Marzuki Darusman sebut kekerasan terhadap etnis Rohingya sudah terpola
Merdeka.com - Mantan Jaksa Agung, Marzuki Darusman, yang memimpin tim pencari fakta Perserikatan Bangsa-Bangsa soal kekerasan terhadap etnis minoritas muslim Rohingya, meyakini militer dan ekstremis Myanmar secara sistematis dan terstruktur sengaja menargetkan warga sipil. Dia menyatakan cara-cara dipakai meneror orang Rohingya selalu sama, dan berujung pada pembantaian, pemerkosaan, serta penyiksaan.
Dilansir dari laman Reuters, Sabtu (28/10), Marzuki dan dua rekannya, Radhika Coomaraswamy serta Christopher Sidotti, selama enam hari mewawancarai beberapa orang dari sekitar 600 ribu pengungsi Rohingya, di tempat pengungsian dekat Cox's Bazar, Bangladesh. Mereka dibantu tim pendahulu PBB sudah menanyai pengungsi Rohingya selama sepekan.
Marzuki mengaku merasa gelisah setelah melakukan sejumlah wawancara dengan para pengungsi Rohingya. Dia menyatakan, dari temuannya diduga kuat jumlah etnis sipil Rohingya dibantai pasukan Myanmar, dengan dalih operasi militer menumpas kelompok militan Tentara Penyelamat Rohingya Arakan, lebih besar dari selama ini diberitakan.
"Kami mendengarkan kesaksian dari sejumlah orang tinggal di perkampungan berbeda di utara Rakhine. Dari pengakuan mereka terlihat ada kesamaan pola dan metode berujung pelanggaran hak asasi manusia yang parah, dan itu berdampak terhadap ratusan orang," kata Marzuki.
Sedangkan bagi Radhika yang merupakan penyelidik hak asasi senior PBB, dia mengaku merasa marah dan resah setelah mewawancara sejumlah pengungsi Rohingya. Dia mengatakan tidak bisa membayangkan kekerasan dan pelecehan seksual mesti dialami oleh banyak perempuan Rohingya dilakukan oleh militer dan militan Myanmar. Sejumlah pengakuan saksi korban, menurut dia, baru kali dianggap yang paling mengejutkan dan menyesakkan sepanjang pengalamannya berurusan dengan pelanggaran HAM di berbagai tempat.
"Trauma itu jelas terpancar dari mata salah satu korban saya wawancara. Kalau hal ini terbukti, pelakunya tidak boleh dibiarkan lolos," kata Radhika.
Etnis Rohingya, kata Christopher, harus segera dipulangkan ke tanah kelahiran mereka di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Namun, dengan catatan keamanan mereka harus dijamin.
"Maka dari itu perlu ada pengawas HAM dunia ditempatkan di Rakhine," kata Christopher.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
13 warga Rohingya tersebut untuk dibawa ke tempat yang semestinya.
Baca SelengkapnyaMPU Aceh menyebut isu berkaitan etnis Rohingya yang beredar di media sosial belum tentu benar.
Baca SelengkapnyaTiga orang etnis Rohingya ditetapkan sebagai tersangka penyelundupan manusia karena membawa puluhan pengungsi Rohingya dan WN Bangladesh berlabuh di Aceh Timur.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Polisi menjelaskan aksi warga itu karena masyarakat menolak desa mereka ditempatkan etnis Rohingya.
Baca SelengkapnyaPolisi menetapkan dua tersangka baru dalam kasus dugaan penyelundupan manusia etnis Rohingya ke Aceh. Dua tersangka itu berinisial MAH (22) dan HB (53).
Baca SelengkapnyaBareskrim Polri ikut mengusut kasus dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) yang melibatkan para pengungsi Rohingya di Aceh.
Baca SelengkapnyaSatu keluarga berjumlah enam orang yang merupakan pengungsi Rohingya mendatangi Kantor Disdukcapil Makassar untuk mengajukan pembuatan KK dan KTP.
Baca SelengkapnyaPermasalahan etnis Rohingnya memilki persoalan dari perdagangan manusia hingga diplomasi.
Baca SelengkapnyaKH Marzuki berharap proses keputusan pemecatan seperti sekarang ini hanya terjadi terhadap dirinya.
Baca SelengkapnyaMana lebih besar antara gaji PNS dan gaji PPPK atau biasa disebut PNS 'part time'
Baca Selengkapnya