CEK FAKTA: Disinformasi Imbauan Luhut untuk Kurangi Penanaman Sayur
Merdeka.com - Beredar unggahan potongan artikel berita di media sosial Facebook. Salah satunya akun Facebook Setyo Purnomo Tyo pada 25 Mei 2020. Akun Facebook tersebut mengunggah dua potongan artikel berita berjudul "Luhut Minta Petani Mengurangi Penanaman Sayur Mayur" dan "Sayuran Asal China Mulai Membanjiri RI".
Istimewa"Belilah di pasar tradisional itu sayur rakyat(lokal) bukan import. Yang import biar busuk di supermarket. Cintailah sayur dalam negeri bebas Covid 19 Insyaallah".
Penelusuran
Menurut penelusuran merdeka.com, unggahan dua potongan berita tersebut tidak terkait. Dalam artikel PikiranRakyat.com berjudul "Luhut Minta Petani Mengurangi Penanaman Sayur Mayur" pada 28 Agustus 2019, dijelaskan bahwa Menko Luhut meminta warga untuk menanam tanaman yang menghasilkan secara ekonomi.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, RI Letjen TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan mengharapkan kepada para petani di kawasan hutan hulu daerah aliran Sungai (DAS) Citarum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung Jawa Barat, untuk mengurangi penanaman sayur mayur, seperti kentang dan tanaman sayuran lainnya.
"Mengurangi tanaman sayuran kentang dan diganti dengan tanaman lain, tetapi menghasilkan secara ekonomi juga. Seperti menanam sereh wangi dan tanaman lainnya yang bisa menghasilkan secara ekonomi," harap Luhut kepada wartawan usai kunjungan kerja ke Sektor Pembibitan Satgas Citarum Harum dan kilometer nol hulu Sungai Citarum di Situ Cisanti Kertasari, Rabu 28 Agustus 2019.
Kemudian dalam artikel Kumparan.com berjudul "Sayuran Asal China Mulai Membanjiri RI" pada 15 Mei 2020, tidak ada kaitannya dengan judul berita pertama.
Artikel Kumparan menjelaskan bahwa impor asal China yang merupakan tertinggi di Indonesia usai pandemi Covid-19. Nilai impornya naik USD 762,3 juta dibandingkan bulan sebelumnya.
"Ini menunjukkan recovery di Tiongkok sudah bagus," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam video conference, Jumat (15/5).
Kesimpulan
Potongan dua artikel berita yang tersebar di media sosial Facebook adalah disinformasi. Dua berita tersebut tidak saling berkaitan.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan, pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa di pertanggungjawabkan kebenarannya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Media sosial tengah dihebohkan dengan kabar ulat kucing. Ulat bulu ini disebut-sebut sangat beracun dan mematikan.
Baca SelengkapnyaJenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial curhatan seorang kakek diusir menantu dan anaknya saat hendak berkunjung.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Keterbukaan informasi publik memiliki peran signifikan dalam pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
Baca SelengkapnyaTahanan digunduli guna pemeriksaan identitas, badan atau kondisi fisik dan menjaga atau memelihara kesehatan serta mengidentifikasi penyakit.
Baca SelengkapnyaMasyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca SelengkapnyaBeredar informasi jika KPU telah mengubah format debat tanpa dihadiri pendukung atau penonton.
Baca SelengkapnyaDikutip melalui akun instagram @jktinfo, terekam sejumlah masyarakat yang dari kedua sisi jalan saling menyerang dengan batu dan petasan
Baca SelengkapnyaSisa berita hoaks lainnya tidak diturunkan, melainkan hanya diberikan stempel hoaks karena dianggap tidak terlalu berbahaya.
Baca Selengkapnya