Sempat Berhenti saat Pandemi, Ini Kisah Kerajinan Bebek di Klaten yang Mulai Bangkit
Merdeka.com - Selama ini, Desa Jambu Kulon, Kecamatan Ceper, Klaten, dikenal sebagai desa sentra kerajinan bebek. Cendera mata bebek yang dihasilkan pengrajin di desa itu terbuat dari bahan limbah akar bambu.
Di masa pandemi, produksi kerajinan bebek di sana merosot drastis. Sebagian besar pengrajin di sana harus gulung tikar karena tidak adanya pesanan.
Kini memasuki bulan September 2021, produksi kerajinan mulai bergeliat lagi. Berbagai pesanan mulai datang dari berbagai tempat. Bahkan di antara pesanan itu ada yang datang dari luar negeri.
Terdampak Pandemi
©YouTube/Antara TV Indonesia
Supriyanto (45), salah seorang pengrajin cendera mata bebek mengatakan kerajinan bebek yang dibuat sempat berhenti produksi pada masa pandemi, terutama sejak Januari hingga Agustus 2021. Karena terdampak pandemi, sebanyak 20 pengrajin bebek di sana gulung tikar hingga tersisa 5 orang pengrajin.
“Kami mengirim produksi kerajinan bebek limbah akar bambu terakhir pada Desember 2020 sebanyak 10.000 buah ke Belanda. Kemudian terhenti sejak awal Januari 2021. September ini mulai ada pesanan meski baru 1.200 buah per bulan,” kata Supriyanto dikutip dari ANTARA, pada Senin (28/9).
Mulai Bangkit
©YouTube/Antara TV Indonesia
Memasuki Bulan September 2021, kerajinan bebek milik Supriyanto mulai bangkit. Bahkan mulai ada pesanan yang datang dari luar negeri, yaitu Belanda.
Dia mengatakan, kerajinan bebek buatannya banyak dilirik pasar luar negeri karena kualitasnya lebih halus dan secara ide juga lebih menarik dan kreatif. Misalnya saja kerajinan bebek dengan tambahan aksesoris sepatu ski, sepatu bot, dan sebagainya.
Dari sisi harga, satu buah kerajinan bebek dijual antara Rp17 ribu hingga Rp34 ribu per buah untuk barang setengah jadi. Sementara itu untuk kerajinan bebek finishing dijual antara Rp25 ribu hingga Rp50 ribu per buah.
Harapan Pengrajin Bebek
©YouTube/Antara TV Indonesia
Supriyanto mengatakan, pada Bulan September ini, usaha kerajinan miliknya mampu memproduksi 1.200 buah dan menghasilkan omzet Rp30 juta per bulan. Untuk bahan baku sendiri, ia mengakui tidak ada masalah karena stok masih banyak dan dapat dicari di daerah Gunungkidul dan Sukoharjo.
Walau begitu, ia berharap angka kasus COVID-19 terus menurun sehingga pergerakan ekonomi mulai tumbuh baik khususnya usaha kerajinan maupun produk UMKM lainnya. Harapannya, masyarakat bisa kembali beraktivitas dengan normal dan kesejahteraan meningkat.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satu desa yang terletak di Kecamatan Napal Putih ini dikenal sebagai kawasan pertambangan sejak zaman kolonial hingga menjadi rebutan beberapa negara.
Baca Selengkapnya"Kondisi luka bakar jenazah 90-100 persen, dalam kondisi hangus,” kata Kabid Dokkes Polda Jawa Barat Kombes Nariyan
Baca SelengkapnyaPemanggilan kepala desa seluruh Karanganyar oleh Polda Jateng itu dilakukan pada 29 November 2023. Total, ada 176 kepala desa
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sejak tahapan kampanye Pemilu 2024 dimulai pada 28 November 2023, Bawaslu Jawa Barat mencatat 10 jenis dugaan pelanggaran di 22 kota dan kabupaten.
Baca SelengkapnyaDi Kudus, penjual intip ketan sudah jarang ditemui. Bisa dibilang makanan tradisional ini kini sangat langka.
Baca SelengkapnyaDiwariskan dari generasi ke generasi, inilah makanan favorit yang menjadi kebanggaan setiap provinsi di Sumatera.
Baca SelengkapnyaDana saksi yang ikut menyaksikan saat koper tersebut dibuka tidak melihat ada luka-luka pada jasad tersebut.
Baca SelengkapnyaPenemuan kedua jenazah ini bermula ketika pembantu mengetuk pintu namun tidak ada jawaban dari kedua korban.
Baca SelengkapnyaMotif pelaku menghabisi keponakannya karena tergiur mencuri perhiasan emas yang dikenakan korban.
Baca Selengkapnya