Turki kembali tuduh jet Rusia langgar wilayah udara
Merdeka.com - Tensi politik Turki dan Rusia kembali tegang, setelah sebuah jet tempur jenis Sukhoi Su-34 disebut Ankara melanggar batas wilayahnya pada Sabtu (30/1) sore waktu setempat. Beruntung, kali ini tidak ada insiden penembakan seperti pada 24 November tahun lalu.
Presiden Turki, Reccep Tayyip Erdogan, mengecam pelanggaran wilayah udara Rusia yang kedua kalinya dalam lima bulan terakhir. "Rusia akan menerima akibatnya jika terus melakukan pelanggaran atas kedaulatan negara kami," ujarnya seperti dilansir Kantor Berita AFP, Minggu (31/1).
"Tindakan sembrono semacam itu tidak akan menguntungkan Federasi Rusia, hubungan Rusia dengan NATO, serta bagi perdamaian dunia," imbuh Erdogan.
Tadi malam waktu Ankara, Duta Besar Rusia telah dipanggil oleh Menteri Luar Negeri Turki untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Dikonfirmasi terpisah, Moskow membantah klaim Turki. Data militer Negeri Beruang Merah mencatat tidak ada jet tempur yang beroperasi di sekitar perbatasan Suriah-Turki kemarin sore.
"Pernyataan Turki adalah sepenuhnya propaganda tanpa dasar," kata Igor Konanshenkov, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia.
Jejak Su-24 Rusia terekam radar Turki pada insiden 24 November 2015 (c) CNNPakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sejauh ini mendukung klaim Turki selaku salah satu negara anggotanya. Ketua NATO, Jens Stoltenberg, mendesak Moskow untuk menyelidiki penyebab pelanggaran wilayah udara itu agar situasi tidak semakin memanas. NATO juga mengimbau kedua negara menahan diri.
"Insiden pelanggaran wilayah udara sebelumnya sudah menunjukkan betapa berbahayanya tindakan semacam itu," ujarnya dalam jumpa pers di markas NATO, Kota Brussels.
NATO sebelumnya juga membela Turki, ketika pesawat Rusia ditembak jatuh karena melanggar wilayah. Insiden tahun lalu itu berbuntut panjang, karena Moskow tidak terima jet tempurnya dijatuhkan. Rusia menerapkan sanksi ekonomi kepada pemerintahan Erdogan. Presiden Rusia, Vladimir Putin, juga berulang kali menuding Turki bermain mata dengan ISIS dalam hal bisnis minyak.
Militer Rusia sejak September 2015 menerjunkan armada darat, laut, dan udara di Suriah untuk membantu Presiden Basyar al-Assad. Putin mengklaim kehadiran tentaranya demi mengalahkan ISIS. Namun data pemantau HAM serta lembaga independen menunjukkan jet Rusia lebih sering membombardir markas pemberontak Suriah dibanding menyerang markas militan khilafah.
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Jokowi bahkan melawat langsung untuk mendorong perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
Baca SelengkapnyaPesawat penumpang ini diduga terbakar setelah bertabrakan dengan pesawat patroli laut pada Selasa (2/1) sore.
Baca SelengkapnyaYordania menyatakan keadaan darurat, menurut TV berita Al-Mamlaka milik negara. Negara itu juga menutup wilayah udaranya untuk penerbangan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah juga akan kedatangan 42 unit pesawat tempur Rafale secara bertahap sekaligus merencanakan modernisasi radar.
Baca SelengkapnyaSelain meninjau kesiapan pesawat tempur, Presiden Jokowi juga menyaksikan penampilan atraksi udara.
Baca SelengkapnyaDetik-Detik Pesawat Polri Ditembak KKB saat Mendarat di Intan Jaya, Berujung Baku Tembak
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaSebanyak 17 orang mengalami luka-luka. Kasus ini masih diselidiki kepolisian.
Baca Selengkapnya