Ijazah SMA Sampai Ditahan Karena Nunggak, Siapa Sangka Jadi Jenderal Korps Baret Merah
Dalam pikiran pemuda sederhana ini, menjadi prajurit TNI adalah cara gratis mengubah nasib.

Masa remajanya penuh keprihatinan. Ini kisah jenderal jagoan tempur TNI AD.

Ijazah SMA Sampai Ditahan Karena Nunggak, Siapa Sangka Jadi Jenderal Korps Baret Merah

Jalan Hidup Soegito Muda Tidak Mudah
Tidak mungkin baginya masuk universitas selepas SMA. Ayahnya yang pensiunan tidak mampu lagi membiayai pendidikan anak-anaknya.
Di pikirannya, jalan paling mudah adalah masuk tentara.
Soegito Memutuskan Masuk Akademi Militer Demi Mengubah Nasib
Pemuda sederhana yang tinggal menumpang di rumah kakaknya itu cuma berpikir, di mana lagi sekolah gratis dan dibiayai negara kalau bukan di Akademi Militer.
Tahun 1958 Soegito mendaftar masuk Akademi Militer Nasional.
Dia harus bolak-balik Purwokerto-Semarang untuk mengikuti tes AMN.

Untuk menambah bekal selama mengikuti tes, Soegito terpaksa menjual sepeda kesayangannya yang sudah dipakai sejak SMP.
Soegito mengikuti tes dengan lancar. Hobinya memang berolahraga. Tes fisik untuk masuk tentara dirasa bukan hal yang sulit baginya.

Soegito Dinyatakan Lulus Seleksi, Namun Ada Masalah
Syarat bagi peserta yang lolos seleksi AMN adalah membawa ijazah SMA asli. Soegito pun menghadap kepala sekolahnya di SMA Bagian B Negeri Purwokerto.
Ijazah itu Belum Bisa Diambil Karena Soegito Masih Menunggak Uang Bangunan
"Tapi saya benar-benar tidak punya uang lagi, Pak," kata Soegito lemas.
Kepala Sekolahnya awalnya tak mau memberikan ijazah itu. Namun Soegito mengaku sudah tidak bisa lagi meminjam uang ke mana-mana karena sudah malu.
Luluh juga akhirnya pak kepala sekolah. Walau dengan berat hati, Ijazah itu diberikan pada Soegito.

Soegito lulus Akademi Militer dan bergabung dengan Korps Baret Merah yang saat itu bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).
Pasukan elite ini menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD.

Berbagai penugasan tempur pernah dijalani oleh Soegito. Termasuk terjun ke Dili saat Indonesia menyerbu Timor Timur.
Karirnya terus menanjak hingga menjadi Jenderal Bintang Tiga.
Utang Dibayar Lunas
Tahun 1987, Gito kembali ke SMA di Purwokerto. Dia menghadiri undangan reuni. Mereka sepakat membangun lapangan olahraga di sekolahnya.
Soegito saat itu sudah menjadi Pangdam Jaya dengan pangkat mayor jenderal.
Tanpa pikir panjang Gito mengeluarkan semua uang yang ada di dompet dan saku celananya. Tanpa dihitung, diberikannya semua untuk sumbangan ke sekolahnya.

Di perjalanan pulang, dia terkenang kembali pengalamannya saat dulu ijazahnya sempat ditahan 30 tahun lalu karena belum melunasi uang bangunan.
"Pak, utangnya sudah saya lunasi semua," gumamnya dalam hati.