Ilmuwan Ungkap Populasi Pemburu-Pengumpul di Skandinavia 5.900 Tahun Lalu Musnah karena Sengaja Dilenyapkan
Hasil penelitian baru ini membantah teori sebelumnya yang menyatakan populasi pemburu-pengumpul musnah setelah kedatangan kelompok petani.
Hasil penelitian baru ini membantah teori sebelumnya yang menyatakan populasi pemburu-pengumpul musnah setelah kedatangan kelompok petani.
-
Mengapa populasi pemburu-nomaden di Skandinavia hampir punah? Selain kematian akibat kekerasan, kemungkinan besar patogen baru dari hewan ternak juga menghabisi banyak pengumpul.
-
Bagaimana populasi petani pertama di Skandinavia mengganti populasi pemburu? Mereka menebang hutan dan mengubahnya menjadi lahan pertanian.
-
Mengapa populasi manusia purba menurun drastis? Meskipun belum jelas apa yang menyebabkan spesies kita hampir punah, Pan dan Li memperkirakan bahwa periode glasiasi yang panjang, penurunan suhu permukaan laut, atau kekeringan mungkin berperan besar dalam kejadian tersebut.
-
Bagaimana manusia purba berburu? Berlari lebih cepat dari kejaran mangsa merupakan metode berburu yang efisien bagi manusia purba dan metode ini juga masih digunakan hingga saat ini, menurut laporan etnografi.
-
Kapan genosida terhadap populasi pemburu-nomaden terjadi? Hasil analisis menunjukkan bahwa sekitar 5.900 tahun yang lalu, populasi petani menggantikan populasi pemburu, penjelajah, dan nelayan yang sebelumnya menghuni Skandinavia.
-
Apa yang terjadi pada manusia purba sekitar 900.000 tahun lalu? Sebuah penelitian genetik terbaru mengungkap sesuatu yang aneh terjadi pada nenek moyang kita sekitar 900.000 tahun yang lalu.Tiba-tiba, populasi manusia purba mengalami penurunan drastis hingga mencapai jumlah yang sangat sedikit, hanya sekitar 1.300 individu yang berkembang biak.
Ilmuwan Ungkap Populasi Pemburu-Pengumpul di Skandinavia 5.900 Tahun Lalu Musnah karena Sengaja Dilenyapkan
Menyusul kedatangan petani pertama di Skandinavia 5.900 tahun lalu, populasi pemburu-pengumpul musnah dalam beberapa generasi, menurut studi baru dari Universitas Lund di Swedia.
Hasil yang bertentangan dengan pendapat umum ini didasarkan pada analisis DNA kerangka dan gigi yang ditemukan di tempat yang sekarang disebut Denmark.
Sumber: Arkeonews
Studi ekstensif ini telah diterbitkan menjadi empat artikel terpisah di jurnal Nature. Sebuah tim peneliti internasional, di mana Universitas Lund di Swedia menjadi salah satu anggotanya, berhasil menarik kesimpulan baru tentang dampak migrasi pada populasi purba dengan mengekstraksi DNA dari bagian kerangka dan gigi manusia prasejarah.
Studi tersebut menunjukkan, terdapat dua perpindahan penduduk total di Denmark selama 7.300 tahun terakhir.
Perubahan populasi pertama terjadi 5.900 tahun lalu ketika populasi petani mengusir para pengumpul, pemburu, dan nelayan yang sebelumnya menghuni Skandinavia.
Dalam beberapa generasi, hampir seluruh populasi pemburu-pengumpul musnah.
“Transisi ini sebelumnya digambarkan sebagai transisi yang damai. Namun penelitian kami menunjukkan sebaliknya. Selain kematian akibat kekerasan, kemungkinan besar patogen baru dari ternak juga menghabisi banyak pengumpul,” kata Anne Birgitte Nielsen, peneliti geologi dan kepala Laboratorium Penanggalan Radiokarbon di Universitas Lund.
Seribu tahun kemudian, sekitar 4.850 tahun yang lalu, perubahan populasi lainnya terjadi ketika orang-orang dengan akar genetik di Yamnaya – sebuah peternakan yang berasal dari Rusia selatan – datang ke Skandinavia dan memusnahkan populasi petani sebelumnya. Ini juga diduga melibatkan kekerasan dan patogen baru.
“Kali ini juga terjadi pergantian populasi yang cepat, hampir tidak ada keturunan dari pendahulunya. Kita tidak mempunyai banyak materi DNA dari Swedia, tapi apa yang ada menunjukkan kejadian serupa. Dengan kata lain, banyak orang Swedia juga merupakan keturunan semi-nomaden,” kata Anne Birgitte Nielsen, yang menyumbangkan data serbuk sari kuantitatif yang menunjukkan bagaimana vegetasi berubah sehubungan dengan perubahan populasi.
Penelitian ini juga memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang arus migrasi historis, dan interpretasi temuan arkeologis serta perubahan vegetasi dan penggunaan lahan yang ditemukan dalam data paleoekologi.
“Hasil kami membantu meningkatkan pengetahuan kami tentang keturunan dan pemahaman kami tentang perkembangan penyakit tertentu. Sesuatu yang dalam jangka panjang bisa bermanfaat, misalnya dalam penelitian medis,” tutup Anne Birgitte Nielsen.
Selain Universitas Lund, sekitar 40 universitas dan organisasi pendidikan tinggi di Eropa, Amerika, dan Australia terlibat dalam penelitian ini.