Sendang Brumbung, Simbol Kepedulian Sunan Drajat pada Penderitaan Orang Beda Agama
Merdeka.com - Selesai makan umbi wilus, Sunan Drajat meminta R. Nur Rahmat untuk menandai lubang bekas tumbuhnya umbi. R. Nur Rahmat pun melaksanakan perintah Sunan Drajat. Terdapat sembilan lubang bekas umbi yang ia beri tanda.
Dari semua lubang bertanda itu, muncul lah air. Di kemudian hari, masyarakat menggali lubang tersebut dengan lebih dalam dan lebih besar hingga menjadi sumur. Sumur yang diberi nama Sumur Lengangsa (berlubang sembilan) itu digunakan untuk mencukupi kebutuhan air masyarakat setempat.
Sendang Brumbung
Sementara itu, sekitar 2 kilometer di sebelah selatan Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur terdapat sebuah sendang alam air hangat yang dinamakan Sendang Brumbung. Masyarakat sekitar menggunakan air dari Sendang Brumbung untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, yakni untuk masak dan minum, hingga mandi dan mencuci.
Namun, pada suatu masa tiba-tiba air di Sendang Brumbung mengalami perubahan warna dan rasa. Para warga yang biasa memanfaatkan air untuk kehidupan mereka bahkan tidak berani mendekat.
Saat Sunan Drajat berkunjung ke kampung tersebut, para warga menderita karena tidak bisa memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Mengutip dari laman resmi Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Jawa Timur (diakses Rabu, 28 Juli 2021), Sunan Drajat kemudian menancapkan tongkatnya ke tanah kapur di sebelah sendang. Dari lubang bekas tongkat tersebut, keluar air bersih dan tawar.
Dikuras Setahun Sekali
Lebih lanjut, Sunan Drajat menganjurkan warga menguras sendang tersebut hingga airnya kembali bersih dan jernih. Namun, sudah berhari-hari warga kampung bekerja sama menguras, air dalam sendang tersebut tak kunjung berkurang.
Sunan Drajat kemudian menyerahkan dua bokor miliknya kepada tetua kampung dengan tujuan untuk menguras sendang. Tak disangka, dalam waktu singkat air dalam sendang tersebut habis, bahkan lumpur-lumpurnya pun tidak tersisa.
Hingga kini, setiap tahun sekali pada Bulan Sura dalam kalender Jawa atau Muharam dalam kalender Hijriyah sendang tersebut dikuras. Bokor dari Sunan Drajat masih digunakan untuk menguras sendang, selain penggunaan timba.
Apabila tidak dikuras dengan menggunakan bokor tersebut, selain membutuhkan waktu lama, lumpur yang ada di dalam Sendang Brumbung konon berpindah ke sumur Gendingan yang diyakini warga dibuat oleh Mbah Banjar.
Oleh karena itu, bokor milik Sunan Drajat masih disimpan dengan baik oleh seseorang yang bertempat tinggal di Kampung Gendingan (sebelah selatan masjid Gendingan) Banjar Anyar dan dikeluarkan setahun sekali untuk menguras sendang.
Kepedulian pada Penderitaan Orang Lain
Cerita tutur yang diyakini masyarakat di Desa Drajat menjadi bukti kepedulian besar Sunan Drajat terhadap penderitaan orang lain sekalipun mereka tidak seagama.
Dua buah bokor peninggalannya, selain dapat digunakan untuk menguras sendang, dan dapat digunakan untuk membersihkan air kotor dan beracun. Sebagian orang meyakini bahwa cerita tentang dua bokor Sunan Drajat sebagai dua kalimat syahadat, iman dan Islam yang dapat membersihkan manusia dari perilaku yang jahat dan nista.
(mdk/rka)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sunan Bonang adalah sosok pendakwah yang cerdik dan fleksibel dalam menyiarkan ajaran-ajaran Islam.
Baca SelengkapnyaSang pendiri, Kiai Nur baru mendirikan surau saat puluhan santri datang untuk berguru padanya.
Baca SelengkapnyaDiskriminasi sosial adalah suatu sikap membedakan secara sengaja terhadap orang atau golongan yang berhubungan latar belakang tertentu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Topeng-topeng ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten ketika menguasai wilayah Sumatra.
Baca SelengkapnyaKorban sempat cekcok dengan istrinya hingga sang istri meninggalkannya.
Baca SelengkapnyaWali yang terkenal dengan dakwah melalui kesenian ini ternyata pernah berdakwah pakai cara kekerasan.
Baca SelengkapnyaMereka menyerang warga secara acak saat melintas jalan raya
Baca SelengkapnyaKasus penembakan ini mulai menemui titik terang.. Diduga, pelaku penembakan satu orang.
Baca SelengkapnyaKeluarga ini tinggal di sebuah gubuk di pinggir kali yang rawan banjir dan longsor, beratap terpal dan beralas kardus.
Baca Selengkapnya