Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Peristiwa 17 Desember: Dihapusnya Homoseksualitas sebagai Penyakit Mental

Peristiwa 17 Desember: Dihapusnya Homoseksualitas sebagai Penyakit Mental Ilustrasi LGBT. ©2014 Merdeka.com/Shutterstock/nito

Merdeka.com - Tepat hari ini, 17 Desember1973 silam, menjadi hari bersejarah bagi kaum homoseksual di seluruh dunia. Pada hari tersebut, American Psychiatric Association (APA) menyatakan, bahwa homoseksual bukan merupakan gangguan jiwa atau penyakit lainnya. Sontak pernyataan tersebut disambut kaum homoseksual dengan suka cita, setelah lebih dari empat puluh tahun kerap mengalami diskriminasi.

Jauh sebelum APA menyatakan homoseksual bukan suatu penyakit jiwa, kaum homoseksual biasa dipersekusi, diintimidasi, dan kerap mengalami diskriminasi. Tidak jarang mereka dipandang sebagai kaum yang memiliki kelainan yang perlu disembuhkan atau dijauhkan dari masyarakat sekitar. Tentu saja perlakuan tersebut tidak menyenangkan bagi kaum homoseksual dan penyuka sesama jenis lainnya.

Kendati hingga kini masih menjadi pro dan kontra, namun tidak bisa dimungkiri bahwa penyuka sesama jenis bukan merupakan orang yang memiliki gangguan jiwa. Berikut sejarah dihapusnya homoseksual sebagai gangguan mental yang merdeka.com lansir dari Pshcology Today:

Sejarah Dihapusnya Homoseksual sebagai Gangguan Mental

011 hikmah wilda amalia

©2015 Merdeka.com

Tahun 1950-an dan 1960-an, menjadi masa yang tidak menyenangkan bagi kaum homoseksual di Eropa, Australia, atau Amerika Serikat. Pada tahun tersebut, berbagai lembaga psikiater masih mengelompokkan ketertarikan dengan sesama jenis sebagai suatu gangguan kejiwaan.

Pada 1968, Asosiasi Psikiatri Amerika (APA) mengkategorikan atau memasukkan homoseksual ke Panduan Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM). Tak heran jika kaum homoseksual kerap mendapatkan persekusi, diskriminasi, dan diintimidasi. Bahkan tidak jarang keluarganya membawa mereka ke terapis untuk disembuhkan.

Seperti dikutip dari Psychology Today, pada tahun 1960-an kaum homoseksual sering mendapatkan metode penyembuhan yang brutal. Biasanya, mereka dipaksa telanjang dan melihat foto laki-laki sambil disetrum. Namun, metode tersebut dianggap gagal karena rata-rata hasilnya nihil.

Kemudian pada tahun 1970, kaum homoseksual Amerika Serikat mengadakan unjuk rasa dan menyerbu konferensi APA untuk menyampaikan aspirasinya. Mereka menganggap bahwa memasukkan homoseksual sebagai gangguan kejiwaan tidak selaras dengan definisi mendasar penyakit mental. Aksi kaum homoseksual tersebut terus berlanjut di tingkat lokal maupun nasional.

Banyaknya protes yang dilakukan kaum homoseksual, membuat APA melakukan berbagai macam penelitian terkait homoseksualitas dan membahasnya dengan para ahli. Setelah melakukan berbagai penelitian dan merundingkannya, akhirnya pada 17 Desember 1973 APA setuju mencoret homoseksual dari penyakit kejiwaan.

Homoseksualitas Bukan Penyakit Mental

ilustrasi lgbt

©2013 Merdeka.com/Shutterstock/CDPiC

Setelah menghapus homoseksual sebagai penyakit jiwa, APA juga mendukung sepenuhnya hak-hak sipil kaum homoseksual. Selain itu, APA mengadopsi sebuah resolusi yang menyayangkan tindak diskriminasi dan persekusi terhadap kaum homoseksual.

Di Indonesia sendiri, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), Danardi Sosrosumihardjo, mengatakan untuk mengukur seseorang disebut gangguan jiwa atau tidak PDSKJI berpegangan pada buku Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) terbitan Departemen Kesehatan RI.

PPDGJ III merupakan terjemahan dari International Classification of Diseases edisi 10 (ICD-10) yang diterbitkan Badan Kesehatan Dunia WHO. Di buku tersebut masalah orientasi seksual diberi kode F66. Dikatakan bahwa gejala kejiwaan dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan orientasi seksual bukan dipandang sebagai gangguan jiwa.

PPDGJ III juga menyebutkan, orang baru dinyatakan sakit atau gangguan apabila orientasi seksualnya memunculkan gangguan jiwa atau perilaku. Menurutnya, yang masuk dalam gangguan jiwa adalah apabila orientasi seksual itu menimbulkan ego distonik, yaitu seseorang yang masih meragukan dirinya homoseksual..

(mdk/jen)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
26 Februari Peringati Black Lives Matter Day, Begini Sejarahnya
26 Februari Peringati Black Lives Matter Day, Begini Sejarahnya

Black Lives Matter adalah nyanyian yang menentang diskriminasi rasial dan kekerasan terhadap orang kulit hitam.

Baca Selengkapnya
Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional 20 Desember, Berikut Sejarah dan Tujuannya
Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional 20 Desember, Berikut Sejarah dan Tujuannya

Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional diperingati setiap tanggal 20 Desember.

Baca Selengkapnya
Konvensi Internasional tentang Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Rasial mulai Diadopsi pada 21 Desember 1965
Konvensi Internasional tentang Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Rasial mulai Diadopsi pada 21 Desember 1965

Konvensi ini lahir sebagai tanggapan terhadap tantangan yang dihadapi oleh banyak negara yang berjuang untuk melawan diskriminasi rasial.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
7 Contoh Depresi dan Penjelasannya, Perlu Diwaspadai
7 Contoh Depresi dan Penjelasannya, Perlu Diwaspadai

Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus mengalami tekanan dan kehilangan semangat hidup.

Baca Selengkapnya
25 November Peringati Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Ini Sejarah dan Isu yang Diangkat
25 November Peringati Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Ini Sejarah dan Isu yang Diangkat

Kampanye ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan memobilisasi upaya mengakhiri kekerasan terhadap perempuan.

Baca Selengkapnya
Psikologi Manusia Menurut Para Ahli, Berikut Penjelasannya
Psikologi Manusia Menurut Para Ahli, Berikut Penjelasannya

Setiap manusia dilahirkan dengan berbagai jenis kepribadian dan kondisi psikologi yang berbeda-beda.

Baca Selengkapnya
Hari Ibu 22 Desember atau 14 Mei? Ternyata Begini Sejarahnya
Hari Ibu 22 Desember atau 14 Mei? Ternyata Begini Sejarahnya

Hari Ibu di Indonesia, diperingati setiap 22 Desember setiap tahunnya menjadi momen penting secara nasional. Apa bedanya dengan mother days di seluruh dunia?

Baca Selengkapnya
15 Februari Peringati Singles Awareness Day, Perayaan buat Para Jomlo
15 Februari Peringati Singles Awareness Day, Perayaan buat Para Jomlo

"Single Awareness Day" dipakai untuk merayakan kehidupan lajang, seringkali dengan sentuhan humor.

Baca Selengkapnya
UGM Periksa Mahasiswa Diduga Melakukan Pelecehan Seksual, Minta Korban Segera Melapor
UGM Periksa Mahasiswa Diduga Melakukan Pelecehan Seksual, Minta Korban Segera Melapor

Korban dugaan pelecehan seksual ini disebut mencapai delapan orang.

Baca Selengkapnya