Jaga lingkungan di Jabar, Dedi Mulyadi bakal evaluasi tata Ruang
Merdeka.com - Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memiliki komitmen untuk mengevaluasi tata ruang di Jawa Barat. Langkah ini dilakukan agar lingkungan di Jawa Barat tetap terjaga.
Proses pembangunan berlangsung setelah melalui telaah kritis dampak terhadap lingkungan sekitar. Niatan mantan Bupati Purwakarta tersebut terungkap dalam sebuah diskusi yang digelar Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Barat.
Menurut Dedi, pembangunan yang memiliki nilai ekonomi memang penting. Akan tetapi, dia menegaskan bahwa pembangunan dalam kerangka menjaga alam justru jauh lebih penting.
Karena itu, alam dan lingkungan harus menjadi variabel determinan dalam menentukan program di sebuah daerah.
"Biasanya kan begitu, semua daerah ingin pembangunan itu bernilai ekonomi. Hari ini menjaga hutan belum dianggap memiliki nilai ekonomi, menjaga sungai belum dianggap memiliki nilai ekonomi. Tetapi saya meyakini anggapan itu tidak sepenuhnya benar, secara jangka panjang kita ini sangat membutuhkan alam," katanya.
Atas hal tersebut, Dedi mengaku siap melakukan evaluasi terhadap rencana tata ruang di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Dia meyakini, evaluasi tersebut dapat melahirkan implikasi positif terhadap perkembangan daya dukung lingkungan di sebuah daerah.
"Saya kira harus ada evaluasi soal tata ruang. Jadi, ke depan itu jelas, ini ruang untuk manusia dan ini ruang untuk lingkungan, keduanya tidak tumpang tindih. Kalau ada aspek yang merugikan lingkungan dalam sebuah aturan tata ruang, maka ya harus evaluasi," ucapnya.
Dedi Mulyadi yang selama ini dikenal sebagai tokoh peduli lingkungan itu juga menyoroti masalah alih fungsi lahan. Dampak positif alih fungsi tersebut menurut dia harus dirasakan oleh masyarakat yang mengalami penggusuran.
"Kalau ada proyek, biasanya ada penggusuran. Nah, masyarakat sekitar itu di samping ganti rugi juga harus meraih manfaat. Mereka harus menjadi orang pertama yang menerima manfaatnya," tegasnya.
Fenomena daerah yang mendadak menjadi kering karena industrialisasi menurut dia harus segera diakhiri. Sebaliknya, daerah tersebut harus tetap terjaga secara lingkungan. Dedi melihat sisi penting mata air dan wilayah resapan air agar dikuasai oleh pemerintah.
"Jangan sampai daerah yang kaya air, tetapi masyarakatnya kekurangan air. Tidak boleh terjadi anomali seperti itu hari ini dan di masa yang akan datang," tuturnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar di media sosial seorang preman memalak pekerja di sebuah proyek pembangunan jembatan di Desa Cijunti.
Baca SelengkapnyaTNI bakal mengevaluasi salah satunya dengan merelokasi laham Gudmurad setelah insiden tersebut.Ada Perumahan Warga
Baca SelengkapnyaBanyaknya aktivitas manusia yang menyimpang, dapat berdampak buruk bagi kelestarian alam.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Berkunjung ke Jalan Braga tak afdol jika tidak menikmati keindahan arsitektur gedung dan menikmati bacang panas.
Baca SelengkapnyaMereka memotong teralis itu setelah mengetahui kondisi teralis besi ventilasi di kamar mandi yang sedikit terbuka.
Baca SelengkapnyaSetiap sel sarang lebah juga mengandung madu murni yang belum mengalami campur tangan manusia saat proses pengambilan dan pengolahan.
Baca SelengkapnyaPenyebab kebakaran tersebut diduga di faktor usia munisi yang telah berusia 10 tahun lebih menjadi lebih berbahaya.
Baca SelengkapnyaTema debat keempat soal Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa.
Baca SelengkapnyaIndustri kapuk mengalami kemunduran karena masyarakat lebih suka memakai Kasur dengan bahan dasar busa dan pegas.
Baca Selengkapnya