Ini Sosok Penyumbang Puncak Emas Terbesar Senilai 28 Kg, Pengusaha Beken Asal Aceh
Dia pernah dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia era pemerintahan Soekarno.
Dia pernah dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia era pemerintahan Soekarno.
Sebagian masyarakat mungkin sudah pernah mengunjungi Monumen Nasional (Monas) yang ada di Jakarta Pusat. Namun tak banyak yang tahu berat emas yang ada dipuncak tugu tersebut beratnya mencapai 38 kg. Tak hanya itu, dari total berat emas tersebut, 28 kg emas ternyata merupakan sumbangan dari Teuku Markam.
Dari repositori.kemdikbud.go.id, Teuku Markam merupakan seorang pengusaha perkebunan karet asal Aceh. Dia pernah dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia era pemerintahan Soekarno. Bisnis Teuku Markam beroperasi di bawah PT Karkam, singkatan dari 'Kulit Aceh Raya Kapten Markam'. Dalam catatan sejarah, Teuku Markam juga ikut serta membebaskan lahan Senayan sebagai pusat olahraga terbesar di Indonesia.
Teuku Markam berasal dari keturunan Ulelebalang Aceh yang lahir pada 1925. Dia sempat menempuh pendidikan sampai kelas empat SR (Sekolah Rakyat). Memasuki usia remaja, Teuku Markam memutuskan menempuh pendidikan wajib militer di Koeta Radja. Dia kemudian berhasil menyelesaikan pendidikan dan tamat berpangkat Letnan Satu.
Merdeka.com
Pada 1957, setelah berpangkat Kapten, Teuku Markam kembali ke Aceh dan mendirikan PT Karkam. Pada kesempatan inilah, dia bertemu Soekarno.
Pertemuan Teuku Markam dengan Soekarno membawanya menjadi lingkaran pemerintah. Soekarno menggaet Teuku Markam karena dinilai memiliki kapasitas dalam menggerakan ekonomi Indonesia. Namun, perannya semakin surut tatkala Pemerintah Orde Lama berkuasa. Di bawah Presiden Soeharto, Teuku Markam dituduh sebagai antek-antek PKI dan dipenjara selama delapan tahun. Seluruh kekayaannya diambil alih oleh Pemerintahan Orde Baru.
Dia bahkan dicap sebagai 'Pengusaha Istana'. Namun, semenjak ditahan, reputasinya hancur seketika. Markam harus menjalani masa nelangsa sebagai orang terhukum tanpa proses pengadilan.
Merdeka.com
Pernah juga dia mendekam di Penjara Salemba, Jakarta Pusat,Lapas Cipinang, Jakarta Timur; dan Instalasi Rehabilitasi (Inrehab) Nirbaya di Pondok Gede, Jakarta Timur.
Pada akhir tahun 1974, Teuku Markam dibebaskan dari penjara. Usai bebas, dia langsung menunaikan ibadah haji bersama istrinya, Ratna Kartika. Sepulang dari haji, dia mendirikan perusahaan PT Marjaya (Markam Jaya) yang bergerak di bidang kontraktor dan infrastruktur.
“Adam Malik sangat banyak menolong saya, beliaulah yang memberikan dorongan supaya saya bangkit kembali,” terang Markam.
Teuku Markam kembali merintis bisnisnya dengan mendirikan PT Marjaya. Perusahaan ini kemudian terlibat dalam sejumlah tender pembangunan jalan skala besar di Aceh. Salah satunya jalan Tapaktuan-Krueng Luas di Aceh Selatan sepanjang 96 km yang dibiayai Bank Dunia. Hingga pada 1985, Teuku Markam meninggal dunia.
Hartanya di masa ia berjaya ditaksir miliaran rupiah.
Baca SelengkapnyaKerangka ini ditemukan dalam sebuah kuburan yang berada di tengah gereja.
Baca Selengkapnya“Total karyawan gue sekarang 9 orang, dengan omset tahunan yang gue dapet sekitar Rp6 miliar," kata Ilham
Baca SelengkapnyaIstri korban dikenal sebagai orang yang jarang bersosialisasi dengan warga.
Baca SelengkapnyaSaat ini jumlahnya sudah membengkak hingga 2,3 juta orang di seluruh Indonesia.
Baca SelengkapnyaTernyata ada orang Indonesia yang hampir ikut dalam misi penerbangan luar angkasa NASA. Ini sosoknya.
Baca SelengkapnyaKomisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengaku telah menetapkan tiga orang tersangka dalam kasus ini.
Baca SelengkapnyaOrang sukses tak hanya berasal dari pekerja kantoran dengan jabatan tinggi.
Baca SelengkapnyaSeorang penggembala menemukan lukisan batu dan bahan dapur yang berasal dari 10.000 SM di dalam sebuah gua yang muncul akibat longsor di Turki.
Baca Selengkapnya