Kisah Hidup Rofiqoh Darto Wahab, Pelopor Kasidah Modern Indonesia
Sosok Rofiqoh Darto Wahab tak bisa dilepaskan dari sejarah permusikan di Indonesia. Dia merupakan seorang pelopor kasidah modern.

Sosok Rofiqoh Darto Wahab tak bisa dilepaskan dari sejarah permusikan di Indonesia. Dia merupakan seorang pelopor qasidah atau kasidah modern.
Rofiqoh merupakan generasi awal penyanyi kasidah modern yang pertama kali masuk dapur rekaman khususnya di RRI dan TVRI. Musiknya menjadi inspirasi bagi para musisi religi pada era-era selanjutnya.
Beberapa lagu yang dibawakannya antara lain “Padamu ya Ilahi”, “Habibi Ya Rosulullah”, dan lain sebagainya. Lantas seperti apa sepak terjang Rofiqoh dalam belantika musik religi Indonesia? Berikut selengkapnya:
Berasal dari Keluarga Ulama

Dikutip dari Wikipedia, Rofiqoh lahir di Keranji, Kedungwuni, Pekalongan, pada 8 April 1945. Keluarganya sangat religius. Ayahnya yaitu Kiai Haji Munawwir, merupakan pemilik pesantren Munawwirul Anam di Pekalongan.
Sejak kecil, Rofiqoh dikenal sebagai seorang Qori. Ia pernah memenangkan lomba Musabaqah Tilawatil Quran tingkat provinsi di Yogyakarta dan Semarang.
Ia menempuh pendidikan di Mu’allimat Wonopringga di Pekalongan, Pesantren Lasem di Rembang, dan Pesantren Buntet di Cirebon.
Menjadi Penyanyi Kasidah

Dikutip dari kanal YouTube Penjelajah Waktu, kariernya sebagai penyanyi kasidah telah dimulai sejak masa kanak-kanak. Dalam sebuah acara keagamaan di Pekalongan tahun 1964, ia muncul pertama kali sebagai penyanyi kasidah.
Tahun 1965, ia menjadi juara kompetisi kasidah. Pada tahun yang sama pula, ia pindah ke Jakarta. Saat merantau ke Jakarta, ia bertemu seorang wartawan yang kemudian menjadi pengacara bernama Darto Wahab. Mereka berdua kemudian menikah. Nama suaminya itu kemudian disematkan di belakang namanya.
Masuk Dapur Rekaman

Sebelum meletus peristiwa G30S PKI, Rofiqoh sempat tampil di Istana Negara dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kemampuan Rofiqoh ini kemudian dilirik Rustam dari RRI. Ia mengajak Rofiqoh masuk dapur rekaman dan mengisi acara kasidah di RRI.
Dikutip dari kanal YouTube Penjelajah Waktu, rekaman piringan hitam pertama Rofiqoh diiringi orkes gambus Al-Fatah. Pada awal 1970-an, rekaman Rofiqoh bersama orkes Bintang-Bintang Ilahi pimpinan Agus Sunaryo meledak di pasaran. Lagunya yang berjudul “Di Waktu Muda” dan “Solatullah” diputar di radio-radio.
Pengamat musik Denny Sakrie menyebut Agus sebagai pelopor kasidah modern. Dia memasukkan unsur-unsur modern seperti instrumen keaboard, gitar elektrik, dan bass ke dalam musik yang mengiringi kasidah. Gaya musik inipun diikuti oleh grup musik pop dan rock tahun 1970-an. Bahkan grup musik legendaris Koes Ploes mengeluarkan album “Qasidahan Bersama Vol. 1”
Mementingkan Dakwah

Rofiqoh sering melantunkan syair Arab dengan iringan musik gambus. Semasa hidupnya, telah lebih dari 100 keping album rekaman telah diproduksi.
Dalam setiap penampilannya, Rofiqoh selalu mengutamakan dakwah, setelah itu baru bicara sisi komersialnya. Pada tahun 1970-an, sebagian orang menyatakan keberatan untuk menyanyikan ayat-ayat suci Al Qur’an dalam lagu kasidah.
Sebelum akhirnya tokoh ulama Buya Hamka mengatakan bahwa ayat suci Al Qur’an boleh dinyanyikan asal tidak menghina agama.
Di masa tuanya, Rofiqoh aktif memimpin kelompok pengajian. Ia juga memimpin beberapa majelis taklim dan taman kanak-kanak Islam. Tahun 2013, ia mendapat penghargaan Hadiah Asrul Sani karena keterlibatannya yang konsisten dalam kegiatan kesenian pada keluarga NU. Pada 12 Juli 2023, Rofiqoh wafat dalam usia 78 tahun.