Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Akal dan manajemen kos-kosan

Akal dan manajemen kos-kosan Kamar kos mewah Setiabudi. ©2012 Merdeka.com

Merdeka.com - Sebutlah namanya Akal. Usianya baru 32 tahun. Namun jiwa wirausahanya tak pernah putus ataupun berhenti. Dia sukses membuktikan otak lebih berharga dibanding sekadar harta benda.

Oke, kali ini saya mau menyampaikan sebuah fakta, cerita perjuangan Akal - bukan nama sebenarnya - meski peristiwanya benar terjadi. Kalau Anda bisnis mobil, tentu modal punya kendaraan roda mepat jadi keharusan. Demikian pula ketika kita berangan-angan ingin berbisnis hotel, ya harus punya hotel lebih dulu.

Pun demikian saat ingin terjun ke usaha kos-kosan. Tentu yang anda pikirkan adalah kewajiban memiliki sekian petak rumah kos sebagai awalan.

Anggapan anda benar, tapi cerita Akal berikut ini bisa membuat sebagian orang konvensional bilang: kok bisa ya memulai semua usaha itu tanpa modal milik sendiri?

Itulah yang dilakoni Akal dan kawan-kawan. Remaja asal Banyuwangi ini menggeluti sekolah di Bandung jurusan hukum, tapi punya hobi kuliner.

Setamat kuliah, dia kerja di hotel. Hanya bertahan setahun, dia menabung lantas mendirikan resto bersama kawan-kawannya. Bisnis Akal hanya mulus setahun. Di tahun kedua, omzet turun drastis drastis. Saat terancam bangkrut, dia mampir ke Jogja.

Di kota Gudeg itu, Akal kembali mencoba peruntungan buka kafe. Modalnya ratusan juta, hasil pinjam sana-sini. Dalam tempo setahun kafenya naik daun. Pada tahun ketiga ketika konsepnya dicontek banyak orang, bisnis Akal amblas lalu kembali ditutup.

Nah, ternyata ini merupakan moment of the truth alias titik balik bagi wirausahawan muda ini. Mengapa disebut sebagai titik balik? Ketika dia memutuskan tutup usaha, dia pun akhirnya melepas seluruh karyawannya. Tempat kos karyawan yang selama ini dia bayari, tidak dilepas. Sehingga dia memiliki banyak kamar kos kosong.

Dari situ ide bisnisnya berputar. Dia pasarkan tempat kos bekas karyawannya. Ada yang bagus, ada yang jorok, ada yang bersih, dan ada yang pakai AC. Nampaknya, yang fasilitasnya bagus cepat diambil orang, yang jorok susah laku.

Akhirnya, terpikirkan dalam benaknya, kenapa tak bikin bisnis menjajakan tempat kos (kos-kosan) saja?

Setelah sukses melego tempat kos bekas karyawan kafenya, dia pun mencoba mencari tempat-tempat kos lain. Dia cari yang sudah buruk dan tidak dirawat. Dia datangi pemiliknya, dia sulap jadi kamar kos yang nyaman, dicat, kasih mesin cuci, lantai dibagusin, sebagian ada yang pakai AC, dan sebagainya.

"Saya menawarkan manajemen kos-kosan," kata Akal. Jasa manajemen ini memberikan solusi, memasarkan, merenovasi, maintenance, penagihan, dan tenaga kontroller serta induk semang atau sekuriti.

Sistem bagi hasilnya macam-macam, ada yang 30-70, 40-60, sampai 50-50 kepada pemilik kos yang asli. Laba paling besar masuk ke kantong pihak yang investasi paling besar. Tergantung, bisa ke pemilik rumah atau malah Akal yang keluar duit banyak untuk renovasi.

Ada beberapa syarat bagi pemilik rumah bergabung manajemen kos-kosan model Akal ini. Pertama adalah lokasi rumah harus nyaman, lingkungan tenang, tidak terlalu jauh dengan transportasi umum, dekat kantor atau kampus ternama, serta saluran air dan sanitasi baik.

"Kalau itu tidak terpenuhi, penghuni tidak tahan lama. Karena kurang nyaman," ungkap Akal sembari menjelaskan kiatnya menyulap kos-kosan.

Setelah sukses di Jogja, kembali dia mengembangkan bisnisnya ke Bandung. Saat ini, jumlah kamar yang dikelola lebih dari 800-an hanya di dua kota tersebut. Meski secara konsep bisnis sama, menurut Akal, mengelola pasar indekos di dua tempat ini butuh pendekatan berbeda, dikarenan karakter dan kulturnya berbeda. Tapi Akal menganggapnya sekadar bagian dari seni pengelolaan tantangan.

Bagi pemilik rumah yang sudah tinggal sendiri atau sudah berumur dan rumahnya tidak terpakai, solusi dari Akal ini cukup menarik. Sebab, dengan demikian, mereka - terutama keluarga sepuh - bisa menerima semacam pemasukan rutin tambahan dari hasil pengelolaan rumah untuk kos-kosan. Keuntungan lain, kondisi rumah mitra Akal dijamin tetap terawat. Tidak sekadar mendapatkan bagi hasil uang sewa, mitra juga mendapat laporan kinerja serta identitas penyewa (kos).

Di sisi lain, penghuni kos atau penyewa yang memakai jasa Akal, dapat selalu memastikan kondisi rumahnya. Bila kurang bagus atau bocor, maka dalam waktu cepat akan dapat pengganti di tempat lain yang tidak jauh lokasinya. Namun kalau penghuni sudah cocok, maka dalam waktu singkat, setiap temuan cepat dibereskan.

Bisnis ternyata tidak cuma soal produksi dan dagang (trading/calo), tapi menjual jasa layanan manajemen juga cukup menjanjikan. Anda pasti juga punya ide-ide bisnis yang kreatif dan menarik.

Silakan kirim email ke idebisnis@merdeka.com. Yang inspiratif akan kami muat dan ulas. ***

(mdk/war)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pernah Gagal Berkali-kali, Ibu Asal Bojonegoro Kini Sukses Berbisnis Tas Anyaman Pembelinya dari Jakarta hingga Bali
Pernah Gagal Berkali-kali, Ibu Asal Bojonegoro Kini Sukses Berbisnis Tas Anyaman Pembelinya dari Jakarta hingga Bali

Ia memilih berbisnis dari rumah agar bisa membersamai tumbuh kembang anak-anaknya

Baca Selengkapnya
Jalankan Bisnis Bareng Sejak Kuliah, Pasutri Asal Malang Mengaku Rezekinya Mengalir Deras setelah Punya Anak
Jalankan Bisnis Bareng Sejak Kuliah, Pasutri Asal Malang Mengaku Rezekinya Mengalir Deras setelah Punya Anak

Saat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.

Baca Selengkapnya
Ciptakan Peluang Usaha, Ratusan Warga Banyuwangi Ikuti Kursus Gratis Aneka Keterampilan
Ciptakan Peluang Usaha, Ratusan Warga Banyuwangi Ikuti Kursus Gratis Aneka Keterampilan

Pemkab Banyuwangi setiap tahunnya menggelar berbagai program peningkatan kemampuan bisnis.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Bukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung
Bukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung

Bank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.

Baca Selengkapnya
Kisah Guru Desie di Bali: Dari Toko Sepetak, Kini Sukses Punya Indekos dan Travel
Kisah Guru Desie di Bali: Dari Toko Sepetak, Kini Sukses Punya Indekos dan Travel

Putu Desie Pratiwi, seorang guru SD yang memiliki semangat wirausaha, memulai perjalanan bisnisnya dengan usaha kecil.

Baca Selengkapnya
Pemuda 20 Tahun Ini Tak Kenal Gengsi, Lulus SMA Langsung Terjun Bisnis Bawang Goreng dan Kini Tinggal Menikmati Hasil
Pemuda 20 Tahun Ini Tak Kenal Gengsi, Lulus SMA Langsung Terjun Bisnis Bawang Goreng dan Kini Tinggal Menikmati Hasil

Adit merasa, dari pada bekerja untuk orang lain, lebih baik dia mengembangkan usaha keluarganya agar lebih sukses.

Baca Selengkapnya
Tak Sesuai Domisili, 92 Ribu NIK KTP Warga Jakarta Dinonaktifkan Sementara Pekan Ini
Tak Sesuai Domisili, 92 Ribu NIK KTP Warga Jakarta Dinonaktifkan Sementara Pekan Ini

Pasalnya, kata Budi penonaktifan akan dilakukan langsung oleh Kemendagri.

Baca Selengkapnya
Pedagang UMKM Tak Masalah Aturan Wajib Sertifikasi Halal, tapi Biaya Mengurus Harus Gratis
Pedagang UMKM Tak Masalah Aturan Wajib Sertifikasi Halal, tapi Biaya Mengurus Harus Gratis

Edy berpendapat kewajiban sertifikasi halal diharapkan dapat menjadi perlindungan industri mikro lokal terhadap produk impor yang banyak membanjiri pasar lokal.

Baca Selengkapnya
Lahir dari Keluarga Miskin dan Putus Kuliah, Bayu Sukses Bisnis Percetakan Setelah Daftar Haji
Lahir dari Keluarga Miskin dan Putus Kuliah, Bayu Sukses Bisnis Percetakan Setelah Daftar Haji

Bayu mengawali bisnisnya bersama sang istri. Dia sempat 5 kali berganti jenis usaha sampai ke usaha percetakan.

Baca Selengkapnya