Merdeka.com - Teriknya sinar matahari tidak melunturkan semangat 52 anggota Paskibraka yang melaksanakan geladi resik upacara HUT RI ke-74 di Kawasan Pantai Maju, Pulau Reklamasi, Jakarta Utara. Upacara hari kemerdekaan digelar di Pulau Reklamasi sesuai dengan Ingub no. 71 tahun 2019 tentang Upacara Pengibaran Bendera dalam Rangka Peringatan HUT ke-74 RI.

Arief Chaniago selaku Pembina Paskibraka mengatakan tidak ada kendala signifikan terkait tempat. Sebab paskibraka dilatih untuk siap bertugas di medan apapun.

"Penyesuaian cuma setengah hari untuk aklimatisasi, yaitu penyesuaian suhu dan medan. Tapi, pada dasarnya formasi yang dibuat cukup adaptif untuk bentuk dan ruang tertentu. Di sini makin sore anginnya makin kencang. Tapi nanti kita kan tugasnya pagi, jadi penyesuaian suhu dan lain-lain hanya pagi. Sisanya, kami tinggal berkoordinasi dengan pihak yang menyiapkan lapangan, menyesuaikan kami butuhnya apa. Seperti misalnya kami butuh papan lurus untuk jalan paskibrakanya," tutur Arief saat ditemui merdeka.com, Jumat (16/8).

Arief mengungkapkan mereka yang terpilih jadi anggota Paskibraka sudah diseleksi sejak Maret 2019. Mereka, lanjut dia, latihan di Lapangan IRTI Monas dan Lapangan Banteng selama 2 hingga 3 minggu. Dia mengatakan, kesiapan pasukannya untuk upacara HUT RI sudah mencapai 98%.

"Sudah mencapai 98%, 2% nya tinggal persiapan mental dan spiritual. Pasti ada yang stres, grogi, dan segala macam. Tapi setiap hari kami memotivasi dan dukung adik-adik. Untuk sisi teknis, sisi fisik, gak ada masalah. Keletihan pasti ada, tapi mereka didukung dengan baik. Bentuk latihan juga hanya satu ronde, kemudian 10-15 menit istirahat, baru mulai lagi," katanya.

"Hari ini kita latihan dari sekitar 08.30 sampai Salat Jumat. Tapi, sebelumnya di lapangan IRTI atau Lapangan Banteng, latihannya dari jam 9 atau 10 hingga menjelang Magrib. Karena di sana intensitasnya sudah tinggi, jadi di sini tinggal mengikuti flow," jelasnya.

Salah satu paskibraka, Nadya yang merupakan siswi kelas 11 SMA Negeri 3 Jakarta mengaku ikut paskibraka karena termotivasi karena Ibunya yang juga seorang paskibraka.

"Mama aku dulu paskibraka, tapi di Jawa Barat tahun 1988, jadi ada motivasi ingin seperti dia," ucapnya penuh semangat sambil tersenyum walau wajahnya dipenuhi keringat hasil latihan.

Beruntung, keinginan melanjutkan jejak Ibunya dapat terwujud ketika peserta tanpa pengalaman paskibra boleh mendaftar. Hasilnya, ia diterima setelah melalui beberapa tahap seleksi.

Suka dan duka telah dirasakan Nadya setelah berbulan-bulan mengikuti seleksi dan latihan. "Dukanya capek karena setiap hari latihan dan sekolah jadi kepotong, tapi untungnya ada dispensasi. Sukanya karena dapat teman baru, gak cuma satu wilayah, karena DKI Jakarta ada 6 (wilayah) kan. Personality teman-teman juga beda, jadi banyak ketemu orang baru," ungkapnya.

Meskipun latihan sudah mencapai tahap akhir, dia mengaku, masih belum mengetahui apa posisinya saat upacara nanti."Posisinya belum dikasih tau, makanya latihan semua posisi. Tapi kalau pemimpin, komandan, dan pemegang baki udah ada beberapa calonnya. Besok pagi baru dikasih tau apa posisi kita," katanya.

Usai melaksanakan tugas di hari kemerdekaan, masih ada masa tugas dan masa bakti bagi paskibraka. "Setelah ini kita ada masa tugas dan masa bakti selama satu tahun delapan bulan. Masa tugas itu kalau ada hari besar nanti kita ngibarin bendera lagi. Masa bakti itu, ketika ada junior tahun depan, kita yang ngasih ajaran-ajaran yang kita dapat sekarang ke mereka," tutupnya.

Penulis Magang: Ahdania Kirana