Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengungkap Kelompok Pelaku Masa Bersiap di Sekitar Jakarta

Mengungkap Kelompok Pelaku Masa Bersiap di Sekitar Jakarta Lasjkar Rakjat Djakarta Raja. ©2022 IPPHOS

Merdeka.com - Revolusi sosial di Jawa pada 1945-1946 melahirkan berbagai praktik kekerasan yang menimpa orang-orang Eropa, Tionghoa dan orang-orang Indonesia yang dianggap pro Belanda. Siapa pelakunya?

Penulis: Hendi Jo

Perumahan itu dikenal sebagai salah satu kawasan elite di Depok. Terletak di tepi Jalan Djuanda, persis diapit oleh dua sungai: Kali Kecil dan Kali Ciliwung. Tak banyak orang tahu jika puluhan tahun lalu, tempat beradanya rumah-rumah mewah itu adalah sebuah hutan kecil di lembah dan rawa. Orang-orang tua di Depok menyebutnya dengan nama seram: Bulakgarong.

"Memang tahun 1940-an itu tempat garong ngumpul, makanya dulu jangan coba-coba deh lewat situ. Bisa celaka," ungkap Mohamad Ali alias Haji Joli (95), sesepuh di wilayah Cimanggis.

Penjelasan Haji Joli memang bukan isapan jempol semata. Menurut Wenri Wanhar dalam Gedoran Depok, Revolusi Sosial di Tepi Jakarta (1945-1955), Bulakgarong adalah pusat berkumpulnya para jago yang tergabung dalam gerombolan Bamboe Roentjing (BR). Itu salah satu nama laskar kiri yang banyak dihuni oleh para jago, jawara dan residivis kambuhan.

"Ceker dari Ciherang adalah tokoh di balik layar dari gerombolan ini. Tapi tokoh yang paling terkenal dari Bulakgarong ya... Muhidin dan Sengkud dari Kampung Cironyok, Sugutamu, Sukmajaya," ungkap Wenri.

Pada 11 Oktober 1945, saat awal terjadinya Gedoran Depok (mengacu kepada cara para penjarah tersebut mendatangi rumah-rumah dengan cara menggedor pintu), sejatinya pasukan penyerbu dikoordinasi dari Bulakgarong. Hebatnya, orang-orang BR itu tidak melakukannya sendiri. Mereka pun mengundang rekan-rekan seprofesi dan sealiran dari wilayah Klender (Jakarta), Bekasi, Karawang dan Tangerang, termasuk Camat Nata, jagoan Karawang yang termasyhur.

"Gerombolan tersebut dengan bebas merampok dan mengobrak-abrik rumah-rumah dan mengusir penghuninya, terutama penduduk Kristen Eropa," ungkap Wenri.

Praktik kriminal mengatasnamakan nasionalisme juga terjadi di wilayah luar tembok kota Batavia (ommelanden) lainnya. Menurut Telan, pada akhir 1945, para pemuda beringas suatu dini hari tiba-tiba menyerang Tambun yang terletak antara Karawang dan Bekasi.

"Karena orang Belanda sedikit di wilayah itu, para pemuda lalu menjadikan orang-orang Cina sebagai sasaran. Mereka banyak dibunuh dan mayatnya dicempungin ke Sungai Citarum," ungkap eks anggota sebuah lasykar di Karawang itu.

Lelaki kelahiran tahun 1927 itu menyebutkan, sebagian pemuda yang terlibat dalam aksi penggerudukan itu adalah anggota-anggota Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan para jagoan (sekarang dikenal sebagai preman) yang kelak banyak bergabung ke Lasjkar Rakjat Djakarta Raja (LRDR). Dua organ kaum nasionalis ternama yang awalnya dibentuk oleh anak-anak muda pendukung ide-ide Tan Malaka.

Di wilayah Tanjung Oost (Pasar Rebo) dan Tanjung West (Tanjung Barat) Jakarta Timur, pada pertengahan 1946, kamp yang ditempati orang-orang Minahasa diserang oleh sekumpulan massa yang membawa bendera merah dengan gambar kepala banteng.

Milisi pemuda Sulawesi pro Indonesia yang dikenal sebagai KRIS (Kebaktian Rakjat Indonesia Soelawesi) lantas menyalahkan laskar Barisan Banteng pimpinan dr. Muwardi (orang dekat Bung Karno yang dikenal sangat nasionalis dan humanis) sebagai pelakunya.

"Memang agak sulit dipercaya jika yang menyerang kamp di Tanjung Oost dan Tanjung West yang penghuninya terdiri dari para janda dan anak piatu dilakukan oleh anak buah dr. Muwardi," ungkap Josef A. Warouw, Robert Palandeng, Harry Kawilarang, Alex S.Suseno dan Sumantri dalam KRIS 45: Berjuang Membela Negara.

Haji Joli memiliki versi sendiri tentang penyerangan massa ke kamp Tanjung Oost dan Tanjung West itu. Menurutnya, para penyerang memang bukan orang-orang Barisan Banteng, melainkan para jago dari laskar Banteng Merah yang dipimpin oleh seorang anggota PKI eks Digulis di wilayah Jagakarsa dan Pasar Minggu.

Alex Evert Kawilarang (eks komandan TRI di Bogor) membenarkan jika sebagian besar pelaku kekerasan sekitar 1945-1946 adalah kaum rampok dan para kriminal kambuhan. Ketika menangani kasus pembunuhan dua perempuan Manado dan enam anaknya di wilayah Cisarua, Bogor pada 1946, dia mendapatkan kenyataan jika para pelaku jauh dari unsur ideologis.

"Mereka menjadi korban keganasan perampok-perampok," ungkap Kawilarang dalam otobiografinya, Untuk Sang Merah Putih (disusun oleh Ramadhan KH).

Pasukan TRI berhasil membasmi kelompok rampok tersebut. Bahkan pimpinannya dihabisi sendiri oleh Alex dengan satu tembakan di leher dalam suatu pertempuran yang seru di wilayah Jembatan Gadog, Bogor.

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
image Rekomendasi
Cerita Sekpri Iriana Jokowi Awal Mula Ditugaskan ke Istana 'Saya Ada Kesalahan Apa ini'

Cerita Sekpri Iriana Jokowi Awal Mula Ditugaskan ke Istana 'Saya Ada Kesalahan Apa ini'

Berikut cerita Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi saat awal mula ditugaskan ke Istana.

Baca Selengkapnya icon-hand
image Rekomendasi
Viral Antre Tiket Konser Noah, Alleia Anak Ariel Ungkap Alasannya

Viral Antre Tiket Konser Noah, Alleia Anak Ariel Ungkap Alasannya

Dia mengaku sudah mendapat ID dan dijemput untuk masuk ke acara.

Baca Selengkapnya icon-hand
image Rekomendasi
Jabatan Baru Kombes Budhi Herdi dari Kapolri, Setahun Lalu Dicopot Sebagai Kapolres Terseret Kasus Ferdy Sambo

Jabatan Baru Kombes Budhi Herdi dari Kapolri, Setahun Lalu Dicopot Sebagai Kapolres Terseret Kasus Ferdy Sambo

Berikut jabatan baru Kombes Budhi Herdi dari Kapolri usai terseret kasus Ferdy Sambo.

Baca Selengkapnya icon-hand
image Rekomendasi
Jabatan Baru Gerbong Akpol 1996, Ada Peraih Adhi Makayasa Eks Ajudan Jokowi Ditugaskan ke Papua Barat

Jabatan Baru Gerbong Akpol 1996, Ada Peraih Adhi Makayasa Eks Ajudan Jokowi Ditugaskan ke Papua Barat

Jhonny Eddizon lulusan Akademi Kepolisian tahun 1996 sekaligus sebagai penerima Adhi Makayasa Lulusan Terbaik Akpol (1996).

Baca Selengkapnya icon-hand
image Rekomendasi
Vidio Original Series '96 Jam' Sabet Penghargaan di Asian Academy Creative Awards 2023

Vidio Original Series '96 Jam' Sabet Penghargaan di Asian Academy Creative Awards 2023

Teuku Rifnu Wikana berhasil meraih penghargaan Best Actor In A Supporting Role.

Baca Selengkapnya icon-hand
Huawei Genjot Kolaborasi Demi Penguatan Ekonomi Digital Indonesia

Huawei Genjot Kolaborasi Demi Penguatan Ekonomi Digital Indonesia

Kolaborasi yang dibangun Huawei selama ini diharapkan mempermudah terwujudnya Indonesia emas pada 2045.

Baca Selengkapnya icon-hand
10 Desember 1932 Thailand Menjadi Negara Monarki Konstitusional, Ini Sejarahnya

10 Desember 1932 Thailand Menjadi Negara Monarki Konstitusional, Ini Sejarahnya

Konstitusi Thailand pada 10 Desember 1932 menandai peralihan dari monarki absolut ke monarki konstitusional.

Baca Selengkapnya icon-hand
Cara Pemadanan NIK dan NPWP Cepat Mudah, Ikuti Langkah Berikut

Cara Pemadanan NIK dan NPWP Cepat Mudah, Ikuti Langkah Berikut

Pemadanan bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan menyederhanakan administrasi perpajakan.

Baca Selengkapnya icon-hand
110 Quotes Islami Bijaksana dan Penuh Motivasi, Bagikan ke Media Sosial

110 Quotes Islami Bijaksana dan Penuh Motivasi, Bagikan ke Media Sosial

Quotes islami penuh pesan positif ini bisa menjadi penyemangat dalam jalani hari.

Baca Selengkapnya icon-hand
Ilmuwan Ungkap Tikus Bisa Hidup di Planet Mars, Temuan Ini Jadi Buktinya

Ilmuwan Ungkap Tikus Bisa Hidup di Planet Mars, Temuan Ini Jadi Buktinya

Berikut fakta yang ditemukan ilmuwan mengenai tikus bisa tinggal di Mars.

Baca Selengkapnya icon-hand
Niat Sholat Ashar, Tata Cara, dan Bacaan Doa Setelahnya yang Patut Dihafal

Niat Sholat Ashar, Tata Cara, dan Bacaan Doa Setelahnya yang Patut Dihafal

Sholat ashar berfungsi sebagai pengingat umat Islam untuk beristirahat sejenak dari kegiatan sehari-hari dan beribadah.

Baca Selengkapnya icon-hand