Berusia Lebih dari 1.000 Tahun, Desa di Klaten ini Jadi yang Tertua se-Indonesia
Merdeka.com - Di Daerah Klaten, Jawa Tengah, ada sebuah desa yang diyakini menjadi desa tertua se-Indonesia. Desa itu bernama Kahuman, namun warga sekitar lebih sering menyebutnya Desa Upit. Letaknya berada di Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten.
Dilansir dari laman GNFI, umur Desa Upit ditandai dari sebuah prasasti yang ada di sana. Warga sekitar biasa menyebutnya Prasasti Upit. Dari tulisan yang tergores, diketahui prasasti itu dibuat pada tahun Saka 788 atau tepatnya pada 11 November 866.
Itu artinya, prasasti itu sudah berusia 1.154 tahun dan menjadi pertanda bahwa desa yang menjadi tempat prasasti itu sudah berdiri sejak lama. Dari catatat sejarah itu, diketahui bahwa Desa Upit diduga merupakan desa tertua di Indonesia.
Diduga Desa Tertua di Indonesia
Dari tulisan yang terdapat pada Prasasti Ngupit, diketahui desa itu menjadi desa tertua di Indonesia. Dulunya, prasasti itu ditemukan di belakang pekarangan rumah seorang carik bernama Mitro Wiratno. Saat ditemukan, keberadaan prasasti itu hanya dijadikan tempat penyangga gentong berisi air.
Selain itu, menurut Sesepuh Desa Upit, Dalimin Harno, ada temuan lain yang bisa memperkuat eksistensi desa itu sebagai yang tertua di Indonesia. Temuan itu berupa batu-batu candi yang berada di sebuah kompleks pemakaman.
“Waktu saya kecil batu itu berbentuk segi empat, namun terletak di atas. Jadi semua susunan itu terdiri dari batu candi,” ungkap Dalimin dikutip dari Kominfo Jateng.
Masjid Tua
©YouTube/Merdeka Jawa Tengah
Selain prasasti dan batu candi, di Desa Upit terdapat sebuah masjid tua yang konon usianya tak terpaut jauh dengan Prasasti Upit. Oleh masyarakat setempat, masjid tua itu bernama Masjid Sorowaden.
Salah satu bukti yang menunjukan kalau masjid itu sudah berusia tua adalah bentuk arsitekturnya yang menggunakan empat pilar kayu jati dan sebuah sumur tua di depannya. Dengan adanya masjid ini, diperkirakan agama Islam sudah masuk wilayah Klaten sejak seribu tahun yang lalu.
Dulunya Daerah Bebas Pajak
Dilansir dari akun Instagram Kominfo Jateng, Desa Upit atau Desa Kahuman dulunya merupakan desa perdikan atau desa bebas pajak pada zaman Mataram Kuno. Artinya, warga di Desa Upit dulunya tidak diwajibkan membayar pajak atau upeti pada pemerintah kerajaan.
Menurut salah satu anggota tim Pelestari Ngupit Ngawen, Rohani, dari adanya prasasti Ngupit bahwa desa itu telah memiliki tata pemerintahan yang sudah diakui sejak zaman dulu. Kini, prasasti asli tersimpan di Balai Pelestarian Cagar Budaya Jateng.
Berpotensi Jadi Desa Wisata
Di Desa Upit, terdapat sebuah mata air yang dikeramatkan. Warga sekitar menyebutnya dengan nama Mata Air Pengilon. Mereka percaya mata air itu bisa menyembuhkan segala jenis penyakit.
Namun seiring waktu, kepercayaan itu tak lagi dikultuskan karena kemajuan pemikiran yang masuk ke desa ini. Justru ke depannya, desa itu akan dikembangkan menjadi desa wisata air karena debit air yang melimpah di sana.
Pada tahun 2017 silam, sudah dimulai pembangunan kolam renang anak dan kolam renang dewasa standar nasional. Diharapkan pembangunan kolam renang ini bisa menjadi fasilitas bagi para atlet renang dan tempat rekreasi renang yang nyaman untuk keluarga.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang WNI yang berprofesi sebagai seorang pelaut mengunggah sebuah tempat yang begitu indah di dekat Antartika.
Baca SelengkapnyaWarga menduga pelaku merupakan pendatang, sehingga bukan keturunan asli Desa Sukamanah.
Baca SelengkapnyaTarian khas Sunda yang unik dan menggambarkan lahirnya serangga kupu-kupu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Konon Desa Kedung Glatik sudah berdiri sejak abad ke-15
Baca SelengkapnyaDilansir dari Liputan6, ocah 6 tahun, AJ disunat jin yang memicu perhatian warga Mereka berbondong-bondong ke rumah AJ, . Simak kronologi selengkapnya!
Baca SelengkapnyaYuk, simak 15 kastil yang paling tua di dunia untuk menambah daftar kunjungan wisata kamu!
Baca SelengkapnyaPohon itu dikeramatkan oleh warga setempat. Bahkan warga sengaja membangun pagar besi mengelilingi pohon keramat itu
Baca SelengkapnyaBanyak warga lokalnya menggunakan ladang untuk dijadikan sebagai lahan menanam sayur-sayuran.
Baca SelengkapnyaKebun sawit terbesar di dunia seluas 586 ribu Ha dan diharapkan menyentuh 708 ribu Ha dalam satu dasawarsa.
Baca Selengkapnya