Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Temuan Penelitian: Kemampuan Mendengar Penyintas Covid-19 Berkurang

Temuan Penelitian: Kemampuan Mendengar Penyintas Covid-19 Berkurang Ilustrasi telinga. ©2015 Merdeka.com/shutterstock

Merdeka.com - Penurunan kemampuan pendengaran di antara para penyintas virus corona delapan minggu setelah dipulangkan menunjukkan kemungkinan bahwa masalah tersebut berlanjut lama setelah pasien Covid-19 keluar dari rumah sakit, menurut audiolog dari Universitas Manchester.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Pusat Penelitian Biomedis Universitas Manchester ini mensurvei 121 orang dewasa melalui telepon delapan minggu setelah mereka keluar dari rumah sakit.

Saat ditanya terkait perubahan kemampuan mendengar mereka, 16 orang atau 13,2 persen dari mereka yang disurvei melaporkan pendengarannya makin berkurang.

Delapan penyintas melaporkan penurunan kemampuan mendengar, sementara delapan orang melaporkan tinitus atau telinga berdengung sebagai gejala.

“Kita sudah tahu bahwa virus seperti campak, gondok, dan meningitis bisa menyebabkan gangguan pendengaran dan virus corona bisa merusak saraf yang membawa informasi dari dan ke otak. Ada kemungkinan, secara teori, Covid-19 dapat menyebabkan masalah pada bagian sistem pendengaran termasuk telinga tengah atau koklea," jelas Profesor Kevin Munro, salah satu peneliti, seperti dikutip dalam sebuah artikel oleh Universitas Manchester.

Para peneliti di universitas tersebut mengatakan dalam penelitian mereka, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk dapat mengidentifikasi alasan yang menghubungkan virus corona dengan masalah pendengaran.

“Meskipun kami cukup yakin dengan perbedaan perubahan pendengaran dan tinitus yang sudah ada sebelumnya dan yang terbaru, kami mendesak agar berhati-hati. Ada kemungkinan bahwa faktor-faktor selain Covid-19 dapat berdampak pada kehilangan pendengaran dan tinitus yang sudah ada sebelumnya, ” jelas Munro, dikutip dari Alarabiya, Kamis (6/8).

Alami Gangguan Jiwa

Pasien sembuh Covid-19 mengalami tingkat gangguan kejiwaan yang lebih tinggi termasuk gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD), kecemasan, insomnia dan depresi, menurut penelitian yang dilakukan oleh rumah sakit San Raffaele di Milan.

Survei membuktikan bahwa separuh lebih dari 402 pasien yang diawasi usai menjalani pengobatan Covid-19 mengalami setidaknya satu gangguan ini sebanding dengan keparahan inflamasi selama sakit.

Responden pasien, 265 pria dan 137 perempuan, kembali diperiksa setelah satu bulan dirawat di rumah sakit.

"Jelas bahwa inflamasi yang disebabkan oleh penyakit tersebut juga dapat bereaksi terhadap tingkat kejiwaan," kata profesor Francesco Benedetti, ketua kelompok Unit Penelitian di Psychiatry and Clinical Psychobiology di San Raffaele, melalui pernyataan.

Laporan itu dipublikasi di jurnal ilmiah Brain, Behavior and Immunity pada Senin.

Berdasarkan wawancara klinis dan pertanyaan tentang penilaian diri, para dokter menemukan PTSD pada 28 persen kasus, depresi 31 persen, kecemasan 42 persen dan insomnia 40 persen, dan akhirnya gejala obsesif kompulsif 20 persen.

Menurut studi, perempuan paling banyak mengalami kecemasan dan depresi meski keparahan infeksinya lebih rendah, menurut pernyataan.

"Kami berhipotesis bahwa ini bisa saja karena fungsi sistem imun yang berbeda," kata Profesor Benedetti seperti dilansir Reuters yang dikutip Antara, Selasa (4/8).

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.

Baca Selengkapnya
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Gejala DBD Berubah pada Penyintas Covid-19, Sejauh Apa Bahayanya?
Gejala DBD Berubah pada Penyintas Covid-19, Sejauh Apa Bahayanya?

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perubahan gejala tersebut akibat pengaruh reaksi imunologi.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.
Kombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.

Kombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Rekor, Pria Ini Terinfeksi Covid Terlama Hingga 613 Hari dan Bermutasi Lebih dari 50 Kali
Rekor, Pria Ini Terinfeksi Covid Terlama Hingga 613 Hari dan Bermutasi Lebih dari 50 Kali

Seorang pria 72 tahun di Belanda terinfeksi Covid-19 selama 613 hari dan berakhir meninggal. Yuk, simak fakta lengkapnya!

Baca Selengkapnya
Cara Mencegah Penularan Flu Singapura, Kenali Gejala dan Penyebabnya
Cara Mencegah Penularan Flu Singapura, Kenali Gejala dan Penyebabnya

Flu Singapura, yang juga dikenal sebagai penyakit tangan, kaki, dan mulut (HFMD), adalah penyakit infeksi virus yang umumnya menyerang anak-anak.

Baca Selengkapnya
Penelitian Buktikan Berhenti Merokok Sebelum Usia 40 Tahun Bisa Perpanjang Usia
Penelitian Buktikan Berhenti Merokok Sebelum Usia 40 Tahun Bisa Perpanjang Usia

Berhenti merokok sebelum usia 40 tahun bisa memiliki efek panjang umur sama seperti pada orang yang tidak pernah merokok.

Baca Selengkapnya
Pasca Pandemi Covid-19, Penempatan Pekerja Migran Terus Meningkat
Pasca Pandemi Covid-19, Penempatan Pekerja Migran Terus Meningkat

Pemerintah akui penempatan pekerja migran masih memiliki berbagai tantangan.

Baca Selengkapnya