Merdeka.com - Mohamad Ali dikenal sebagai pejuang tangguh yang sangat ditakuti militer Belanda di Cianjur. Berbagai cara dilakukan untuk menghabisinya hingga akhirnya dia tertangkap dan ditembak mati.
Oleh: Hendi Jo
Jembatan itu terpuruk dimakan zaman. Selain sisinya yang sudah tak bertangan lagi, badan jalannya pun banyak berlubang dan ditumbuhi rerumputan liar. Sementara itu jauh di bawahnya, Sungai Cisokan menganga lebar dengan aliran airnya yang berwarna kecokelatan.
Di situlah, puluhan tahun lalu banyak para pejuang republik yang menemui ajalnya di tangan para serdadu Belanda.
"Salah satunya adalah Mohamad Ali, salah seorang komandan laskar Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI) di Cianjur," ungkap Raden Makmur, kelahiran 1931.
BBRI adalah organ perjuangan nasional yang didirikan oleh Dokter Muwardi di Jakarta pada 1946 dan berpindah ke Surakarta usai Jakarta diduduki Belanda. Organ kaum nasionalis yang awalnya menginduk kepada Partai Nasional Indonesia (PNI) itu, lantas membentuk banyak cabang termasuk di Cianjur.
Karena kharisma-nya, Mohamad Ali lantas diangkat sebagai pimpinan BBRI Cianjur. Pemuda kelahiran Kampung Sukasari (Ciranjang) sebelum perang itu seorang pedagang es cendol.
Banyak sesepuh Cianjur mengenang Ali sebagai lelaki bertubuh kecil dan berjalan pincang karena penyakit polio sejak kecil. Namun jangan ragukan keberanian Ali.
"Dia itu diibaratkan sebagai bantengnya kaum republik di Cianjur saat itu," kenang Raden Makmur yang juga eks anggota BBRI Cianjur.
Menurut Makmur, komandannya tersebut memang memiliki watak seorang pemimpin yang istimewa karena sangat berwibawa. Ali dikenal kerap menjalankan terlebih dahulu apa yang dia perintahkan. Misalnya saat dalam pertempuran: dia bilang maju, maka dia akan maju duluan ke depan.
Pada awal 1946, ketika Ali menduduki posisi sebagai Komandan Kompi II Batalyon ke-3 Resimen ke-3 Divisi III BBRI, dia kerap memimpin anak buahnya mencegat konvoi-konvoi tentara Sekutu (Inggris) di sepanjang Jalan Raya Bandung.
Advertisement
Salah satu prestasi Kompi II adalah ketika berhasil menghancurkan satu unit pasukan Inggris dari Gurkha Rifles di Ciranjang.
"Dalam pertempuran itu, kami berhasil menawan lima tentara Gurkha," kenang Raden Makmur.
Usai Inggris hengkang, pada 1947 BBRI dilebur ke dalam TNI. Ali sendiri kemudian dipindahkan ke pasukan Divisi Siliwangi yang berpangkalan di Sukanagara. Dia tetap memimpin pasukannya melawan tentara Belanda di wilayah pegunungan selatan Cianjur.
"Dia diberi pangkat sebagai letnan muda,” tulis sebuah dokumen berjudul Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Rakyat di Ciranjang yang disusun oleh Nasilan dan kawan-kawan.
Pasca agresi militer Belanda ke-1, pada akhir 1947, Ali mendapat tugas untuk mengunjungi simpul-simpul Siliwangi di Bandung yang sempat tercerai-berai. Saat di kota pendudukan Belanda itulah, gerak-geriknya tercium oleh agen intelijen Belanda bernama Salim.
"Dia berhasil diciduk di Kampung Sayati, dekat Cigereleng, Bandung," ungkap Nasilan.
Mohamad Ali kemudian dibawa ke Selakopi, Cianjur. Di markas NEFIS (Badan Pelayanan Intelijen Belanda) itu dia mendapat perlakuan kasar. Dia dipukuli dan disetrum oleh tiga interogator NEFIS Cianjur yang dikenal kejam yakni Barjah, Ali dan Djadjuli.
Suatu malam pada Februari 1948, Ali tiba-tiba dibawa dari tahanan dan diangkut dengan sebuah truk militer yang kemudian bergerak ke arah timur. Begitu sampai di Jembatan Cisokan, mobil pun behenti. Tanpa banyak cakap, dia diseret oleh dua serdadu Belanda dan langsung dieksekusi dengan beberapa tembakan.
"Mayatnya dibuang ke Kali Cisokan dan tak pernah ditemukan hingga kini," ujar Nasilan.
Kematian Ali diketahui oleh seorang pejuang bernama Tatang Iskandar beberapa minggu kemudian. Begitu mendapat informasi itu, dia lantas memberitahu Nyi Canah, istri Ali sekaligus keponakan Tatang sendiri.
Nyi Canah menerima kabar itu dengan tegar. Dia hanya bisa mengeluarkan air mata sambil mengelus rambut Ciah dan Engkus (dua anaknya dari Ali) dengan penuh kasih sayang.
"Ya begitulah resiko yang harus diterima seorang istri pejuang," ujar Raden Makmur.
Untuk mengenang kepahlawanan Mohamad Ali, pemerintah Kabupaten Cianjur pada 1960an, lantas menabalkan namanya untuk dua ruas jalan. Satu di pusat kota, satu lagi di Kecamatan Ciranjang yang merupakan kampung halaman Mohamad Ali.
Advertisement
Taruna Akmil Apes, Orang Pakai Baju Lusuh Dikira Pembantu, Tahunya Jenderal TNI!
Sekitar 17 Jam yang laluDi Mata Anak Buah Saat Perang, Soeharto Seolah Kebal Peluru, Benarkah?
Sekitar 18 Jam yang laluMayor TNI Temukan Harta Karun Tentara Jepang di Bogor, Isinya Emas Permata
Sekitar 1 Hari yang laluTerungkap, Tukang Rokok di Depan Rumah Menteri Pertahanan Ternyata Intel
Sekitar 3 Hari yang laluSosok Pengkhianat Terbesar China, Satu Negara Hancur Karena Serakah & Mesum
Sekitar 3 Hari yang laluKisah Lucu Paspampres Refleks Lari Mengawal R-1, Lupa Sedang Nikahkan Anak
Sekitar 4 Hari yang laluTak Mau Hadiri HUT PKI, Jenderal Yani 'Gerilya' ke Jawa Barat, Ini Alasannya
Sekitar 4 Hari yang laluMisi Rahasia Pilot Jet Tempur Rusia Bantu TNI Mengebom Militer Belanda
Sekitar 5 Hari yang laluPulang Tugas dari Kongo, Pasukan TNI Borong Rolex & Jam Swiss 10 Koper
Sekitar 6 Hari yang laluBung Karno Ingin Baju yang Dipakai Jenderal Yani, ini Komentar Soeharto
Sekitar 6 Hari yang laluPerwira TNI Bertaruh Nyawa Jadi Umpan Sniper Saat Kawal Presiden ke Bosnia
Sekitar 1 Minggu yang laluPrajurit TNI Ketakutan Sudah Pensiun Dicari Jenderal, Endingnya Salut Banget
Sekitar 1 Minggu yang laluJenderal TNI Tolak Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Alasannya Lucu
Sekitar 1 Minggu yang laluRumor Ada Marinir Sediakan Ikan di Bawah Kapal Saat Soeharto Memancing
Sekitar 1 Minggu yang laluMahfud MD Jawab Tudingan Pemerintah Lambat Selesaikan Kasus Hukum
Sekitar 4 Jam yang laluSurvei Populi Center: Citra Polri Mulai Membaik Pascakasus Ferdy Sambo
Sekitar 6 Jam yang laluKompolnas soal Ancaman Pidana Penyebar Video WNA Nakal: Itu Ajak Warga Jaga Kantibmas
Sekitar 8 Jam yang laluVIDEO: Kapolda Pastikan Mario Dandy Tersangka Pencabulan AG, Hukuman Makin Berat
Sekitar 11 Jam yang laluSurvei Populi Center: Citra Polri Mulai Membaik Pascakasus Ferdy Sambo
Sekitar 6 Jam yang laluMenakar Peluang Kasasi Diajukan Putri Candrawathi, Mengurangi atau Perberat Hukuman?
Sekitar 5 Hari yang laluMembaca Peluang Ferdy Sambo Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 6 Hari yang laluSekuat Tenaga Ferdy Sambo Ingin Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 6 Hari yang laluMenakar Peluang Kasasi Diajukan Putri Candrawathi, Mengurangi atau Perberat Hukuman?
Sekitar 5 Hari yang laluMembaca Peluang Ferdy Sambo Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 6 Hari yang laluSekuat Tenaga Ferdy Sambo Ingin Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 6 Hari yang laluFerdy Sambo, Putri Candrawathi dan Kuat Maruf Ajukan Kasasi ke MA
Sekitar 1 Minggu yang laluIntip Liburan Ronny Talapesy Pengacara Bharada E di Luar Negeri, Sosok Istri Disorot
Sekitar 1 Bulan yang laluPermohonan Banding Kandas, Ricky Rizal Tetap Dihukum 13 Tahun Penjara
Sekitar 1 Bulan yang laluFerdy Sambo Tak Hadir di Sidang Putusan Banding Vonis Mati
Sekitar 1 Bulan yang laluIndonesia Kirim 1,5 Juta Dosis Vaksin Pentavalent untuk Nigeria, Nilainya Rp30 Miliar
Sekitar 1 Hari yang laluVaksin Influenza pada Ibu Hamil Bisa Berikan Kekebalan Tubuh pada Janin
Sekitar 4 Hari yang laluAdvertisement
Advertisement
Dicky Budiman
Peneliti dan Praktisi Global Health Security Griffith University AustraliaMemaknai Pencabutan Status Darurat Kesehatan Masyarakat Covid-19
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami