Kisah Macan Tutul Terakhir di Jakarta, Ditembak Pak Camat usai Serang Warga Kampung karena Kelaparan
Asisten wedana dengan kepolisan dari polsek setempat langsung melakukan perburuan ke lapangan dan mencari ke tempat persembunyian macan itu.
Asisten wedana dengan kepolisan dari polsek setempat langsung melakukan perburuan ke lapangan dan mencari ke tempat persembunyian macan itu.
Pagi hari sebelum pukul 09.00 WIB, keheningan warga Condet di bilangan Jakarta Timur tiba-tiba pecah usai seorang warga diserang seekor macan tutul.
Hari itu bulan Oktober 1929. Macan tersebut menerkam korban untuk dijadikan sebagai target mangsanya.
Namun dengan refleksnya, pria itu mencoba sekuat tenaga melakukan perlawanan agar tidak tewas dijadikan menu sarapan dari kucing besar itu.
Tidak jelas datangnya dari mana, namun kejadian itu langsung menggegerkan warga di sana.
Penyerangan macan tutul itu berawal ketika pria tersebut melintas di sekitar lokasi. Tiba-tiba saja hewan itu langsung berlari ke arah dirinya.
Korban marah dan lekas memukul macan itu dengan sebatang kayu agar hewan tersebut tidak lagi menyerangnya.
Upayanya kemudian berhasil. Macan tutul kemudian kembali bersembunyi masuk ke wilayah hutan untuk melindungi diri.
Menurut informasi, macan tutul itu cukup besar dan panjang, dengan panjang tubuh mencapai 1,70 meter.
Kejadian disebutkan berlangsung pada hari Senin, di sekitar wilayah Pasar Rebo yang tak jauh dari kantor Polsek.
Pertarungan keduanya kemudian mengundang perhatian asisten wedana yang langsung mendatangi lokasi.
Kemarahan warga yang diserang itu juga didukung amarah dari asisten wedana atau camat di lokasi. Ini berkaitan dengan banyaknya ternak warga yang dilaporkan hilang.
Sejak itu diketahui jika macan tutul tersebut mengalami kelaparan, sehingga memangsa ternak dan menyerang warga tersebut.
Asisten wedana dengan kepolisan dari polsek setempat langsung melakukan perburuan ke lapangan dan mencari ke tempat persembunyiannya.
Setelah ditemukan, polisi langsung menembak macan itu dengan pistol dinasnya. Kemudian macan itu sekarat dan mengerang kesakitan.
Setelahnya asisten wedana ikut menembak ke arah telinga sehingga macan terakhir di Condet itu langsung tewas.
Berita ini diketahui terbit di sebuah surat kabar zaman Hindia Belanda bernama Soerabaijas Handlesblad edisi 16 Oktober 1929.
Segala upaya dilakukan untuk menekan kemacetan Jakarta yang semakin hari kian parah.
Baca Selengkapnya"Betul (korban) karyawan Moda Raya Terpadu," kata Kapolsek Cakung, Kompol Panji Ali Chandra.
Baca SelengkapnyaAliansi Masyarakat Jaktim terpantau mendukung gugatan soal calon presiden dan calon wakil presiden yang tengah dijalankan MK.
Baca SelengkapnyaArief mengingatkan, anak-anak muda membutuhkan pemikiran yang maju seperti isu lapangan pekerjaan.
Baca SelengkapnyaEnam daerah tersebut masuk dalam kategori rawan karena banyaknya jumlah kejadian kebakaran yang terjadi dalam tiga tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaHeru Budi Hartono mengizinkan buruh untuk menggugat Keputusan Gubernur (Kepgub) soal UMP ke PTUN
Baca SelengkapnyaTujuannya, untuk memanfaatkan aset-aset tertentu milik Pemerintah DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaKomite Kereta Cepat Jakarta-Bandung tetap meminta Kementerian BUMN untuk membuat skema pengawasan keuangan di tubuh PT KAI.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan kabar yang beredar Adiba dan Egy akan melangsunngkan akad nikah pada pukul 11.00 WIB di kawasan Jakarta.
Baca Selengkapnya