Analisis peneliti ini tepat, ekonomi Indonesia terguncang pada 2015
Merdeka.com - Peneliti senior Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Haryo Aswicahyono pernah menganalisis situasi ekonomi pada 2015. Ternyata analisisnya tepat dan terjadi pada tahun ini.
Dalam analisisnya, Haryo menuliskan pemerintahan Presiden Joko Widodo mewarisi kerentanan ekonomi. Apa penyebabnya?
Haryo menulis analisisnya dalam akun Facebook-nya pada 24 Agustus 2014. Dia menulis, stabilitas ekonomi pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diakibatkan dua fakta. Pertama, Indonesia menerima apa yang disebutnya sebagai boom komoditas, dan yang kedua, Indonesia menikmati derasnya aliran modal asing yang masuk ke dalam negeri, atau disebut sebagai limpahan Quantitative Easing (QE).
Berikut ini analisis lengkap Haryo Aswicahyono yang ditulis 24 Agustus 2014 lalu dan terbukti sekarang ini:
Sebetulnya prestasi SBY 5 tahun belakangan ini tidak hebat2 amat karena 2 fakta berikut ini:
1. Indonesia menerima rejeki nomplok boom komoditas
2. Indonesia menikmati rejeki nomplok aliran modal masuk yang deras karena limpahan Quantitative Easing (QE) US
di balik dua keberuntungan ini ... tersimpan beberapa kerentanan struktural
a. Defisit Neraca Perdagangan (terutama karena impor minyak/overconsumption karena subsidi BBM, dan melemahnya daya saing sektor riil)
b. Defisit Fiskal yang makin membengkak mendekati batas 3% yang diijinkan UU (juga karena subsidi BBM)
c. Mengeringnya likuiditas perbankan (deposit naik perlahan, kredit naik pesat)
d. Menurunnya daya saing sektor riil
Boom komoditas sudah berakhir, sementara QE diperkirakan akan berakhir 2015. Ke depan Jokowi-JK mewarisi ekonomi yang memiliki banyak kerentanan yang lima tahun belakangan tertutup 2 rejeki nomplok tersebut di atas
Apa saja agenda prioritas bangsa, pemerintah, DPR, perusahaan, masyarakat?
1. segera membereskan UU dan protokol untuk mengambil langkah2 jika terjadi krisis (UU JPSK), sehingga jika terjadi krisis, pemerintah dan BI berani mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi krisis
2. Mencabut subsidi BBM untuk sekaligus mengurangi tekanan neraca perdagangan dan mengoptimalkan APBN
3. Memperbaiki daya saing sektor riil
ini semua agenda lama yang tercecer karena Indonesia terbuai dua rejeki nomplok di atas. Lima tahun ke depan pemerintah akan sibuk menambal kelemahan struktural tersebut.
Saat disinggung soal analisanya, yang oleh sebagian netizen dianggap tepat, Haryo mengatakan jika hal tersebut memang dapat dianalisa.
"Tidak saya saja, semua peneliti ekonomi juga bisa menganalisa situasi ini," ujarnya saat dihubungi merdeka.com.
(mdk/amn)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaPersiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.
Baca SelengkapnyaNurdin optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 berada pada kisaran 5 persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sejumlah lembaga survei menyatakan pasangan Prabowo-Gibran memenangkan pilpres 2024 versi penghitungan cepat atau quick count.
Baca SelengkapnyaAda pun lini bisnis yang terdampak kenaikan pajak hiburan antara lain karaoke, kelab malam hingga spa.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaSebanyak 15 persen responden dengan pendapatan tinggi mengaku bahwa seringkali pengeluarannya melebihi anggaran bulanan.
Baca SelengkapnyaProyeksi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen itu didorong oleh penyelenggaraan pemilu secara serentak 2024.
Baca SelengkapnyaHal itu bakal diwujudkan jika mereka berhasil menang di Pilpres 2024 mendatang.
Baca Selengkapnya