TPA Cipayung dan Gunungan Sampah yang Menjulang
Merdeka.com - Gunungan sampah menyambut kedatangan saya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung. Di sinilah sampah dihasilkan warga Depok dan sekitarnya berakhir.
TPA Cipayung berdiri di atas lahan seluas 10,8. "Terdiri dari kolam a, kolam b, kolam c dan fasilitas pendukung lainnya, seperti kantor, jembatan timbang, parkiran, nah untuk kolam a dan kolam b itu seluas 5 hektare," cerita Kasubag TPA Cipayung, Asep Hidayat, saat ditemui merdeka.com, Jumat (31/1).
Asep menjelaskan, sebelum menjadi gunungan sampah, lahan-lahan di TPA Cipayung dibentuk berupa kolam. Seiring waktu dan produksi sampah tak pernah berkurang, kolam itu berubah jadi gunungan sampah.
Satu hari, sampah yang dihasilkan warga Depok mencapai 1.400 ton. Namun tak semuanya bermuara ke TPA Cipayung.
"Sampah yang dibawa ke sini 900 ton, sisanya dikelola UPS masing-masing," katanya.
Saat ini, sambung Asep, hampir semua titik pembuangan sudah dipenuhi sampah. Ketinggiannya rata-rata 20 meter.
Mengingat musim hujan sudah tiba, agar gunungan sampah tidak longsor, pihaknya melakukan salah satu cara. Yakni, menutup gunungan sampah menggunakan plastik. Cara ini sekaligus mengurangi bau sampah. Saat ini ada dua titik yang ditutup plastik, yakni kolam a dan kolam b.
"Plastik yang digunakan adalah plastik ramah lingkungan dan akan hancur sendirinya. Ini sudah dua pekan ditutup plastik," jelasnya.
Cara lain yang dipakai, menaburkan bahan kimia yang juga berfungsi untuk mengurangi bau.
"Kita menaburkan bahan kimia yang dilakukan secara berkala tergantung situasi," kata Asep.
Sejauh ini, katanya, TPA Cipayung belum berniat akan menambah luasan wilayahnya. Selain lahan yang sulit didapat, harga juga kian tinggi.
"Nah sekarang kondisi tanah di Depok itu udah sulit dan mahal, nah dengan sulitnya tanah di depok, sekarang kita pakai plastik," kata Asep.
Warga Tak Keberatan
Bermukim di lokasi tak jauh dari tempat pembuangan sampah, tidak membuat warga Jl Pertanian Cipayungjaya selalu resah. Bahkan, warga tidak terlalu merasakan bau menyengat.
"Kalau di sini sih Alhamdulillah enggak begitu bau, mungkin karena faktor pohon. Paling bau kalau misalkan ada truk sampah yang lewat aja, yang bau itu ada di daerah yang lebih tinggi dari gunung sampah itu kaya rumah saya, nah mungkin anginnya ke sana," ujar Redi, warga setempat.
Malah, kata Redi, keberadaan TPA Cipayung dimanfaatkan warga sekitar untuk membuka usaha lapak makanan.
"Kadang supir sama petugas TPA kan suka beli, lapak-lapak jualan sekitar sini juga lumayan ekonominya," jelasnya.
Reporter Magang: Bagus Kusumo Sejati
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain diolah sebagai pupuk kompos, sampah-sampah ini juga dijadikan sebagai bahan bakar alternatif.
Baca SelengkapnyaMusim hujan adalah mimpi buruk bagi cucian-cucian yang menumpuk sebab rawan bau apek lantaran lembap.
Baca SelengkapnyaHasil pembakaran sampah itu bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sementara asapnya bisa disuling menjadi pupuk cair.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tampak ada dua spanduk berwana merah lengkap dengan foto YA sekaligus ucapan dukungan terhadapnya.
Baca SelengkapnyaKeberadaan TPS ini menjadi sumber rezeki bagi warga setempat.
Baca SelengkapnyaPiala Adipura terakhir diraih Banyuwangi pada tahun 2017.
Baca SelengkapnyaDapat mengurangi permasalahan sampah, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Baca SelengkapnyaIni dilakukan karena sedang dilakukan perbaikan pasca peristiwa longsor yang terjadi akibat curah hujan tinggi.
Baca SelengkapnyaPengguna jasa permak pakaian meningkat 2-3 kali lipat dibanding hari biasa.
Baca Selengkapnya