Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ingin Tahu Kampung Halaman Leluhur, Ini Kisah Orang-orang Jawa yang Tinggal di Suriname

Ingin Tahu Kampung Halaman Leluhur, Ini Kisah Orang-orang Jawa yang Tinggal di Suriname

Ingin Tahu Kampung Halaman Leluhur, Ini Kisah Orang-orang Jawa yang Tinggal di Suriname

Mereka ingin berkunjung ke tanah leluhur, namun terkendala biaya yang amat sangat mahal.

Ingin Tahu Kampung Halaman Leluhur, Ini Kisah Orang-orang Jawa yang Tinggal di Suriname

Pria itu bernama Legimin Wangsakrama. Ia tinggal di pinggiran timur ibukota Paramaribo.
Setelah pensiun, pria yang akrab disapa Bimbo itu lebih banyak menghabiskan waktu sebagai pemandu wisata di lokasi yang dulunya adalah pabrik pengolahan tebu.

Dahulu di perkebunan itu banyak orang Jawa dipekerjakan oleh pemerintah kolonial Belanda. Bimbo adalah salah satu warga Suriname keturunan Jawa.

Bahasa Jawa lancar terucap dari mulutnya. Walaupun tak pernah berkunjung ke negeri leluhur, ada terbesit keinginannya untuk bisa berkunjung ke Jawa walau hanya sekali seumur hidup.

“Ya ada rasa kangen. Tapi gimana nggak bisa ke sana. Tiketnya mahal. Nggak punya uang,” kata Bimbo dikutip dari dari kanal YouTube Moh Susilo.

Selanjutnya ada Semoedi Soekiman. Ia mengatakan kedua orang tuanya berasal dari Jawa. Mereka dibawa oleh Belanda sebagai pekerja kontrak. Setelah itu kedua orang tuanya bekerja di perkebunan tebu.

“Tentu saya ingin berkunjung ke sana (Pulau Jawa) bersama istri,” kata Semoedi.

Semoedi pernah bertanya pada kedua orang tuanya dari Jawa mana mereka berasal. Pada awalnya mereka berdua selalu menutup-nutupi. Namun pada akhirnya sang ayah memberi tahu.

Foto: YouTube Moh Susilo

Ingin Tahu Kampung Halaman Leluhur, Ini Kisah Orang-orang Jawa yang Tinggal di Suriname

“Ayah saya bilang, dulu ayahnya (kakek dari Semoedi) adalah seorang haji. Mbah buyut saya adalah orang Islam yang terkenal. Bapaknya rajin ke masjid, dia bekerja sebagai seorang kusir. Kalau tidak salah dia asal Banyumas, itu kalau bapak tidak berbohong,”

Kata Semoedi menceritakan tentang asal usul leluhurnya yang berasal dari Jawa.

Semoedi melanjutkan, kakek dari garis ibu berasal dari Surakarta. Ia merupakan seorang pembuat batu bata.

Selain dari orang tuanya, dulu ia sering berkunjung ke rumah para sesepuh Jawa di Suriname bagaimana dulu mereka bisa sampai di sana. Dari sesepuh itu pula Semoedi banyak belajar tentang budaya Jawa.

Ingin Tahu Kampung Halaman Leluhur, Ini Kisah Orang-orang Jawa yang Tinggal di Suriname

Terputusnya komunikasi membuat keinginan untuk berkunjung ke tanah Jawa menjadi hanya sebatas mimpi. Hal ini dialami keluarga Mbah Sanikem.

Selama ini, Mbah Sanikem rutin mengikuti perkembangan Jawa dan Indonesia dari layar televisi saja. Mereka mengeluhkan tiket perjalanan yang mahal. Belum lagi uang jajan yang harus dibawa.

“Tiket dari sini ke Amsterdam itu mahal, mungkin 1.200 euro. Kalau dari Amsterdam ke Indonesia mungkin cuma 800-1.000 euro,” kata salah seorang anggota keluarga Mbah Sanikem.

Mengunjungi Kampung Jawa di Negeri Johor Malaysia, Bangga Lestarikan Budaya Tanah Leluhur
Mengunjungi Kampung Jawa di Negeri Johor Malaysia, Bangga Lestarikan Budaya Tanah Leluhur

Kesenian budaya Reog Ponorogo diwariskan secara turun-temurun di kampung ini.

Baca Selengkapnya
3.000 Orang Kunjungi Kepulauan Seribu Selama Libur Lebaran 2024
3.000 Orang Kunjungi Kepulauan Seribu Selama Libur Lebaran 2024

3.000 orang termasuk wisatawan dan warga lokal melakukan perjalanan ke Kepulauan Seribu

Baca Selengkapnya
Sungai Meluap, Sembilan Kecamatan di Cirebon Tiga Hari Teredam Banjir
Sungai Meluap, Sembilan Kecamatan di Cirebon Tiga Hari Teredam Banjir

Sembilan Kecamatan di Kabupaten Cirebon terdampak banjir setelah hujan deras yang melanda kawasan itu.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kisah Kampung Kedung Glatik, Desa Jawa Kuno Berusia Ratusan Tahun yang Akan Ditenggelamkan
Kisah Kampung Kedung Glatik, Desa Jawa Kuno Berusia Ratusan Tahun yang Akan Ditenggelamkan

Konon Desa Kedung Glatik sudah berdiri sejak abad ke-15

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Kampung Tua di Pelosok Hutan Semarang, Semua Rumah Dibuat dari Kayu Jati
Mengunjungi Kampung Tua di Pelosok Hutan Semarang, Semua Rumah Dibuat dari Kayu Jati

Di Dusun Banger sebenarnya masih banyak rumah tidak layak huni. Bahkan beberapa penghuninya tidak pernah mendapat bantuan sama sekali.

Baca Selengkapnya
Berwisata ke Kampung Sekayu Semarang, Dulunya Jadi Pusat Pengepulan Kayu untuk Pembangunan Masjid Agung Demak
Berwisata ke Kampung Sekayu Semarang, Dulunya Jadi Pusat Pengepulan Kayu untuk Pembangunan Masjid Agung Demak

Di kampung Sekayu terdapat sebuah masjid yang lebih tua dari Masjid Agung Demak

Baca Selengkapnya
Desa di Tuban Ini Larang Warga Bangun Rumah Hadap Utara hingga Sembelih Kambing, Ini Alasannya
Desa di Tuban Ini Larang Warga Bangun Rumah Hadap Utara hingga Sembelih Kambing, Ini Alasannya

Masyarakat desa ini punya tujuh pantangan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat

Baca Selengkapnya
Kisah Haru Nenek Penjual Tikar Anyaman, Dagangan Tak Kunjung Laku hingga Rela Tidur di Trotoar
Kisah Haru Nenek Penjual Tikar Anyaman, Dagangan Tak Kunjung Laku hingga Rela Tidur di Trotoar

Datang dari Lamongan ke Surabaya untuk menjual satu tikar, nyatanya dagangannya tak kunjung laku.

Baca Selengkapnya