Lain Jeddah, lain Mekkah dan Madinah
Merdeka.com - Sudah 20 hari secara bergelombang jemaah haji Indonesia berdatangan ke Madinah dan Makkah. Gelombang pertama jemaah haji mendarat di Bandara AMAA Madinah. Sementara untuk gelombang kedua jemaah haji langsung mendarat ke Jeddah, dilanjutkan perjalanan ke Makkah. Nyaris, jemaah haji cuma singgah di tiga kota ini.
Jeddah, Makkah dan Madinah memiliki ciri khas yang berbeda. Baik kondisi wilayah atau pun suhu. Saat tiba di Madinah, jemaah haji Indonesia bisa merasakan teriknya cuaca. Lantaran suhu di sini rata-rata 40-45 derajat celcius. Bahkan untuk di daerah tertentu misalnya Jabal Uhud, suhu bisa mencapai 49 derajat celcius. Di malam hari, cuaca di madinah cukup tinggi, bisa mencapai 40 derajat celcius. Sehingga wajar, meski malam, kadang badan terasa hangat karena cuacanya tinggi.
Bahkan, di Madinah jarang kita jumpai air dingin. Meski tanpa pemanas air, rata-rata air untuk mandi di Madinah sudah panas. Ini yang saya alami di Madinah selama 15 hari berada di Madinah. Badan pun tak pernah berkeringat di Madinah lantaran cuaca kering.
Sementara di Makkah, kondisi cuaca tidak jauh beda dengan di Madinah. Tapi sedikit lebih bersahabat. Cuaca di sana di siang hari antara 38-42 derajat celcius. Di siang hari, cuaca rata-rata 40 derajat celcius. Sementara di malam hari, di bawah 40 derajat celcius.
Bagaimana dengan di Jeddah? Di kota perdagangan internasional ini, kondisi cuaca sangat-sangat bersahabat. Kalau boleh saya katakan, Jeddah tak jauh beda dengan Jakarta. Di siang hari, maksimal cuaca cuma 37 derajat celcius. Sementara di malam hari cuma 30-31 derajat celcius. Di Jeddah bahkan bisa saja kita agak berlama-lama langsung bersentuhan dengan matahari. Bahkan di sini kita bisa berkeringat, lantaran cuaca agak lembap. Mandi pun bisa dengan air dingin.
"Tapi di sini baju mudah cepat bau keringat. Kalau di Madinah baju tak pernah bau," kata salah seorang teman saya sesama anggota Media Center Haji (MCH) sedikit bercanda.
Karena bukan kota suci, penduduk Jeddah juga beragam. Jika di Makkah dan Madinah (wilayah haram) orang nonmuslim tidak diperkenankan ada di dalamnya, maka di Jeddah orang nonmuslim pun bisa tinggal di sini. Karena itulah Jeddah menjadi pusat perdagangan internasional di Arab Saudi. Pengusaha dari berbagai penjuru dunia diperkenankan masuk kota ini, dan melakukan kegiatan bisnis, tapi harus mengikuti aturan-aturan yang ada tentunya.
"Di sini banyak juga orang nonmuslim, bos saya saja nonmuslim," kata Abdul, warga Indonesia yang sudah 3 tahun bermukim di Jeddah.
Di jam-jam sore hari, Jeddah tak ubahnya Jakarta. Selama empat hari berada di Jeddah, saya sudah terjebak dua kali kemacetan. Kemacetan biasanya terjadi di sore hari saat orang-orang pulang kerja. Kemacetan juga kerap terjadi di jalan menuju Bandara King Abdul Aziz Jeddah.
Lampu merah juga relatif banyak di sini. Beda dengan jalanan di Madinah yang rata-rata jalanan bebas hambatan. Soal lebar jalan, Madinah dan Jeddah tak jauh beda. Melebihi lebarnya jalan di Thamrin dan Sudirman, kalau di Jakarta.
Untuk mencari makanan-makanan khas Indonesia juga tak susah di Jeddah. Sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di kawasan Albalad, menyediakan berbagai macam menu masakan khas Indonesia misalnya Bakso Mang Oedin, Bakso Sari Raos Khas Bandung, dan sebagainya.
Tak cuma makanan, barang-barang elektronik juga banyak dijual di Jeddah. Harganya pun miring, jauh lebih murah dibanding di Jakarta. Untuk iPhone terbaru misalnya. Harganya bisa lebih murah 2-3 juta dibanding harga di Jakarta. Untuk barang-barang yang harganya murah, selisihnya dengan di Jakarta lumayan tinggi, berkisar antara Rp 500- 1 juta.
"Untuk ponsel yang harganya mahal, lumayan berasa selisih harganya," kata Oke, salah seorang petugas haji Indonesia.
(mdk/sho)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat Indonesia Diminta Tak Asal Pakai Visa untuk Berhaji, Ini Risikonya Jika Tetap Nekat
Petugas haji Arab Saudi memeriksa satu per satu jemaah lebih ketat ketika memasuki Mekkah dan Madinah termasuk di Arafah.
Baca SelengkapnyaJadwal di Jeddah Maju Jadi 9 Februari 2024, Berikut Daftar Tanggal Pencoblosan di Luar Negeri
PPLN Jeddah langsung berusaha secara intensif mencari tempat.
Baca SelengkapnyaArab Saudi Segera Buka Toko Miras Pertama, Khusus Layani Diplomat
Saudi melarang minuman keras sejak 1952, setelah insiden penembakan diplomat Inggris oleh seorang pangeran Arab.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tutup Bimtek PPIH Arab Saudi 2024, Menag: Layani Jemaah Haji Seperti Orang Tua & Keluarga Sendiri
Adapun kuota jemaah haji tahun 2024 ini mencapa 241 ribu orang.
Baca SelengkapnyaPenampakan Banyak Air, Emas & Berlian di Perut Bumi Arab, Padahal di Permukaan Pasir & Gersang
Di bawah permukaan pasir, ada banyak air menggenang hingga emas dan berlian.
Baca SelengkapnyaSisi Lain Kehidupan di Arab Saudi, Penduduknya Kaya Raya Tapi Tak Saling Kenal Tetangga Rumah
Hal tersebut diketahui dari kebiasaan warga setempat yang jarang berinteraksi satu sama lain.
Baca SelengkapnyaKemenag Ingatkan Jangan Tergiur Tawaran Paket Umrah Murah
Jaja melihat perkembangan haji di Arab Saudi setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaKRI dr. Radjiman Wedyodiningrat Singgah di Jeddah Usai Kirim Bantuan ke Palestina, Satgas Beragama Muslim Dapat Hadiah Spesial
Prajurit satgas pembawa bantuan kemanusiaan Palestina dapat hadiah umroh saat perjalanan pulang ke tanah air. Berikut informasinya.
Baca SelengkapnyaIntip Kisah Emping Khas Lebak Tembus sampai Pasar Arab Saudi, Sudah Dirintis Warga sejak 1997
Kerupuk emping melinjo di sini punya ciri khas tersendiri yakni renyah, gurih, beraroma sedap, dan menyehatkan.
Baca Selengkapnya