Merdeka.com - Bagaimana militer Belanda menghabisi orang-orang yang dicurigai pro republik di sebuah wilayah terpencil, perbatasan antara Sukabumi-Cianjur.
Penulis: Hendi Jo
Pada era 1930-an, Takokak merupakan wilayah yang tak terjamah keramaian. Begitu terpencilnya kawasan perkebunan teh tersebut, sampai para pelaku kriminal di Bogor, Sukabumi dan Cianjur menjadikannya sebagai tempat persembunyian. Demikian menurut V.R. Najoan, peneliti sejarah dari Historika Indonesia.
"Koran-koran zaman itu menyebut Takokak sebagai gudang para penyamun, tempat berlindungnya kaum rampokers," ungkap Najoan.
Bisa jadi karena keterpencilan itu, menyebabkan militer Belanda menjadikan Takokak sebagai pusat eksekusi mati orang-orang yang dianggap pro republik. Terlebih menurut Atjep Abidin (kelahiran 1925) para terhukum mati itu sebagian besar bukan berasal dari wilayah tersebut.
Pendapat Atjep dikuatkan Andin Soebandi (kelahiran 1938). Ketika berusia sepuluh tahun, dia kerap melihat truk-truk tawanan dari Nyalindung dan Sukabumi bergerak menuju Takokak. Sebelum dieksekusi biasanya mereka disinggahkan dulu di pabrik teh Afdeling Bunga Melur atau dikumpulkan di kantor desa.
"Saya saat itu sebagai pedagang buras (sejenis lontong) sering melihat, bagian belakang truk itu dipenuhi manusia, ya sekitar puluhanlah," ujar mantan lurah di Takokak itu.
Belakangan Andin tahu. Orang-orang malang itu dibawa ke Padakati. Sebuah kampung yang berbatasan dengan hutan. Setelah diturunkan, mereka kemudian digiring dan dipaksa jalan sejauh 3 km jauh ke dalam hutan.
Di sebuah tanah datar bernama Puncak Bungah, mereka kemudian dieksekusi secara bersamaan. Mayat mereka kemudian dilempar ke jurang.
"Kami tahu mereka didereded (dibantai dengan siraman peluru) karena suara tembakan senjata tentara Belanda itu terdengar hingga kampung terdekat dari Puncak Bungah," kenang Andin.
Advertisement
Puncak Bungah bukanlah satu-satunya tempat horor di Takokak. Ada beberapa tempat lain yang dijadikan ladang pembantaian kaum republiken. Sebut saja Ciwangi (tempat Yusup dan kawan-kawan menemukan lima jasad), Pal I Cienggang, Jalan Lima, Gamblok, Cikawung dan Pasirtulang. Bahkan di tempat terakhir, diperkirakan jumlah kaum republiken yang dieksekusi paling banyak dibanding tempat-tempat lainnya di Takokak.
"Dari tulang-tulang kerangka manusia yang dulu kami temukan di Pasirtulang, jumlahnya diperkirakan sampai puluhan," ujar Ukun (73), salah seorang mantan Ketua Rukun Warga di Kecamatan Takokak.
Adakah identitas jelas dari orang-orang yang dibantai oleh militer Belanda di Takokak itu? Hingga saya membuat tulisan ini, belum ada kejelasan soal itu. Tapi bahwa mereka itu kaum republik yang terlibat aktif dalam perlawanan, belum tentu juga.
"Memang bisa jadi yang ditembak itu adalah kaum republiken beneran, tapi tak sedikit pula dari mereka merupakan korban fitnah semata," ujar Yusup Soepardi, eks anggota Divisi Siliwangi yang pernah bertugas di Sukabumi dan Cianjur.
Dalam sebuah penelusuran yang dilakukannya, Yusuf pernah mendapat keterangan dari seorang sesepuh bernama Haji Saleh. Menurutnya, dia sempat melihat puluhan orang luar Takokak dikumpulkan di depan rumah Syafei, camat Nyalindung pro Belanda. Mereka dijaga oleh sekelompok upas (penjaga keamanan sipil) pimpinan jagoan bernama Ateng.
Ditegaskan oleh Yusup, Haji Saleh bahkan pernah berbicara dengan salah satu tahanan yang mengaku sebagai seorang amil (penghulu) di Sagaranten. Saat ditanya apa musabab dia sampai ada di Takokak, dalam wajah sedih, sang amil menyatakan ketidakpahamannya.
"Ya mungkin sudah nasib saya harus mati di sini," jawabnya.
Besoknya sang amil dan puluhan orang lainnya itu memang benar-benar tewas diberondong peluru Belanda di kawasan Ciwangi.
Achmad Khumaedi (kelahiran 1938), salah satu tokoh ulama di Takokak, mengaku ayahnya juga menjadi salah satu korban kebiadaban militer Belanda.
Ceritanya pada suatu hari di akhir tahun 1947, sekelompok prajurit Belanda dari unit DST (Depot Pasukan Khusus) muncul di Kalibunder, desa yang terletak di Sagaranten.
Rupanya serdadu-serdadu berbaret hijau itu tengah memburu gerilyawan Republik yang beberapa jam sebelumnya telah melakukan penghadangan terhadap konvoi mereka.
Tak menemukan orang-orang yang diburunya, para serdadu itu lantas menangkapi rakyat sipil. Salah satunya adalah Sahi, ayah Khumaedi. Bersama tiga warga Kalibunder lainnya, lelaki yang sehari-hari berprofesi sebagai petani itu kemudian dibawa ke pos DST di Nyalindung.
"Setelah ditahan beberapa hari di Nyalindung, saya tidak tahu lagi nasib ayah saya," ungkap Achmad Khumaedi.
Belakangan, Khumaedi mengetahui dari keterangan orang-orang Takokak bahwa sang ayah dan kawan-kawannya ditembak mati oleh militer Belanda di kawasan Ciwangi. Tubuh mereka dikuburkan dalam satu lubang dan baru dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Cigunung Putri puluhan tahun kemudia.
Khumaedi bisa memastikan bahwa salah satu tulang belulang yang ditemukan para penduduk dekat pabrik teh Ciwangi adalah ayahnya dari ciri-ciri khusus.
"Saya masih mengenal gesper dan cincin yang dikenakannya," ujar Khumaedi.
Sahi hanya salah satu dari ribuan korban keganasan DST (sejak Januari 1948 berubah nama menjadi Komando Speciale Troepen, disingkat KST). Selain di wilayah Takokak, antara tahun 1946—1949, unit yang dipimpin oleh Si Turki (julukan untuk Kapten R.P.P. Westerling) itu pernah meninggalkan jejak berdarah juga di Sumatra, Jawa dan Sulawesi.
Advertisement
Bom Belanda Jatuh 3 Meter dari Lokasi Prajurit TNI Salat, Ajaib Tak Meledak
Sekitar 4 Jam yang laluToeti Amir Kartabrata, Pejuang Perempuan di Garis Depan Front Bandung Selatan
Sekitar 5 Jam yang laluDipecat Pasukan Elite, Algojo Belanda Paling Kejam Banting Setir Jadi Tukang Sayur
Sekitar 6 Jam yang laluKapolri Singgung Pengakuan Israel Sangat Berharga dan Sikap Dingin Wapres
Sekitar 1 Hari yang laluKisah Kedekatan Panglima Besar Soedirman dengan Anak Buah
Sekitar 1 Hari yang laluSukarno Ceritakan Detik-Detik Proklamasi Dramatis, Bung Hatta Bilang 'Biasa Saja'
Sekitar 1 Hari yang laluKisah Ajudan Presiden, Incar Gadis Austria Malah Ketemu Noni Belanda Kelahiran Klaten
Sekitar 2 Hari yang laluDikira Serdadu Jepang, Seorang Kadet Akademi Militer Gugur dengan Kepala Terpenggal
Sekitar 2 Hari yang laluTolak Tawaran Hidup Enak Setelah Disiksa Jepang, K'Tut Tantri: Aku Merasa Menang!
Sekitar 3 Hari yang laluSepasang Suami Istri yang Membuat Jenderal Soedirman Terharu dan Menitikkan Air Mata
Sekitar 3 Hari yang laluDiserang Mendadak saat Subuh, Pasukan Akademi Militer Kocar-Kacir
Sekitar 3 Hari yang laluSosok Tentara & Isi Surat yang Berhasil Rayu Panglima Besar Soedirman Turun Gunung
Sekitar 4 Hari yang laluMoestopo: Pejuang Nyentrik dengan Deretan Gelar Terpanjang, Pencetus Tentara Rahasia
Sekitar 4 Hari yang laluKisah Tragis Pejuang Perempuan Indonesia Berhadapan dengan Serdadu Belanda
Sekitar 5 Hari yang laluVIDEO: Kapolri Koreksi Pengawalan Pakai Strobo & Sirine "Suaranya Bising Mengganggu!"
Sekitar 33 Menit yang laluMomen 2 Jenderal Polisi Latihan Menembak Bareng, Dua-duanya Angkatan Kapolri di Akpol
Sekitar 48 Menit yang laluPolisi Pukul Seniornya Gara-Gara Antrean ATM, Ini Penjelasan Polda Sumut
Sekitar 52 Menit yang laluPesan Religius Irjen Polri Lulusan Terbaik ke Anggota 'Ngejar Dunia Tak Ada Habisnya'
Sekitar 1 Jam yang laluVIDEO: Mahfud Duga Sambo Tak Akan Dieksekusi Mati, Hukuman Jadi Seumur Hidup
Sekitar 3 Hari yang laluTeddy Minahasa 'Boyong' Ahli Forensik Pernah Bela Eliezer Sebagai Saksi Meringankan
Sekitar 6 Hari yang lalu10 Tas Mewah Istri Para Pejabat Indonesia, Mulai Sambo sampai Rafael Alun
Sekitar 1 Minggu yang laluCEK FAKTA: Ferdy Sambo Berlutut dan Mengemis Minta Ampun ke Bharada E?
Sekitar 1 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan Richard Eliezer Buntut Wawancara TV, Ini Kata Pengacara
Sekitar 1 Minggu yang laluAlasan LPSK Cabut Perlindungan Bharada Richard Eliezer
Sekitar 1 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan Terhadap Bharada Richard Eliezer
Sekitar 1 Minggu yang laluCEK FAKTA: Hoaks Permintaan Terakhir Sambo Satu Sel dengan Putri Sebelum Dihukum Mati
Sekitar 1 Minggu yang laluTOP NEWS: Harta Miliaran Rafael Terbongkar | LPSK Kecewa Berat Eliezer Langgar Aturan
Sekitar 1 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan, Bharada E akan Diperlakukan Seperti Ini oleh Polisi
Sekitar 1 Minggu yang laluVIDEO: Duduk Perkara Hingga LPSK Cabut Perlindungan Buntut Eliezer Wawancara di TV
Sekitar 1 Minggu yang laluVaksin IndoVac Sudah Bisa Digunakan Sebagai Booster Kedua Masyarakat 18 Tahun ke Atas
Sekitar 2 Minggu yang laluHoaks, Kemenkes Terbitkan Artikel Pria Tak Vaksinasi Berefek pada Kualitas Sperma
Sekitar 3 Minggu yang laluBRI Liga 1: Ramadan Datang, Aidil Sharin Pastikan Aktivitas Persikabo 1973 Berjalan Normal
Sekitar 1 Jam yang laluBRI Liga 1: Arema FC Hadapi Borneo FC Modal Kekompakan Tim
Sekitar 2 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami