Mengungkap Sejarah Transgender di Jawa, Ini 5 Fakta Tari Lengger Lanang Banyumas
Merdeka.com - Tari Lengger merupakan tarian khas masyarakat Banyumas. Tarian ini biasanya dibawakan oleh dua sampai empat penari yang didandani dengan pakaian khas. Biasanya, tarian ini diiringi dengan musik calung, yaitu sejenis gamelan yang terbuat dari bambu.
Dalam sejarahnya, tarian lengger dibawakan oleh laki-laki. Namun untuk menari Lengger, laki-laki itu harus berdandan layaknya perempuan. Karena dibawakan oleh laki-laki, tarian ini juga dikenal dengan nama Lengger Lanang. Bahkan, tarian Lengger Lanang di Banyumas itu memiliki sejarah yang amat panjang. Berikut selengkapnya:
Asal Mula Tarian Lengger di Banyumas
©2020 liputan6.com
Dalam bukunya yang berjudul Lengger Tradisi dan Transformasi, seorang peneliti budaya bernama Sunaryadi menuliskan ada dua kemungkinan tentang munculnya kesenian Lengger untuk pertama kali. Ada yang menyebutkan kalau kesenian itu berasal dari Jatilawang, Banyumas dan ada pula yang menyebutkan kalau kesenian itu berasal dari Mataram dan masuk ke wilayah Kalibagor, Banyumas pada 1755.
Dikutip dari merdeka.com, Lengger sebenarnya merupakan kesenian yang dibawa oleh laki-laki, namun karena dandanan dan pakaian yang dikenakan, tarian itu seolah-olah dibawakan oleh perempuan.
“Dikira leng ning jengger, dikira lubnang tetapi jengger,” tulis Sunaryadi dalam bukunya itu.
Mengungkap Sejarah Transgender di Jawa
©2020 liputan6.com
Penemuan kesenian Lengger Lanang di Banyumas bermula pada abad ke-18. Pada waktu itu Mangkunegaran VII memerintahkan tiga orang sastrawan untuk berkeliling Jawa dan menuliskan kehidupan penduduk Jawa pada saat itu.
Ketika tiba di daerah Banyumas, tiga sastrawan itu menjumpai kesenian Lengger Lanang. Kisah mereka kemudian tertulis dalam Serat Centhini.
Perlu Ritual Khusus
©2020 liputan6.com
Perlu ritual khusus untuk menjadi seorang penari Lengger. Salah satunya adalah tidur di depan pintu tiap malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon.
Tak hanya itu, seorang calon penari Lengger juga harus melakukan puasa mutih alias tidak makan apapun kecuali nasi kepal dalam sehari dan juga melakukan laku tirakat di sebuah tempat khusus bernama Panembahan Lengger.
“Penari juga harus bersemedi di tempat khusus Lengger,” ujar Didi Nini Thowok, seorang penari yang menaruh minat khusus terhadap tarian asli Banyumas itu.
Misteri Dewi Sekar Melati
©2020 Merdeka.com
Tak cukup menjalani ritual khusus, bahkan untuk menjadi penari Lengger, seseorang juga butuh indang. Dengan adanya indang yang masuk ke dalam jiwa, seseorang bisa melakukan tarian dan menembang tanpa perlu belajar. Hal inilah yang diperoleh dari salah seorang penari Lengger, Dariah.
Terlahir dengan nama Sadam, Dariah diyakini mendapatkan indang sehingga ia dapat menjadi seorang Lengger. Karena itulah ia tak pernah berhenti menari hingga akhir hayat. Bahkan dalam kesehariannya, penari yang terlahir sebagai seorang laki-laki itu memilih untuk hidup sebagai perempuan. Saat menjelang ajalnya, Dariah menyebut nama Dewi Sekar Melati yang dipercaya sebagai indangnya.
“Mungkin saja, Dewi Sekar Melati itu indangnya uwak (Dariah). Setelah dibuang, uwak sudah terasa pasrah dan tidak punya beban lagi,” ungkap Nur Kholifa, cucu Dariah, dikutip dari merdeka.com.
Sudah Mulai Hilang
©2020 liputan6.com
Sementara itu, budayawan Banyumas yang juga penulis novel Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari, di Banyumas, seni transgender sebenarnya sudah biasa. Hanya saja perlahan-lahan seni itu sudah mulai hilang.
Dewasa ini penari Lengger lebih banyak dibawakan oleh perempuan, yang lebih dikenal dengan nama Ronggeng. Padahal dulunya kesenian Lengger juga pernah tertulis di buku History Of Java karya Thomas Raffles.
Tohari menambahkan, kesenian Banyumasan hampir seluruhnya berorientasi kerakyatan. Kesenian itu bisa dinikmati oleh rakyat jelata yang rata-rata hidupnya sebagai petani.
“Sudah sejak dulu ada. Penari menjadi wandu atau banci karena penari Lengger dulu banyak,” kata Ahmad Tohari dikutip merdeka.com dari Liputan6.com pada Sabtu (8/8).
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerita petani berhasil panen padi hingga 1 ton di lahan transmigrasi yang ia garap.
Baca SelengkapnyaTopeng-topeng ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten ketika menguasai wilayah Sumatra.
Baca SelengkapnyaPesilat asal Lamongan disambut banjir air mata usai digelandang ke kantor polisi akibat terlibat kericuhan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Polres Malang langsung menggelar olah TKP di lokasi kejadian untuk mengetahui penyebab kematian korban.
Baca SelengkapnyaKorban sempat cekcok dengan istrinya hingga sang istri meninggalkannya.
Baca SelengkapnyaKisah lansia 80 tahun rela berjualan kerupuk demi hidupi anak ODGJ ramai disorot warganet. Begini informasinya.
Baca SelengkapnyaMembesarkan anak laki-laki yang tangguh dan tidak cengeng merupakan hal yang bisa diupayakan.
Baca SelengkapnyaKecelakaan lalu lintas selama momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) di Sulawesi Selatan terdata sebanyak 187 kasus yang mengakibatkan 16 orang meninggal.
Baca SelengkapnyaPada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca Selengkapnya