Produk ini cocok jadi hiasan ruangan dan perabot rumah tangga. Sejarah mencatat, keberadaan tenun mendong berangkat dari kreativitas warga Tasik di awal abad 20
Tenun Mendong Tasikmalaya Kemdikbud
Potret di atas merupakan aneka produk cantik dari pintalan tenun khas Tasikmalaya, Jawa Barat. Warga sekitar biasa membuatnya di rumah-rumah produksi, Desa Kamulyan, Kecamatan Manonjaya serta di Desa Singkup, Kecamatan Purabatu.
Sepintas, pintalan terbuat dari unsur benang dari kain. Namun siapa yang menyangka, bahwa bahan utamanya berasal dari tumbuh-tumbuhan bernama mendong.
Orang lain juga bertanya?
Sudah sejak puluhan tahun silam, warga di Tasikmalaya membuat aneka kerajinan tersebut. Karena memiliki warna dan motif yang cantik, para perajin pun bisa memetik berkah ekonomi dari keberadaannya.
Produk ini cocok menjadi hiasan ruangan maupun perabot rumah tangga. Sejarah mencatat, keberadaan tenun mendong berangkat dari kreativitas warga sekitar di awal abad ke-19 silam. Berikut informasinya.
Sudah Ada Sejak Awal 1900-an
Tenun Mendong Tasikmalaya Kemdikbud
Kerajinan tenun mendong ternyata sudah ada dalam kebudayaan masyarakat Tasikmalaya sejak tahun 1900-an. Di masa itu, masyarakat Sunda banyak menggunakan hasil alam berupa tumbuhan untuk produk kerajinan.
Mengutip kebudayaan.kemdikbud.go.id, saat itu, tenun mendong digunakan sebagai alas tikar sebagai tempat duduk di rumah, masjid, dan surau.
Kemudian, mendong juga diperbaharui inovasinya sehingga tercipta taplak meja serta aneka pernak pernik seperti tas, dompet, sandal, tempat tisu dan lain sebagainya.
Dibuat dengan Ditenun Untuk menghasilkan produk mendong yang cantik, diperlukan proses yang panjang. Mula-mula, batang mendong dipilih yang memiliki kualitas bagus, kemudian batang dijemur dan diberi cairan khusus agar mengeras.
Kemudian, diberi tambahan pewarna sesuai keinginan agar produk menjadi beragam dan memiliki nilai jual di pasaran.
Semakin beragam motif dan warna, semakin berbeda pula harganya. Ini juga terkait makna yang tersirat di produk mendong sebagai upaya menghormati leluhur.
Ditanam di Tasikmalaya
Tenun Mendong Tasikmalaya Kemdikbud
Merujuk unpas.ac.id, tumbuhan mendong diketahui memiliki bentuk yang menyerupai semak belukar. Biasanya, mendong terdapat di area rawa, sawah ataupun di sekitar sungai. Ukuran tingginya minimal dua meter, dengan batang yang padat namun elastis. Di bagian pucuknya terdapat bunga berwarna putih, sedikit merah.
Awalmula munculnya tanaman mendong tak terlepas dari dua sesepuh di Kecamatan Purabatu yakni Juragan Oneng dan Haji Maksum. Mereka menyerahkan benih tanaman yang dibawa dari Sumbawa kepada H. Aripin, ayah Haji Maksum sebagai seorang pengusaha tenun kain sarung, untuk ditanam di sawah miliknya.
Agar namanya mudah disebut, keduanya memberi nama tanaman ini “Mendong,” singkatan dari "dimemen" (disayang) dan "digandong" (dipangku), merujuk pada perlakuan penuh kasih yang diterima tanaman ini selama perjalanan dari Sumbawa ke Jawa.
Produk Terjual sampai Mancanegara
Tenun Mendong Tasikmalaya Kemdikbud
Karena memiliki motif yang unik, dengan perpaduan warna beragam, konsumen mendong pun terus bertambah.
Semenjak para perajinnya berinovasi dengah menghasilkan dompet, sandal dan produk unik lainnya, penjualannya langsung merambah ke luar negeri.
Para pembeli tidak hanya berasal dari Tasikmalaya, Bandung ataupun Jakarta, saat ini mendong sudah sampai ke negara Jepang, Belanda, Australia, Timur Tengah dan Malaysia.