Cerita Pilu Siswa di Madura Tak Mampu Beli Seragam, Rela Pakai Celana Kakaknya yang Kebesaran
Banyak dari siswa baru yang berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah yang tidak mampu membeli seragam baru.

Banyak dari siswa baru yang berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah.

Cerita Pilu Siswa di Madura Tak Mampu Beli Seragam, Rela Pakai Celana Kakaknya yang Kebesaran

Pada Selasa (23/7), Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur wilayah Kabupaten Bangkalan, Pinky Hidayati, melakukan sidak ke SMA Negeri 4 Bangkalan. Di sana ia mendapati seorang murid baru yang memakai seragam celana yang kebesaran.

Tampak di mata Pinky, murid baru bernama Jaelani itu memakai celana yang kainnya menumpuk di bagian pinggang, dikencangkan dengan ikat pinggang, dan tidak sesuai dengan ukuran badannya yang kurus.
Saat Pinky menanyakan dari mana seragam itu, Jaelani menceritakan kisah haru di baliknya. Ia mengatakan bahwa celana itu merupakan celana kakaknya, sementara baju seragam yang ia kenakan merupakan seragamnya SMP yang emblem-nya diubah ke SMA.
“Ini celana kakak saya. Kebetulan dia punya dua. Satu diberikan pada saya,” ujar Jaelani dikutip dari Liputan6.
Pinky yang tampak kaget dengan pengakuan itu mengapresiasinya dengan acungan jempol. Ia mengaku kagum dengan Jaelani karena tidak minder meski tidak memakai seragam baru.
“Tak penting seragam baru atau bekas. Di sekolah yang terpenting adalah menuntut ilmu agar sukses. Bukan tempat bergaya-gaya dengan pakaian,” ujar Pinky.
Selain Jaelani, ada dua hingga tiga siswa lain yang tampak bersekolah memakai setelan hitam putih serta berkerudung logo SMP.
“Belum beli. Jadi pakai kerudung SMP dulu dan sekolah membolehkan,” kata Echa Putra Azzahra, salah seorang siswi yang memakai kerudung SMP.
Dalam kesempatan itu, Pinky melakukan sidak ke SMA Negeri 4 Bangkalan karena mendengar kabar bahwa ada sekolah yang mewajibkan siswa baru untuk beli seragam di koperasi sekolah.
Namun yang diperoleh Pinky justru sebaliknya. Siswa dibebaskan untuk membeli seragam di mana saja sesuai kemampuan orang tua. Bahkan memakai seragam bekas pun boleh.
“Kalau bisa koperasi sekolah menjual seragam sama dengan di luaran atau bahkan lebih murah,” ujar Pinky.
Berdasarkan data yang diperoleh, ada 120 siswa baru yang mendaftar ke SMA Negeri 4 Bangkalan dan sebagian besar berasal dari ekonomi menengah ke bawah. Melihat hal itu, Kepala Sekolah SMA Negeri 4 membuat kebijakan yang meringankan, yaitu siswa yang membeli seragam sekolah di koperasi boleh mencicil pembayaran.
“Karena bukan sekolah favorit, kami sangat butuh siswa. Jangankan buat aturan yang memberatkan, mereka mau sekolah di sini saja kami sudah senang,” ujar Hendrik dikutip dari Liputan6.com.