
Sejarah Unik Rumah Adat Panjalin di Majalengka, Berusia 300 Tahun dan Dibangun hanya dengan 1 Batang Pohon
Rumah Panjalin disebut menjadi kearifan lokal khas setempat yang masih dirawat hingga sekarang.
Rumah Panjalin disebut menjadi kearifan lokal khas setempat yang masih dirawat hingga sekarang.
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, memiliki kearifan lokal berbentuk rumah adat yang sudah berusia 300 tahun.
Bangunan yang diberi nama rumah Panjalin ini disebut jadi peninggalan sejarah khas setempat yang masih dirawat hingga sekarang.
Terdapat kisah menarik tentang rumah adat ini, di mana bangunannya hanya dibuat dari satu batang pohon.
Selain itu rumah adat ini juga membawa pesan untuk masyarakat agar tetap menjaga tali persaudaraan. Yuk simak kisah menariknya.
Mengutip laman direktoripariwisata.id, rumah adat ini awalnya dibangun oleh keturunan Kerajaan Talaga Manggung bernama Raden Sanata di tahun 1700-an.
Ia sebelumnya berguru di Pondok Pesantren Pager Gunung, yang tidak jauh dari Kampung Panjalin, Desa Panjalin, Kecamatan Cikalong Wetan.
Berdasarkan catatan sejarah, Raden Sanata kemudian menikahi Putri Seruni, yang merupakan putri dari Raja Syahrani sebagai penyebar Agama Islam di sana. Raja Syahrani berasal dari Cirebon dan meninggal di Panjalin.
Disebutkan bahwa rumah tersebut menjadi lokasi penyebaran ajaran Islam yang berpusat di Panjalin.
Gambar: YouTube Maulana Yahya Subandi.
Rumah ini diperkirakan merupakan peninggalan masa Islam di Jawa Barat, karena rekam jejak Raden Sanata di masa silam.
Walau demikian, belum ditemukan data dan penelitian pasti soal rumah adat Panjalin yang merupakan peninggalan masa penyebaran Islam di Majalengka.
Merujuk laman Napak Jagat Pasundan, rumah adat Panjalin sendiri konon dibangun hanya dengan satu batang pohon Jati.
Pengerjaannya juga unik, karena pohon jati tersebut tidak ditebang dan akarnya masih berada di bawah bangunan rumah adat Panjalin.
Di bagian dalam juga masih tersimpan benda-benda peninggalan Raden Sanata, salah satunya perkakas pusaka.
Fakta menarik lainnya dari bangunan tersebut adalah ditemukan pesan kekeluargaan yang tertulis di dinding kayu.
Pesan tersebut tertulis “Mutus Karuhun, Megat Katurunan” yang dibentuk secara melingkar dengan tulisan ‘Munafek’ di tengahnya.
Jika diartikan, pesan tersebut mengandung makna agar peninggalan leluhur wajib dijaga karena orang yang memutus tali silaturahmi dikatakan sebagai seseorang yang munafik.
Kini bangunan ini telah menjadi cagar budaya, dengan bentuk yang mirip rumah adat Minahasa. Walau demikian struktur utamanya tetap berbebntuk panggung, sesuai desain mendasar rumah adat Sunda.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keberadaan rumah potong hewan ini tak bisa lepas keberadaannya dari sejarah Kota Surakarta.
Baca SelengkapnyaJulukan "gerbang neraka" ini diberikan warga lokal karena tempatnya yang menyeramkan.
Baca SelengkapnyaRumah mewah ini kaya akan dekorasi, berusia 2000 tahun.
Baca SelengkapnyaWarga lokal hingga mancanegara sering memburu kerupuk ini. Diproduksi sejak 94 tahun lalu, kelezatannya dipuji banyak orang.
Baca SelengkapnyaTNI merupakan garda terdepan dalam menjaga kedaulatan negara. Namun bagaimana sejarah terbentuknya hingga tetap diandalkan sampai saat ini?
Baca SelengkapnyaKebun teh ini telah berganti kepemilikan berkali-kali seiring zaman.
Baca SelengkapnyaPembebasan pajak pembelian rumah ini berlaku hingga Juni 2024 mendatang.
Baca Selengkapnya