Punya Masalah Sendiri, Ini Kata Pakar UGM tentang Peluang Liga Arab Bantu Palestina

merdeka.com Sekitar 2 Tahun yang lalu

Merdeka.com - Konflik Israel-Palestina seolah tak pernah menemui titik terang dari dulu hingga sekarang. Akibatnya, tak hanya kerusakan dan korban berguguran dari kedua belah pihak, namun juga banyak warga sipil yang jadi korban.

Berbagai pihak sebenarnya telah berusaha agar konflik itu cepat berakhir. Secara diplomatis, pemerintah Indonesia mengutuk penyerangan Israel di mana telah banyak warga sipil Palestina yang jadi korban atas konflik berkepanjangan itu. Sikap itu diwujudkan dengan tidak membangun hubungan diplomatik terhadap Israel.

Namun di sisi lain, pengamat politik Timur Tengah Universitas Gadjah Mada (UGM), Siti Mutiah Setiawati menilai negara-negara anggota Liga Arab, yang notabene secara kawasan masih jadi satu dengan Palestina, kecil kemungkinan membantu Palestina menghadapi kekerasan yang digencarkan pihak Israel. Mengapa demikian? Berikut selengkapnya:

Punya Masalah Sendiri

ini penampakan komplek hunian raja salman di arab saudi mewah dan megah

Menurut Mutiah, negara-negara Liga Arab terkesan membiarkan bangsa Palestina karena mereka punya masalah masing-masing. Dia mengatakan, hingga saat ini tidak sedikit antar negara anggota negara Liga Arab masih bersitegang satu sama lain. Ada pula beberapa dari mereka memiliki masalah dengan rakyatnya sendiri. Ada pula sejumlah negara yang bersekutu dengan Israel.

Mutiah mencontohkan, konflik Arab Saudi dengan Yaman dan berselisih pula dengan Qatar. Demikian pula dengan Suriah di mana masih terjadi konflik antara pemerintah dengan rakyatnya sendiri.

“Uni Emirat Arab dan Bahrain malah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Jadi memang mereka sudah terpecah,” kata Mutiah dikutip dari ANTARA pada Senin (17/5).

Pesimistis

aksi solidaritas buruh untuk rakyat palestina

Melihat kondisi itu, Mutiah pesimistis negara-negara organisasi itu akan meluangkan tenaga untuk membantu Palestina. Namun dia menilai bantuan dan dukungan yang besar untuk Palestina masih berpeluang muncul dari negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Keberpihakan anggota OKI seperti Turki, Indonesia, dan Malaysia dirasa cukup jelas mendukung Palestina baik secara moral maupun material.

Bahkan Mutiah menekankan pernyataan yang cukup berani dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang terang-terangan mengancam Israel dengan mengerahkan negara-negara Islam. Demikian pula dengan Indonesia yang mendirikan konsulat kehormatan Republik Indonesia di Ramallah pada tahun 2016.

“Kemudian Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel. Itu artinya kita mendukung Palestina,” kata Mutiah dikutip dari ANTARA.

Sikap Indonesia

presiden jokowi lakukan pertemuan bilateral dengan pm vietnam di istana bogor

©Biro Pers Sekretariat Presiden

Sebelumnya pada Selasa (11/5) Presiden Jokowi menyampaikan posisi tegas Indonesia bahwa tindakan Israel yang mengusir warga Palestina dari Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, dan menyerang warga sipil Palestina di Masjidil Aqsa merupakan tindakan yang tidak dapat dibiarkan. Oleh karena itu, Indonesia mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengambil tindakan nyata atas pelanggaran yang terus dilakukan Israel.

(mdk/shr)