang mewah. Salah satunya adalah mobil Jeep Rubicon yang kini disita kepolisian. Barang bukti saat dia menghajar David hingga koma.
Kasus penganiayaan Mario Dandy merembet ke mana-mana. Ayahnya terkena imbas. Harta pejabat dan pegawai pajak dipergunjingkan khalayak. Di media sosial, banyak istri dan anak-anak pejabat yang hobi pamer gaya hidup kelas atas. Barang-barang bermerek, mobil mewah, liburan ke luar negeri, hingga rumah megah.
KPK turun tangan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga geram. Dia meminta klub motor gede (moge) Belasting Rijder yang anggotanya para pegawai Ditjen Pajak dibubarkan.
Setelah kasus Mario Dandy mencuat dan harta pegawai pajak disorot publik, muncul pandangan bahwa penyelenggara negara yang menggunakan moge melanggar kepatutan dan kepantasan. Sri Mulyani menegaskan, Kemenkeu harus berupaya memperbaiki reputasi dan kredibilitas institusinya.
"Hobi dan gaya hidup mengendarai moge menimbulkan persepsi negatif masyarakat dan menimbulkan kecurigaan mengenai sumber kekayaan para pegawai DJP," ucapnya.
"Ini mencederai kepercayaan masyarakat," tukasnya.
"Harley Davidson ini paling berkarakter, bisa dibilang paling manly (jantan)."
Ucapan itu dilontarkan Michael Kawilarang (34) saat diminta mendeskripsikan motor bergaya klasik buatan Amerika Serikat tersebut. Motor ini pertama kali diproduksi pada tahun 1903 di Milwaukee oleh dua pemuda bernama Bill Harley dan Arthur Walter Davidson.
"Sebenarnya brand motor (klasik) lain banyak. Di Amerika masih ada Indian Motorcycle, di Inggris ada Triumph dan Norton, lalu ada BMW dari Jerman," imbuhnya saat dihubungi merdeka.com pekan lalu.
Tergabung dalam komunitas Ikatan Sport Harley Davidson (ISHD), Mike, sapaan akrabnya, mengaku pertama mengenal motor Harley Davidson dari kakeknya. Hobi bermotor itu tidak menurun ke ayahnya. Tapi Mike mengaku suka motor besar dan banyak mendapat informasi dari sang kakek.
ISHD sendiri merupakan salah satu komunitas Harley Davidson tertua di Indonesia, berdiri sejak 1968. Anggotanya sebagian besar berusia senior dengan koleksi motor Harley Davidson klasik.
Baru lima tahun lalu Mike mulai serius. Banyak teman SMA dan kuliahnya yang punya Harley Davidson, membuat Mike akhirnya memutuskan meminang Harley Davidson tipe Softail Custom (FXSTC) 1997 Evo. Pekerjaannya sebagai wirausahawan membuat Mike mampu menebus motor yang harganya di atas Rp400 juta itu.
Bagi Mike, memiliki Harley Davidson bukan untuk gagah-gagahan. "Bukan karena punya Harley jadi merasa sangar, enggak sama sekali," tegasnya.
Cerita berbeda disampaikan Denis (19), mahasiswa perguruan tinggi negeri di Bandung. Baru dua tahun terakhir dia rutin mengendarai Harley Davidson. Dia menggunakan motor itu untuk transportasi dari indekosnya ke kampus di kawasan Jatinangor, Sumedang.
Sejak kecil, Denis mengaku senang dengan motor. Bapaknya memiliki bengkel khusus motor Harley Davidson di Bekasi. Motor tipe softail yang kini dipakai, milik bapaknya. Ukurannya, dibanding jenis Harley Davidson lain termasuk kategori sedang. Dikendarai untuk aktivitas harian masih nyaman.
Denis menolak dianggap pamer dengan membawa Harley Davidson ke kampus. Bapaknya justru yang meminta dia menggunakan motor itu karena jarang dipakai.
"Bokap nyuruh manasin, karena di rumah jarang dipakai. Jadi, bawa ke kampus sekadar ingin manasin. Kalau dipandang sama orang kayak terlalu riya atau gimana, kan itu pandangan mereka. Niat aku cuma mau manasin," tuturnya.
Dia mengaku tak khawatir dengan razia polisi. Motornya dilengkapi surat resmi. Untuk para anak muda pemakai Harley Davidson seperti dirinya, Denis berharap mereka menjaga sikap selama berkendara. Jangan arogan.
"Pajak Harley aku sekitar 2 jutaan," ujarnya.
Advertisement
Saat KPK turun tangan menelusuri aset dan harta kekayaan Rafael Alun Trisambodo, ditemukan bahwa motor Harley Davidson yang dipakai Mario Dandy tidak memiliki surat-surat. Motor seharga Rp1 miliar lebih itu ternyata menggunakan pelat nomor palsu alias bodong.
Dalam beberapa foto yang diungkap warganet, motor jenis Road Glide itu pernah memakai pelat nomor B 6000 LAM saat dikendarai Rafael. Deputi Pencegahan dan Monitoring KPK Pahala Nainggolan memastikan pelat nomor itu tidak terdaftar di Samsat Polri.
Pahala mengungkapkan, Rafael juga mengakui pelat nomor Harley Davidson itu palsu. "Yang bersangkutan sudah akui juga itu bodong," ujar Pahala awal Maret lalu.
Cerita soal pelat palsu motor Harley Davidson sudah menjadi rahasia umum. Banyak pemilik yang mengakui motor mereka tak punya surat resmi atau sering disebut 'no paper'. Di situs jual beli online, motor Harley Davidson tanpa surat resmi, ada yang dijual di kisaran harga Rp100 jutaan, tergantung tipe dan tahun. Penjual hanya mencantumkan informasi 'STNK only'.
Untuk penjual yang mencantumkan keterangan motor lengkap, STNK, BPKB, hingga faktur, harganya di atas Rp200 juta.
Untuk menyiasati motor bodong, di kalangan pemilik moge, tak cuma Harley Davidson, ada istilah 'STNK Bantuan'. STNK ini diterbitkan oleh oknum polisi dengan harga yang cukup mahal. Moge bodong bisa melenggang bebas di jalanan. Mereka mendapatkan pelat nomor dan STNK seolah-olah resmi dengan data-data sesuai motor bodong mereka, padahal palsu.
Risiko menggunakan STNK bantuan ini cukup besar. Pemilik yang ketahuan, motornya bisa disita. Agar tak terjaring razia polisi, pengendara Harley Davidson selalu berkelompok saat berkendara atau turing ke luar kota. Tak jarang, mereka meminta pengawalan dari polisi sebagai voorijder.
Direktur Registrasi dan Identifikasi Korps Lalu Lintas Polri (Dirregident Korlantas Polri) Brigjen Yusri Yunus yang dikonfirmasi menyatakan, soal pajak moge, pihaknya tidak mengurusi.
Mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya itu juga mengaku tidak tahu data jumlah seluruh moge yang ada di Indonesia saat ini. Korlantas hanya memiliki data moge yang diregistrasi secara resmi, namun dia tidak hafal angkanya.
Soal motor bodong, Yusri mengatakan bukan bagiannya. "Kita enggak tahu, kalau itu reserse," ujarnya.
Saat merdeka.com mencari informasi ke Badan Pendapatan Daerah DKI, salah satu staf yang dihubungi mengaku tak memiliki data khusus soal moge. Dia mengaku tidak bisa memberi informasi karena data itu harus direkap terlebih dahulu.
Deka Suryanegara, anggota Street Glide Owners Group dan Motor Besar Indonesia (MBI) tidak menampik keberadaan motor bodong di kalangan pemilik Harley Davidson. Sebagian besar merupakan motor custom atau hasil modifikasi.
"Biasanya motor-motor custom ini nomor mesinnya sama, STNK dan surat-suratnya ada, tetapi mereka meregistrasi kembali motornya. Saya enggak terlalu paham detailnya gimana," ujarnya kepada merdeka.com.
Untuk mendapatkan Harley Davidson dengan harga terjangkau, beberapa pemilik merakitnya sendiri ketimbang membeli melalui dealer resmi di Indonesia. Caranya, mereka membeli unit motor bekas dari luar negeri, dan mengirimnya ke Indonesia dengan kondisi terurai.
Modus itu dilakukan mantan Dirut PT Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra alias Ari Askhara. Dia divonis pidana penjara 1 tahun dengan masa percobaan 20 bulan, denda Rp 300 juta karena menyelundupkan Harley Davidson dan sepeda Brompton pada 2021 lalu.
Deka menyebut praktik itu banyak dilakukan. "Membangun Harley untuk jadi motor itu tinggal beli mesinnya, beli rangkanya, dan beli body-nya. Kita enggak bisa pungkiri yang punya motor bodong itu pasti ada, satu dua," ungkapnya.
Suherli, direktur Harley Davidson Owner Group (HOG) Anak Elang Jakarta Chapter juga mengakui soal motor bodong ini. Namun, biasanya mereka tidak tergabung dalam komunitas atau klub resmi. Di HOG, semua member yang terdaftar harus melampirkan STNK.
"Beberapa teman aku ada juga yang bodong tapi tidak di Harley Owner Group, karena HOG pasti dari dealer. Kalau ada yang beli motor baru di dealer itu udah pasti otomatis menjadi member HOG, dia pasti bersurat. Kalau selama dia daftar tidak ada surat kita enggak terima," ujarnya.
Suherli menambahkan, banyak pemilik Harley Davidson yang mengoleksi lebih dari satu motor. Tidak semuanya bersurat lengkap. HOG sebagai organisasi, tidak bisa memantau kepemilikan selain motor yang didaftarkan oleh anggota.
"Kalau motor enggak ada surat, enggak bisa masuk (jadi anggota HOG). Tetapi kalau untuk sekadar teman kumpul-kumpul doang enggak apa-apa. Kalau untuk touring pasti bakal kita umumkan dan harus daftar. Jadi, dia harus melampirkan motor yang akan dipakai itu," jelasnya.
Persepsi arogan yang muncul di masyarakat terkait perilaku pengendara Harley Davidson menjadi pengingat bagi Michael Kawilarang saat berkendara. Dia bahkan tidak menggunakan klakson.
Mike menjelaskan, penyebab utama cap arogan disematkan karena bunyi motor yang berisik. Dengan kapasitas mesin besar, suara yang dihasilkan menggelegar. Motor ini harus terus melaju agar mesin tidak panas dan membuat pengendara tersiksa.
"Jadi, saat motor berhenti, otomatis temperatur akan naik tinggi. Sebenarnya semua udah pada tahu lah kalau itu adalah sifat dasar dari mesin Amerika. Tetapi balik lagi kalau arogan itu dari pengendaranya. Karakter mesinnya memang seperti itu," ujarnya.
Deka Suryanegara juga menjelaskan hal serupa. Ketika terjebak macet atau berhenti di lampu merah, salah satu cara untuk menurunkan suhu adalah dengan memutar gas motor tersebut supaya uapnya keluar.
"Kalau kami biarkan motornya idle, itu akan sangat panas. Jadi, kalau orang menyebutnya kami arogan, sebenarnya kami sedang menyelamatkan diri kami sendiri," ujarnya.
Demikian juga saat sedang dalam perjalanan touring, rombongan pengendara Harley Davidson harus menjaga jarak dengan pemotor lain. Dengan beban motor yang berat, pengendara Harley Davidson tidak bisa mengerem mendadak seperti motor kecil
"Kita harus mengambil jarak. Bukan arogan, tetapi penggunaan Harley itu sendiri yang memang berbeda dan perlu keterampilan khusus untuk mengendarainya dengan berat 300-500 kg," imbuh Deka.
Berbeda dengan di luar negeri, Deka menilai, pengendara Harley Davidson di Indonesia mayoritas berawal dari hobi. Sementara di luar negeri klub motor Harley Davidson banyak yang terlibat gangster aksi kriminal.
"Buat kami yang ada di dalam klub lebih mengutamakan sopan santun di jalan, enggak menerobos lampu merah. Jangan sampai hal seperti ini merusak citra dari anak motor besar di Indonesia," ujarnya.
Reporter: Ravi Indra Jaya Putra
[bal]Baca juga:
Memiliki Harley Davidson, Hobi atau Simbol Status Sosial?
Cerita Tentang Harley Davidson: Kemewahan, Bodong Hingga Stigma Arogan
Advertisement
Sandiaga Uno: Turis Asing Tak Boleh Bekerja di Indonesia
Sekitar 1 Hari yang laluCerita Kelakuan Ugal-ugalan Bule di Bali
Sekitar 2 Hari yang laluDirektur HOG Anak Elang Jakarta: Pengendara Harley Arogan itu Cerita Lama
Sekitar 1 Minggu yang laluMemiliki Harley Davidson, Hobi atau Simbol Status Sosial?
Sekitar 1 Minggu yang laluCerita Tentang Harley Davidson: Kemewahan, Bodong, hingga Stigma Arogan
Sekitar 1 Minggu yang laluMembedah Pengeluaran Kandidat Demi Menang Pemilu
Sekitar 2 Minggu yang laluUang 'Siluman' di Pertarungan Pemilu
Sekitar 2 Minggu yang laluPintu Projo Ditutup untuk Anies
Sekitar 3 Minggu yang laluKetum Projo Budi Arie Setiadi: Kami Tunggu Perintah Jokowi sebagai King Maker
Sekitar 3 Minggu yang laluQuo Vadis Relawan di Pemilu 2024
Sekitar 3 Minggu yang laluManuver Relawan Jelang Pilpres: Karena Kami Bukan Gerombolan
Sekitar 3 Minggu yang laluBaliho Raksasa dan Terungkapnya SMS Marah Besar SBY pada Anas Urbaningrum
Sekitar 1 Bulan yang laluKapolda Riau dan Anak Buah Masuk Mal, Apa yang Dilakukan?
Sekitar 47 Menit yang laluTeddy Minahasa Jalani Sidang Tuntutan Hari Ini
Sekitar 1 Jam yang laluAda Polisi Berambut Gimbal di Papua, Sosoknya Disayang Panglima Perang-Anak Kecil
Sekitar 2 Jam yang lalu3 Jenderal Polri Lulusan 1988 Dimutasi, Ada Lulusan Terbaik Eks Ajudan Presiden
Sekitar 2 Jam yang laluCEK FAKTA: Hoaks Penemuan Tulang Manusia dan Bom di Ruang Rahasia Rumah Ferdy Sambo
Sekitar 2 Hari yang laluVIDEO: "Papa Kangen" Isi Surat Sambo & Putri Candrawathi ke Anak Tercinta
Sekitar 5 Hari yang laluSepucuk Surat Ferdy Sambo & Putri untuk Si Bungsu yang Ultah, Ada Pesan Haru
Sekitar 6 Hari yang laluPutra Bungsunya Ulang Tahun, Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Tulis Pesan Haru
Sekitar 6 Hari yang laluLPSK Cabut Perlindungan Richard Eliezer Buntut Wawancara TV, Ini Kata Pengacara
Sekitar 2 Minggu yang laluAlasan LPSK Cabut Perlindungan Bharada Richard Eliezer
Sekitar 2 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan Terhadap Bharada Richard Eliezer
Sekitar 2 Minggu yang laluCEK FAKTA: Hoaks Permintaan Terakhir Sambo Satu Sel dengan Putri Sebelum Dihukum Mati
Sekitar 2 Minggu yang laluTOP NEWS: Harta Miliaran Rafael Terbongkar | LPSK Kecewa Berat Eliezer Langgar Aturan
Sekitar 2 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan, Bharada E akan Diperlakukan Seperti Ini oleh Polisi
Sekitar 2 Minggu yang laluVIDEO: Duduk Perkara Hingga LPSK Cabut Perlindungan Buntut Eliezer Wawancara di TV
Sekitar 2 Minggu yang laluVaksin IndoVac Sudah Bisa Digunakan Sebagai Booster Kedua Masyarakat 18 Tahun ke Atas
Sekitar 3 Minggu yang laluHoaks, Kemenkes Terbitkan Artikel Pria Tak Vaksinasi Berefek pada Kualitas Sperma
Sekitar 1 Bulan yang laluBRI Liga 1: Bekcham Putra Siap Bayar Kegagalan Eksekusi Penalti ke Gawang Persija
Sekitar 1 Jam yang laluPrediksi Bhayangkara FC Vs RANS Nusantara di BRI Liga 1: Kans The Guardian Petik 3 Poin
Sekitar 2 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami