Nostalgia Banget, Ini Fakta Menarik Sunat Bengkong yang Terkenal dari Tanah Betawi
Uniknya, sunat bengkong hanya berlangsung kurang dari 10 menit dan tidak terasa sakit walau tak dibius

Uniknya, sunat bengkong hanya berlangsung kurang dari 10 menit dan tidak terasa sakit walau tak dibius

Nostalgia Banget, Ini Fakta Menarik Sunat Bengkong yang Terkenal dari Tanah Betawi
Orang Betawi memiliki budaya sunat tradisional yang sudah bertahan sejak ratusan tahun silam. Tradisi bernama bengkong ini terbilang berbeda dari sunat kebanyakan, salah satunya karena memakai sebilah bambu.
Bagi warga di Jakarta dan sekitarnya kelahiran di bawah 1990, masih merasakan masa kecil dengan metode sunat tersebut. Penghilang rasa sakitnya pun unik, dan tidak memakai unsur medis dan bisa dilakukan sembari bermain.
Namun tradisi sunat unik ini perlahan mulai ditinggalkan, karena tidak ada penerus maupun kurang mengetahui tentang praktik sunat tradisional tersebut.
Sunat bengkong jadi salah satu warisan kesehatan dari leluhur Betawi di masa silam, yang kabarnya tidak meninggalkan rasa sakit.
Berikut informasi tentang sunat bengkong yang legendaris.


Menggunakan Bambu
Mengutip laman Kementerian Pendidikan, alat utama yang digunakan dalam prosesi membengkong adalah satu buah bilah bambu sebesar sumpit yang terbuat dari bambu.
Gambar: Kemdikbud.
Ujungnya runcing, dan dipakai untuk mempermudah prosesi sunat, dengan memasukkannya ke penis anak yang disunat.
Lalu ada juga penjepit berbahan bambu, yang bentuknya mirip ketapel. Penjepit ini digunakan untuk menjepit kulit penis yang akan disunat, sehingga memudahkan.
Terakhir ada pisau super tajam yang bentuknya mirip alat cukur rambut. Biasanya pisau ini sudah diasah lebih dari 20 kali, sebelum digunakan untuk mencegah rasa sakit. Adapun istilah bengkong merujuk kepada mantrinya, bukan metode sunatnya.
Ajaib karena Tidak Sakit
Dalam kanal Youtube Candriyan Attahiyyat, dikatakan bahwa keunikan tradisi sunat tradisional ini adalah tidak menimbulkan rasa sakit.
Ada beberapa cara yang dilakukan sebagai bentuk antisipasi, seperti anak-anak yang hendak disunat diminta untuk mandi air dingin terlebih dahulu atau berendam di sungai sejak setelah subuh.
Kemudian, dalam perjalanan pulang penis tetap dibalut dengan kain basah agar kedinginan dan tidak menyebabkan rasa sakit.
Selain itu, bengkong juga akan mengajak ngobrol kepada pasiennya agar fokusnya teralihkan sehingga tidak terasa sakit.

Berlangsung Kurang dari 10 Menit
Keunikan lain dari sunat bengkong adalah pelaksanaannya yang kurang dari 10 menit. Biasanya bengkong akan mengajak ngobrol pengantin sunat ataupun mengajak ngobrol orang tua.
Untuk berkomunikasi dengan orang tua, bengkong akan menanyakan soal hewan ayam yang biasanya jadi sajian. Biasanya ia akan bertanya, apakah ayamnya ingin dipotong sekarang? Lalu saat orang tua anak yang disunat menjawab “iya” tak lama prosesinya sudah selesai.

Menariknya lagi, rata-rata sunat tersebut sudah berakhir dalam waktu 4 sampai 7 menit dan tidak menggunakan bius sama sekali.
Tidak Boleh Menginjak Kotoran Ayam dan Memakan Makanan Berbau Amis
Budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra menyebut sejumlah pantangan bagi anak-anak yang disunat bengkong.
Pertama, mereka tidak boleh menginjak kotoran ayam lancung alias kotoran yang cair. Lalu, anak tersebut juga tidak diperbolehkan untuk memakan makanan yang berbau amis yakni telur dan sejenisnya.
Sampai sekarang tidak diketahui secara pasti alasan pantangan tersebut, namun bisa jadi ini karena kotoran mengandung bakteri yang memungkinkan masuk ke tubuh saat terinjak dan mempengaruhi ke proses penyembuhan.
Saat ini sangat sedikit yang masih melestarikan sunat tradisional Betawi ini, namun keunikannya jadi salah satu daya tarik kebudayaan yang patut dilestarikan.

Foto sunat bengkong tahun 1975/Facebook Desa Teluk Naga.