Warga Jatim Diharapkan Negatif Kehamilan, Ini 3 Fakta Peserta KB Menurun Saat Pandemi
Merdeka.com - Selama masa pandemi COVID-19, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur mencatat peserta keluarga berencana (KB) di wilayah setempat berkurang jumlahnya, seperti dikutip dari Antara.
Selama tiga bulan berturut-turut sejak kasus pertama COVID-19 di Indonesia diumumkan ke publik, jumlah peserta KB menunjukkan tren penurunan.
Terus Menurun Jumlahnya
©Shutterstock/Kzenon
Berdasarkan data BKKBN Provinsi Jawa Timur, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) pada April 2020 sebanyak 7.849.073 orang. Dari jumlah tersebut, PUS yang putus dari program KB sebanyak 7,07 persen.
Jumlah itu meningkat dari dua bulan sebelumnya. Pada Februari 2020, jumlah PUS yang putus dari program KB sebesar 1,34 persen. Selanjutnya pada Maret 2020 jumlah PUS yang putus dari program KB naik menjadi 4,6 persen. Jumlah itu naik lagi pada bulan berikutnya.
Khawatir Terpapar COVID-19
©2020 Merdeka.com
Menurut penjelasan Kepala Perwakilan (Kaper) BKKBN Jatim, Sukaryo Teguh Santoso di Surabaya, Kamis (14/5), penurunan jumlah peserta KB ditengarai berkaitan dengan COVID-19. Masyarakat tidak datang ke fasilitas kesehatan karena khawatir terpapar COVID-19.
Selain itu, pemerintah juga gencar melakukan kampanye #dirumahsaja untuk menekan penyebaran virus corona jenis baru penyebab COVID-19.
"Ada indikasi kenaikan berhentinya KB disebabkan karena orang mau datang ke faskes (fasilitas kesehatan) khawatir terpapar COVID-19, sehingga mereka tidak pergi dan berdiam diri di rumah. Perlu adanya antisipasi agar itu tidak meningkatkan kehamilan yang tidak diinginkan," ungkap Sukaryo, dikutip dari Antara.
Sebaran Peserta Putus Program KB
©www.huffingtonpost.com
Pasangan Usia Subur (PUS) yang putus program KB dengan jumlah tertinggi terjadi di Kabupaten Sampang, Madura yakni sebesar 19,95 persen. Selanjutnya, terjadi di Kota Mojokerto yakni sebesar 17,36 persen dan Kabupaten Sumenep sebesar 16,31 persen.
Sementara itu, angka PUS yang putus program KB dengan jumlah terendah terjadi di Kota Malang yakni sebesar 2,98 persen.
"Perlu diwaspadai di masa pandemi COVID-19, mulai dari penerapan kebijakan pemerintah pusat dan daerah, yaitu ada peningkatan angka kehamilan dan dikhawatirkan ada baby boom, yakni kelahiran dalam jumlah besar, dan itu pernah terjadi pada 1960-an," terang Sukaryo.
Dengan demikian, di masa pandemi seperti sekarang ini diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan. Sebabnya, ibu yang hamil muda kerapkali memiliki daya tahan tubuh rendah sehingga menjadi rentan terinfeksi virus. Selain diharapkan negatif COVID-19, masyarakat Jawa Timur diharapkan juga negatif kehamilan.
(mdk/rka)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penemuan bayi bersama surat wasiatnya ini terjadi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca Selengkapnya"Kondisi luka bakar jenazah 90-100 persen, dalam kondisi hangus,” kata Kabid Dokkes Polda Jawa Barat Kombes Nariyan
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaSejak tahapan kampanye Pemilu 2024 dimulai pada 28 November 2023, Bawaslu Jawa Barat mencatat 10 jenis dugaan pelanggaran di 22 kota dan kabupaten.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan kenaikan kasus Covid-19 di wilayahnya.
Baca SelengkapnyaPeristiwa bayi berusia 2 hari meninggal usai dipijat nenek itu sudah diunggah pada 31 Desember 2023 lalu.
Baca SelengkapnyaBisnis kapal tersebut bangkrut ketika pandemi Covid-19 lalu.
Baca Selengkapnya