AI Deteksi Lukisan Klasik Ini Bukan Dilukis Pelukis Aslinya
AI menganalisis bahwa lukisan klasik tersebut bukanlah dilukis oleh pelukis aslinya.
AI menganalisis bahwa lukisan klasik tersebut bukanlah dilukis oleh pelukis aslinya.
Para ahli dari Universitas Bradford, Nottingham, dan Stanford telah mengembangkan algoritma analisis khusus untuk membuat sebuah penemuan: salah satu objek dalam lukisan karya Raffaello Sanzio/Raphael ternyata tidak dilukis oleh sang maestro.
Analisis tersebut dilakukan terhadap lukisan Madonna della Rosa (Bunda Maria dari Mawar) yang dilukis pada tahun 1517/1518. Lukisan tersebut menggambarkan Bunda Maria (Madonna) memegang Kanak-Kanak Yesus yang ada bersama Yohanes Pembaptis dan Santo Yusuf.
Mengutip situs Universitas Nottingham, ScienceAlert, dan The Guardian, Senin (22/4), para ahli sebenarnya telah memperdebatkan apakah lukisan tersebut asli karya Raffaello Sanzio atau bukan, setidaknya semenjak tahun 1800-an.
Dengan perkembangan zaman, terdapat salah satu cara untuk menentukan keaslian tersebut, yaitu analisis yang berdasar pada algoritma AI.
Hasil analisis tersebut menyimpulkan bahwa hampir semua bagian lukisan dibuat oleh Raffaello Sanzio, tetapi bagian wajah dari Santo Yusuf dibuat oleh orang yang berbeda.
Hasil itu sejalan dengan penilaian beberapa ahli yang melihat bahwa lukisan wajah Santo Yusuf dianggap tidak sebaik wajah-wajah lain yang ada di dalam lukisan.
Terdapat kemungkinan bahwa wajah Santu Yusuf dilukis oleh Giulio Romano, salah seorang dari murid Raffaello Sanzio.
Hassan Ugail, ahli matematika dan ilmu komputer dari Universitas Bradford yang tergabung ke dalam tim ahli, menyatakan bahwa algoritma analisis tersebut dikembangkan setelah melihat dengan sangat detail 49 karya Raffaello Sanzio yang tidak diragukan keasliannya.
Pembelajaran mesin dari AI ini dilakukan oleh tim ahli dengan memodifikasi arsitektur yang dikembangkan oleh Microsoft, yang disebut sebagai ResNet50. Hal itu juga dikombinasikan dengan teknik pemelajaran mesin tradisional, yaitu mesin vektor pendukung.
Hassan Ugail, ahli matematika dan ilmu komputer dari Universitas Bradford.
Meskipun analisis AI ini telah menghasilkan suatu kesimpulan yang mungkin akan terbukti benar, tim ahli menekankan bahwa kehadiran AI bukan berarti akan menggantikan peran para ahli di bidang ini, melainkan hanya untuk membantu mereka.
“Proses mengautentikasi sebuah karya seni melibatkan pengamatan terhadap banyak aspek, mulai dari asal-usulnya, pigmennya, kondisi karyanya, dan sebagainya. Akan tetapi, perangkat lunak semacam ini dapat digunakan sebagai sebuah alat untuk membantu di dalam proses tersebut,” jelas Ugail.
Model AI generatif ini akan menjadi penerus dari GPT-4 yang telah diluncurkan di tahun lalu.
Baca SelengkapnyaAI kini punya peran fundamental agar pekerjaan selesai lebih efektif dan efisien.
Baca SelengkapnyaKamera keamanan ini berbasis AI yang bisa mendeteksi orang asing yang ingin berbuat jahat.
Baca SelengkapnyaSemakin canggih teknologi, kini tingkat kesulitan CAPTCHA makin tidak masuk akal.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah ilmuwan yang khawatir terhadap dampak buruk AI.
Baca SelengkapnyaSebenarnya, masih belum ada kejelasan yang pasti mengenai kapan angka 13 dianggap sebagai angka yang buruk.
Baca SelengkapnyaPara arkeolog bersepakat menggunakan AI untuk mengurai gulungan kuno yang diduga petunjuk makam Plato.
Baca SelengkapnyaBerikut bahaya TikTok menurut pemerintah AS jika benar-benar tidak ditindaklanjuti.
Baca SelengkapnyaAda beragam hal di alam semesta ini tak bisa dijelaskan secara sains. Ilmuwan tak sanggup untuk menjelaskan.
Baca Selengkapnya