Merdeka.com - Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Investasi Pertanian, Prabowo Respatiyo Caturroso, kembali menyambangi Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dia mengaku, kedatangannya kali untuk diperiksa sebagai saksi dalam kasus suap pengurusan kuota impor daging sapi, sekaligus untuk melaporkan adanya pemalsuan Surat Persetujuan Pemasukan (SPP) karkas, daging, dan jeroan dari luar negeri.

Pantauan merdeka.com, Prabowo tiba di KPK sekitar pukul 09.20 WIB dengan mengenakan kemeja batik biru lengan panjang. Kepada wartawan, Prabowo sempat menunjukkan perbandingan antara SPP yang asli dan palsu.

"Saat saya menjabat sebagai Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, saya membuat kebijakan format SPP saya ubah dari kertas HVS biasa menjadi kertas berhologram. Tapi setelah saya tidak menjabat, formatnya berubah lagi," kata Prabowo kepada wartawan di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (5/3).

Menurut Prabowo, saat menjabat sebagai Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, dia mengubah nama SPP menjadi Surat Rekomendasi Teknis Persetujuan Pemasukan.

"Pengubahan itu mulai 2010," ujar Prabowo.

Prabowo mengungkapkan beberapa modus pemalsuan SPP. Menurut dia, kadang importir ingin mengubah negara pengimpor daging, tapi SPP yang lama tidak ditarik. Alhasil, mereka memiliki dua SPP dan melipatgandakan jumlah impor daging.

"Misal satu importir pegang SPP impor daging dari Australia. Lalu dia mengubah negara pengimpor ke Selandia Baru. Tapi yang SPP yang lama tidak ditarik," lanjut Prabowo.

Saat Prabowo ditanyakan apakah Menteri Pertanian tahu soal permainan pemalsuan SPP itu, dia mengelak tidak tahu. Tetapi, dia menyarankan pertanyaan itu kepada Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian.

"Pak Menteri mungkin dengarnya juga dari media massa," ucap Prabowo.