Invasi Ukraina Ciptakan Paranoia dan Polarisasi di Tengah Masyarakat Rusia
Merdeka.com - Marina Dubrova, seorang guru bahasa Inggris di Pulau Sakhalin, Rusia, menunjukkan video penyemangat di Youtube kepada murid kelas delapan bulan lalu di mana anak-anak, dalam bahasa Rusia dan Ukraina, menyanyikan lagu tentang sebuah dunia tanpa perang.
Setelah dia memutar video itu, sekelompok anak perempuan tinggal di dalam kelas saat jam istirahan dan menanyakan pandangan Dubrova.
"Ukraina adalah negara terpisah," kata Dubrova, seperti dikutip dari The New York Times, Senin (11/4).
"Tidak lagi," teriak salah seorang anak perempuan.
Beberapa hari kemudian, polisi mendatangi sekolah Dubrova di daerah pelabuhan Korsakov. Di pengadilan, dia mendengar rekaman percakapan di kelas itu, tampaknya direkam salah satu siswa. Hakim menghukumnya dengan denda sekitar Rp 5,7 juta karena "mendiskreditkan di depan umum" Angkatan Bersenjata Rusia. Sekolah memecatnya karena "kelakukan tidak bermoral."
"Seolah-olah mereka semua terjerumus ke dalam semacam kegilaan," kata Dubrova dalam sebuah wawancara telepon, merenungkan suasana pro-perang di sekitarnya.
Dengan dorongan langsung dari Presiden Vladimir V. Putin, orang-orang Rusia yang mendukung perang melawan Ukraina mulai menyerang musuh di dalam.
Episode-episode tersebut belum menjadi fenomena massal, tetapi menggambarkan paranoia dan polarisasi dalam masyarakat Rusia. Warga saling mencela dalam gema menakutkan teror Stalin, didorong retorika resmi yang kejam dari negara dan dimungkinkan oleh undang-undang baru yang mengkriminalisasi perbedaan pendapat.
Di sebuah mal di Moskow barat, ada tulisan "katakan tidak pada perang" ditampilkan di sebuah toko reparasi komputer, lalu dilaporkan seseorang yang membuat pemilik toko, Marat Grachev, ditangkap polisi. Grachev didenda 100.000 rubel atau sekitar Rp 17,2 juta.
Di wilayah barat Kaliningrad, pemerintah mengirimkan SMS kepada warga mendesak mereka memberikan nomor telepon dan alamat surel "provokator" yang berkaitan dengan "operasi khusus" di Ukraina, seperti dilaporkan koran Rusia. Partai politik nasional meluncurkan situs web mendesak orang Rusia melaporkan "hama" di kalangan elit.
"Saya sangat yakin pembersihan akan dimulai," kata anggota parlemen di balik situs web tersebut, Dmitri Kuznetsov, dalam sebuah wawancara, memprediksi proses tersebut akan meningkat setelah "fase aktif" perang berakhir.
Dia lalu mengklarifikasi: "Kami tidak ingin siapapun ditembak, dan kami bahkan tidak ingin orang-orang dipenjara."
Tapi ini adalah sejarah eksekusi massal dan pemenjaraan politik di era Soviet, dan kecaman terhadap sesama warga negara yang didorong negara, sekarang membayangi iklim penindasan Rusia yang semakin dalam.
"Pemurnian Diri"
Dalam pidatonya pada 16 Maret, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan masyarakat Rusia membutuhkan “pemurnian diri” di mana orang akan "membedakan patriot sejati dari sampah dan pengkhianat dan hanya memuntahkannya seperti lalat yang secara tidak sengaja terbang ke mulut mereka. ."
Dalam logika Soviet, mereka yang memilih untuk tidak melaporkan sesama warganya dapat dianggap tersangka.
"Dalam kondisi seperti ini, ketakutan kembali menyelimuti orang-orang," kata Nikita Petrov, ilmuwan terkemuka dari polisi rahasia Soviet.
"Dan ketakutan itu mengharuskan Anda melapor."
Berdasarkan UU baru yang mengkriminalisasi orang yang menentang invasi Rusia di Ukraina, lebih dari 400 orang ditangkap, menurut kelompok HAM OVD-Info.
"Penindasan tidak hanya dilakukan oleh tangan-tangan negara. Tapi dilakukan juga oleh tangan-tangan masyarakat biasa," jelas kepala departemen hukum OVD-Info, Aleksandra Bayeva.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Jokowi bahkan melawat langsung untuk mendorong perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
Baca SelengkapnyaNarasi-narasi provokatif dapat memicu perpecahan harus dihindari terlebih di tahun politik.
Baca SelengkapnyaMasyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Memperkuat toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Masyarakat tidak boleh semena-mena melanggar hak dari mereka yang dianggap berbeda.
Baca SelengkapnyaMasyarakat jangan sampai terjebak kepentingan tertentu di balik isu konflik geopolitik
Baca SelengkapnyaKudapan favorit masyarakat Palembang ini tak jauh berbeda dengan kue jala khas India. Perbedaannya ada pada kuah kari yang cenderung encer.
Baca SelengkapnyaAnak-Anak Gaza Main Perosotan di Kawah Bekas Bom Israel
Baca SelengkapnyaJangan sampai dimanfaatkan untuk menyebarkan narasi intoleransi, bahkan mengarah pada aksi radikal terorisme.
Baca SelengkapnyaPerkuat juga solidaritas, empati, dan tolong-menolong antar-sesama tanpa memandang perbedaan agama atau kepercayaan.
Baca SelengkapnyaNegara-negara maju mengalami tingkat pembangunan manusia yang mencapai rekor tertinggi.
Baca Selengkapnya