Macam-macam Cara WNI Disandera Abu Sayyaf Kabur dari Penyekapan
Merdeka.com - Kelompok bersenjata Abu Sayyaf kerap menculik nelayan atau kru kapal-kapal Indonesia yang melewati wilayah kekuasaannya dan dijadikan tawanan. Mereka kemudian meminta pemerintah Indonesia membayar uang tebusan untuk membebaskan nelayan-nelayan tersebut.
Namun jika permintaan tidak dituruti, maka tawanan tak segan-segan akan dibunuh. Mengetahui nasibnya yang tak jelas, apakah akan selamat atau tidak, para tawanan Abu Sayyaf mencari cara untuk melarikan diri.
Berikut beragam cara WNI melarikan diri dari kelompok Abu Sayyaf:
Berenang Menyeberangi Lautan
Mohammad Sofyan (28), salah satu anak buah kapal tunda Charles 001 berhasil kabur dari sekapan Kelompok Militan Abu Sayyaf. Juru bicara militer Filipina menyatakan Sofyan kabur dengan cara berenang menyusuri perairan dangkal di hutan bakau antara Barangay Bual dan Bato-Itum, Kepulauan Jolo.
Sofyan ditemukan terapung, Rabu (17/8) pagi waktu setempat oleh nelayan setempat di pesisir Barangay Bual, Kota Luuk.
"Sandera berlari, kemudian berenang ke laut," kata Mayor Filemon Tan, juru bicara militer Filipina seperti dilansir Reuters.
Selain Sofyan, ABK tugboat Charles lainnya, Ismail, dikabarkan berhasil lari dari sekapan. Hanya saja keberadaan Ismail masih dicari karena mereka kabur dalam waktu berbeda.
Berdasarkan informasi tentara Filipina, Sofyan dan Ismail memutuskan kabur setelah anggota Abu Sayyaf mengancam bakal memenggal sandera Indonesia, karena tebusan tak kunjung dibayar. Tujuh awak kapal Charles ditawan sejak 23 Juni lalu. Abu Sayyaf menuntut tebusan sebesar 250 juta Peso.
Berhasil Kabur Setelah 10 Bulan Disekap
Dua WNI dilaporkan kabur dari penyanderaan milisi Abu Sayyaf di Filipina Selatan, 7 September 2017. Warga Indonesia tersebut melarikan diri setelah 10 bulan disekap.
Dari keterangan pejabat militer Filipina, Brigadir Jenderal Cirilito Sobejana, mereka ditemukan di sebuah kapal di Kota Indanan, di selatan Provinsi Sulu.
Sobejana tidak menyebut, apakah para WNI menderita cedera atau tidak. Namun, kedua orang itu telah dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa kondisi kesehatannya.
WNI yang berhasil kabur teridentifikasi sebagai Sawal Maryam dan Sarapuddin Koni. Dua orang itu diculik di lepas pantai Sabah, 19 November 2016.
Dilansir dari Associated Press, Kamis (7/9/2017), tak diketahui bagaimana kedua orang ini bisa kabur. Namun, Sobejana menyebut, sesaat sebelum mereka ditemukan militer Filipina terlibat baku tembak dengan milisi Abu Sayyaf di Talipao.
Hingga kini, Abu Sayyaf masih menyekap sekitar 17 warga asing yang terdiri dari seorang WN Belanda, 5 WNI, dan 7 warga Vietnam.
Kabur ke Hutan
Nelayan WNI, Muhammad Farhan (27), yang ditawan kelompok bersenjata Abu Sayyaf, akhirnya diselamatkan anggota militer Filipina dari Komando Mindanao Barat (WestMinCom) di Barangay Bato-Bato, Indanan, Sulu, kamis (15/1) sekitar pukul 18.45 waktu setempat.
Farhan diculik bersama dua nelayan WNI lainnya di perairan Tambisan, Lahad Datu, Malaysia pada 23 September 2019 lalu. Dua rekannya sudah diselamatkan lebih dulu bulan oleh tentara Filipina setelah baku tembak selama sekitar 30 menit.
Menurut Letnan Jenderal Cirilito Sobejana, Komandan WestMinCom, pasukannya melancarkan "serangkaian operasi intelijen dan kontak senjata" yang berujung pada penyelamatan Farhan.
Farhan dilaporkan berhasil melarikan diri dari para penculiknya dan seorang warga setempat kemudian mengabarkan ke tentara tentang lokasi keberadaan Farhan.
"Dia melarikan diri dua hari lalu dari para penculiknya Abu Sayyaf di daerah hutan Barangay Kagay, Indanan. Seorang warga sipil kemudian melihat dia dan melapor kepada salah satu dari dua unit kami bahwa dia (Farhan) berhasil kabur dari para penculiknya. Setelah berkoordinasi dengan tentara kami dia berhasil dijemput di Barangay Bato-Bato, Indanan sekitar pukul 18.45," kata Mayor jenderal Corly Vinluan Jr, Komandan Pasukan Gabungan Sulu, seperti dilansir CNN Filipina, Rabu (15/1).
Tenggelam Saat Mencoba Menyelamatkan Diri
Pada April 2019, WNI bernama Heri Ardiansyah mencoba melarikan diri dari tawanan Abu Sayyaf dengan cara berenang ke Pulau Bangalao. Dia nekat melakukan hal ini bersama rekannya, Hariadin. Namun nyawa Hariadin tak tertolong karena tenggelam. Sedangkan Heri Ardiansyah selamat.
Hariadin dikabarkan meninggal dunia di perairan Pulau Simisa, Provinsi Sulu, Filipina Selatan pada Jumat (5/4/2019) pukul 18.00 waktu setempat.
Heri Ardiansyah dan Hariadin diculik bersama seorang WN Malaysia, Jari Abdullah, diculik di Perairan Kinabatangan, Sandakan, Malaysia pada tanggal 5 Desember 2018.
Ketiganya diculik oleh kelompok bersenjata di Filipina Selatan saat sedang bekerja di kapal penangkap ikan SN259/4/AF.
Pada tanggal 5 Desember 2019, 2 orang ABK/WNI bersama 1 orang WN Malaysia telah menjadi korban penculikan kelompok bersenjata pada saat bekerja pada kapal ikan SN259/4/AF berbendera Malaysia di perairan Kinabatangan, Sandakan, Malaysia.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketiganya meninggal pada 31 Maret 2024 lalu usai diterjang luapan sungai saat mencari ikan
Baca SelengkapnyaMayjen TNI Kunto Arief Wibowo tak sengaja berjumpa dengan sosok tak terduga saat tengah berjalan santai.
Baca SelengkapnyaBelum lama ini, Letkol Inf. Nur Wahyudi resmi dilantik menjadi menjadi Dansat-81 Kopassus.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pangdam mengatakan kejadian itu harusnya tidak perlu terjadi di tengah upaya menyelesaikan konflik di Papua.
Baca SelengkapnyaKisah haru perjalanan istri Kolonel TNI Arm Joko Setiyo dalam mendampingi sangsuami mengarungi bahtera rumah tangga,
Baca SelengkapnyaKendati diguyur hujan deras, komandan hingga deretan anggota Brimob tak bergeming dan tetap berdiri tegak.
Baca SelengkapnyaUsai purna tugasnya di tubuh militer tanah air, Mbah Wo memilih tak berdiam diri.
Baca SelengkapnyaTim medis yang melakukan pertolongan menyatakan korban Serma Fedi telah meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaMayjen Kunto Arief Wibowo mengaku pernah mendapatkan gangguan saat tinggal di rumah dinas ketika berpangkat Letda.
Baca Selengkapnya