Anarki di Negeri Junjungan Demokrasi
Merdeka.com - Angin dingin Januari bertiup menerpa ribuan massa pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Washington DC Rabu sore itu. Dalam rapat akbar bertajuk Save America March itu sang presiden berdiri di podium mengenakan jas hitam panjang berdasi merah dan sarung tangan hitam. Di belakangnya berdiri tegak dua bendera Amerika yang berkibar-kibar.
"Kita bakal punya orang di dalam sana yang seharusnya tidak berada di sana dan negara kita akan hancur," kata Trump memulai pidatonya seraya merujuk para anggota parlemen di Gedung Parlemen, US Capitol.
Sang presiden lagi-lagi menyebut pemilu 3 November lalu dicurangi, bahwa dialah pemenang pemilu dan menyerukan para pendukungnya untuk menolak hasil pemilu. Massa yang kebanyakan tanpa masker itu riuh bergemuruh menyambut perkataan Trump dalam pidatonya.
Beberapa menit kemudian ratusan massa di depan Trump itu menyerbu ke Gedung Parlemen AS, US Capitol, menerobos empat lapis penjagaan keamanan. Mereka yang tadinya ratusan kini bergelombang menjadi ribuan.
Massa pendukung Trump yang marah bentrok dengan polisi, mereka memanjat dinding gedung, memecahkan kaca, merusak pintu Capitol Building. Sebagian bahkan berhasil menerobos masuk ke ruang Senat. Suasana di dalam gedung kocar-kacir. Anggota Senat dan DPR yang sedang bersidang untuk merekapitulasi hasil pemilu berlarian menyelamatkan diri.
Mirip di film-film Hollywood
Sejumlah perusuh berhasil menduduki beberapa ruangan anggota senat, mengacak-acak isi ruangan, membalik-balik meja dan mengambil foto dari dinding. Seorang perusuh berpose di ruang kerja Ketua DPR Nancy Pelosi dengan kaki di atas meja.
Dalam sebuah momen seperti di film-film Hollywood, sejumlah petugas keamanan mengarahkan pistol ke sebuah pintu yang hendak dijebol para pendukung Trump.
Presiden AS terpilih Joe Biden menyebut para pengunjuk rasa itu "ekstremis" dan "gerombolan". Dia mengatakan kerusuhan yang mereka lakukan itu merupakan "serangan terhadap benteng kebebasan, Capitol sendiri, serangan terhadap wakil rakyat dan kepolisian Capitol Hill yang bersumpah akan menjaga mereka, serangan bagi supremasi hukum. serangan terhadap usaha paling sakral Amerika: Melayani rakyat."
Biden menegaskan, apa yang terjadi di Gedung Parlemen tak mencerminkan rakyat Amerika yang sesungguhnya.
"Apa yang kita saksikan adalah sejumlah kecil ekstremis yang melakukan pelanggaran hukum," ujarnya.
"Ini bukan penolakan. Ini kelainan. Ini kekacauan. Ini penghasutan," tegasnya.
"Menyerbu Capitol, memecahkan jendela, menduduki kantor-kantor, lantai Senat Amerika Serikat, menggeledah meja-meja, mengancam keamanan pejabat terpilih. Ini bukan sebuah protes. Ini pemberontakan."
1000 Pasukan Garda Nasional
Sekitar 45 menit setelah massa menerobos masuk gedung Capitol, Gubernur New York Andrew Cuomo mengerahkan 1.000 pasukan Garda Nasional New York ke Washington, DC. Cuomo mengatakan, pengerahan pasukan ini bertujuan untuk membantu dan memfasilitasi proses peralihan kekuasaan secara damai.
"Selama 244 tahun, landasan demokrasi kita adalah peralihan kekuasaan yang damai, dan New York siap membantu memastikan kehendak rakyat Amerika terpenuhi secara aman dan sesuai ketentuan," jelasnya dalam pernyataannya dikutip dari CNN, Kamis (7/1).
Pasukan Garda Nasional akan dikerahkan sampai dua pekan. Keputusan itu dibuat atas permintaan dari Garda Nasional AS.
Di ujung hari, Kepala Kepolisian Washington DC menyampaikan, empat orang tewas dan 52 ditangkap dalam kerusuhan di gedung Capitol itu.
Peristiwa anarki kemarin tak pelak membuat dunia terhenyak. Pemandangan orang-orang memanjat gedung Capitol, bangunan yang menjadi simbol demokrasi Amerika itu, akan menjadi catatan kelam dalam sejarah negeri junjungan demokrasi.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Demokrat: Hak Angket Pemilu 2024 Tidak Menghargai Suara Rakyat
Demokrat menilai wacana koalisi 01 dan 03 menggulirkan hak angket sama artinya dengan tak menghargai suara rakyat.
Baca SelengkapnyaAwal Mula Pendukung 01 dan 03 Nobar Debat Capres: Kesamaan Tujuan Antisipasi Ancaman Demokrasi
Pendukung paslon nomor urut 3 Ganjar-Mahfud yang tergabung dalam Progresif nonton bareng debat Capres dengan pendukung paslon 01 Anies-Cak Imin.
Baca SelengkapnyaAnies Tanya Pendukungnya di Jambi: Ada yang Pernah Disurvei di Sini? Kosong
Anies pun bercerita perjuangan menjadi calon presiden sungguh luar biasa. Koalisi Perubahan selalu digadang-gadang akan bubar dan tidak solid.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali
Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali
Baca SelengkapnyaKakek 80 Tahun Bikin Perwira Polisi Kaget, 7 Tahun Jalan Kaki Datangi 261 Makam Para Wali & Presiden RI
Seorang pria tua berusia 80 tahun sukses mencuri perhatian. Awalnya, kakek tua itu tengah berusaha menyeberang jalan raya.
Baca SelengkapnyaMenko Luhut Kesal Banyak Kritik Jelek Pemerintah, Ini Respons Anies Baswedan
Anies menuturkan, ada tiga hal prinsip demokrasi. Yaitu kebebasan berbicara khususnya mengkritik pemerintah.
Baca SelengkapnyaAnies Dapat Ancaman Penembakan, Cak Imin Bakal Lapor Presiden Jokowi Bawa Bukti
Cak Imin menilai ancaman penembakan terhadap Anies adalah perbuatan orang iseng.
Baca SelengkapnyaBapaknya Pejabat Negara, Pria Ini Kenal Megawati Sejak Usia 5 Tahun Hingga Sukses Jadi Kepala Daerah
Anak tokoh nasional dianggap 'akrab' dengan Megawati sejak usia 5 tahun sampai sukses menjadi kepala daerah. Siapa sosok yang dimaksud?
Baca SelengkapnyaAnies Minta Pendukung Terus Kawal Pemilu 2024: Dokumentasikan Semua Kekurangan, Keanehan & Ketidaknormalan
Anies juga mengajak publik agar tetap menghormati proses Pemilu dan menghargai kerja-kerja demokrasi.
Baca Selengkapnya