Kisah Amin, Petani Disabilitas Juragan Kopi Tledok Khas Magelang
Merdeka.com - Keterbatasan fisik terkadang bagi beberapa orang dianggap sebagai kekurangan bahkan menjadi hambatan dalam beraktifitas.Stigma negatif dan anggapan lemah kerap kali datang silih berganti pada penyandang disabilitas. Namun tidak bagi Nur Rokhmat Sholeh yang akrab disapa Amin.
Pria yang kehilangan sebelah tangannya lantaran kecelakaan berpuluh-puluh tahun lalu ini tak pernah patah semangat. Bermodal kemauan dan semangat yang tinggi, Amin yang berprofesi sebagai petani dan Kepala Dusun Tledok Desa Sidorejo, Kajoran Kabupaten Magelang ini mempopulerkan Kopi Tledok Khas Magelang.
Tangannya tengah sibuk memilah-milah buah kopi yang mulai memerah di lahannya. Lantas, ia masukkan ke keranjang kecil di tangan. Dari proses memetik sampai mengemas, Amin memang terjun sendiri dalam proses produksi Kopi Tledok.
©2021 Merdeka.com/FadkusPria yang menginjak usia kepala 3 ini mulai menekuni usaha kopi sejak 2013. Sebelumnya kopi yang ada di desa ini bak tanaman liar. Amin merasa tanaman-tanaman kopi ini berpotensi meningkatkan kesejahteraan petani. Ia pun mengajak para petani untuk menjadikan tanaman kopi sebagai sumber mata pencaharian. Disaat sebagian besar petani menanam tembakau.
Namun, keprihatinan lain muncul. Petani memetik kopi secara sembarangan, kopi-kopi hijau juga ikut dipetik. Hal ini membuat harga kopi jadi murah di pasar.
Hingga pada suatu hari, Amin berkunjung di sebuah kedai kopi. Ia dikenalkan kepada alumni Pusat penelitian di Jember. Hasilnya, para petani disarankan agar memetik kopi merah saja agar nilai jual bisa tinggi. Di sisi lain, kopi petik merah juga lebih berkualitas.
©2021 Merdeka.com/FadkusMengetahui kopi Tledok memiliki kualitas yang baik dan rasa yang cukup berbeda dengan kopi-kopi lainnya, Amin bersemangat untuk mengembangkan kopi ini. Ia menggerakkan para petani, meski memang butuh usaha ekstra namun setidaknya jumlah petani yang terlibat sudah mencapai 30 orang.
Amin tak lepas tangan, ia turut serta memantau pengolahan Kopi Tledok. Dari pemetikan, penjemuran, penggilingan, hingga proses distribusi.
©2021 Merdeka.com/FadkusKerja keras Amin berbuah manis. Kopi Tledok yang khas dengan rasa asam pahit yang nikmat ini mulai dikenal masyarakat. Dengan karakternya yang berbeda dari kopi lain, Kopi Tledok mulai diincar banyak penikmat kopi.
Tak hanya di Magelang saja, Kopi Tledok juga diburu oleh daerah lain seperti Yogyakarta, Semarang dan berbagai daerah lainnya. Nama Tledok dipilih Amin sebagai identitas kopi yang tumbuh di Dusun Tledok. Selain itu, namanya cukup unik. Bahkan mungkin hanya ada di daerah Tledok Magelang saja.
©2021 Merdeka.com/FadkusBerkat keaktifannya di dunia kopi, akhirnya membawa anak pertama dari dua bersaudara ini mengikuti komunitas kopi di Magelang. Ia juga aktif di 'Warsa Mundung" yang merupakan paguyuban disabilitas, kemudian di unit LIDI atau Layanan Inklusi Disabilitas.
Amin mampu membuktikan, keterbatasan fisiknya tak menghambat kehidupan. Dari Kopi Tledok rintisannya, Ia mampu membangkitkan semangat para petani Kopi Kajoran. Membuka lapangan kerja dan menambah pundi-pundi penghasilan.
(mdk/Tys)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kedai kopi ini jadi salah satu contoh tempat nongkrong yang ramah bagi para penyandang disabilitas
Baca SelengkapnyaSemua terpaksa dilakukannya demi menyambung nyawa.
Baca SelengkapnyaHadir di Atas Panggung Kampanye, Ketua Kelompok Disabilitas Ungkap Kesan Mendalam: Pak Ganjar Sangat Perhatikan Kami
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kunjungi Kafe Mempekerjakan Kaum Disablitas di Kupang, Alam Ganjar Unjuk Kebolehan Jadi Barista
Baca SelengkapnyaPenyandang disabilitas merupakan kelompok rentan yang memiliki kemampuan untuk berdaya, tetapi kurang mendapat kesempatan.
Baca SelengkapnyaCatur Pramono berkesempatan menjadi ketua KPPS dalam pelaksanaan Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu menyebabkan korban mengalami retak di bagian kepala akibat benda tumpul.
Baca SelengkapnyaBengkel kerja yang berdiri lebih dari 4 tahun ini sudah menghasilkan lebih dari seribu lukisan karya penyandang difabel.
Baca SelengkapnyaBudaya ngopi orang Aceh sendiri sudah ada sejak tahun 1980-an yang identik dengan bapak-bapak yang duduk di warung kopi.
Baca Selengkapnya