Kenali Zat Aditif pada Makanan yang Biasa Digunakan, Ketahui Syarat Penggunaannya
Merdeka.com - Zat aditif pada makanan telah digunakan secara umum sejak zaman dulu. Zat aditif adalah zat kimia yang ditambahkan ke produk makanan dengan tujuan penggunaannya untuk menjaga makanan agar tetap segar serta meningkatkan warna, aroma, dan teksturnya.
Semua zat yang dicampurkan ke produk makanan selama proses pengolahannya, penyimpanannya, dan pengemasannya disebut sebagai zat aditif pada makanan. Penggunaan zat aditif saat ini semakin meningkat seiring banyaknya produk makanan kemasan atau produk olahan kemas praktis yang dikonsumsi oleh masyarakat modern.
Berikut penjelasan selengkapnya mengenai pengertian serta penggunaan zat aditif pada makanan yang menarik untuk Anda ketahui, dilansir dari berbagai sumber.
Mengenal Apa Itu Zat Aditif pada Makanan
Zat aditif adalah bahan tambahan yang memiliki peran penting untuk meningkatkan mutu sebuah produk agar mampu bersaing di pasaran. Penggunaan bahan tambahan atau zat aditif pada makanan dewasa ini semakin meningkat, terutama setelah adanya penemuan-penemuan termasuk keberhasilan dalam mensintesis bahan kimia baru yang lebih praktis, lebih murah, dan lebih mudah diperoleh.
Menurut pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor 235/Men.Kes/Per/VI/79, Zat aditif adalah zat tamzat pada zat pangan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi pengasaman atau penguraian terhadap zat pangan yang disebabkan oleh jasad renik.
Sejak dulu, zat aditif telah digunakan oleh masyarakat untuk mengawetkan makanannya. Pada awalnya zat aditif ini berasal dari bahan-bahan alami. Namun seiring waktu berjalan, penggunaan bahan-bahan tersebut mengalami perubahan, yaitu dengan menggunakan bahan-bahan buatan.
Zat aditif atau food additives adalah senyawa (atau campuran berbagai senyawa) yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan dan/atau penyimpanan, dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama.
Bahan buatan pada umumnya merupakan bahan kimia. Penambahan bahan pangan baik alami maupun buatan ini disebut juga dengan zat aditif atau dengan istilah lain dikenal dengan Bahan Tambahan Pangan (BTP). Dan, penggunaan bahan tambahan makanan dalam produk pangan yang tidak mempunyai resiko negatif terhadap kesehatan dapat dibenarkan.
Syarat Penggunaan Zat Aditif pada Makanan
Dalam Permenkes Nomor 033 tahun 2012 tentang zat aditif dinyatakan bahwa zat aditif yang digunakan dalam pangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Zat aditif tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan/atau tidak diperlakukan sebagai bahan baku pangan.
2) Zat aditif dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan teknologis pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan dan atau pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung.
3) Zat aditif tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi.
Berdasarkan fungsinya, jenis zat aditif pada makanan yang boleh digunakan terdiri dari pemberi aroma, penyedap rasa, pengembang, pemutih, pematang tepung, zat pemucat, zat pengasam, antioksidan, pengawet, termasuk pemanis dan pewarna (Karunia, 2013) mengutip jurnal.unimed.ac.id.
Manfaat Zat Aditif pada Makanan
Zat aditif pada makanan tidak akan pernah bisa dihindari penggunaannya karena dalam beberapa hal, zat ini memang dibutuhkan. Tidak semua bahan tambahan pangan berbahaya atau tidak bernilai gizi, beberapa di antaranya malah berguna bagi tubuh karena mengandung vitamin atau dapat mencegah kanker.
Pengetahuan yang memadai tentang zat aditif pada makanan akan membantu dalam mengonsumsi/memilih bahan makanan atau minuman yang aman. Zat aditif secara umum bermanfaat untuk mencegah dekomposisi zat pangan yang disebabkan oleh mikroba dan menghambat pertumbuhan serta aktivitas mikroba, yaitu dengan merusakkan membran sel atau dinding sel mikroba tersebut dan menurunkan aktivitas enzim.
Jadi, zat aditif pada dasarnya digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang mungkin terdapat dalam zat pangan. Penambahan zat aditif pada makanan dilakukan dengan pemberian dosis seminimal mungkin namun cukup efektif untuk menghambat pertumbuhan mikroba (Soemanto, 1986).
(mdk/edl)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Zat besi berperan dalam metabolisme energi, fungsi kognitif, dan dukungan sistem kekebalan tubuh.
Baca SelengkapnyaMakanan yang mudah dicerna di pagi hari belum tentu mudah dicerna di malam hari. Yuk, simak makanan yang boleh disantap saat malam!
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum 8 zat pengawet makanan yang boleh dikonsumsi dengan aman.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Karakteristik adalah sifat khas yang sesuai dengan perwatakan tertentu. Ini penjelasan lengkapnya.
Baca SelengkapnyaTeknik memasak yang berbeda bisa memiliki dampak yang berbeda pada sayuran.
Baca SelengkapnyaBeras merupakan salah satu sumber makanan pokok memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan.
Baca SelengkapnyaTelur memiliki gizi yang hampir lengkap, seperti protein, lemak, vitamin, mineral, dan senyawa antioksidan. Telur juga dianggap baik dikonsumsi setiap hari.
Baca SelengkapnyaKacang-kacangan merupakan jenis makanan sehat yang bisa memenuhi kebutuhan zat besi tubuh.
Baca SelengkapnyaMeski penting sebagai tambahan dari banyak masakan, ketika dikonsumsi berlebihan garam memiliki dampak negatif pada kesehatan tubuh.
Baca Selengkapnya