Tangguhnya Warga Baduy saat Jualan Madu, Siap Jalan Kaki Ratusan Kilometer sampai Jakarta
Warga adat Baduy di wilayah Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, memiliki tradisi menjual madu hutan ke luar daerah dengan berjalan kaki. Tak tanggung-tanggung, mereka bisa menempuh jarak puluhan sampai ratusan kilometer untuk menjajakan hasil hutan mereka.
Tradisi ini sudah turun temurun dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan mengenalkan potensi kebudayaan Baduy. Uniknya, selama berjualan itu mereka tetap teguh terhadap aturan adat dengan tidak menggunakan kendaraan bermesin.
Seperti diketahui, warga adat Baduy memang merawat aturan nenek moyang mereka dalam praktik kehidupan sehari-hari. Selama ini, warga adat Baduy memang dikenal tidak ingin bersinggungan dengan teknologi, terutama untuk Baduy Dalam. Berikut selengkapnya
Tradisi berjualan madu jalan kaki
Mengutip ANTARA, Jumat (1/12), tradisi berjualan madu dengan berjalan kaki sering mereka lakukan dalam beberapa bulan.
Untuk jarak dekat seperti wilayah Tangerang, biasanya warga Baduy menjualnya tiap tiga hari sekali dengan tempo perjalanan pulang pergi dan jarak tempuh sekitar 60 kilometer.
“Kami terbiasa membawa madu hutan sebanyak 10 botol dalam kemasan," kata salah satu warga Baduy yang berjualan di wilayah Balaraja, Tangerang, Santa (55)
Membawa hingga 10 botol
Dalam sekali perjalanan, mereka akan membawa madu hutan asli hingga 10 botol dalam kemasan kaca. Madu yang dibawa biasanya berjenis madu kuning dan madu hitam dengan rasa yang lebih pahit.
Mereka membawa botol-botol itu di tas rajut besar yang dibawa di punggung sembari digendong. Madu tersebut tak jarang sudah habis sebelum sampai tujuan, karena permintaan warga sekitar cukup tinggi.
Madu-madu Baduy sendiri dipercaya berkhasiat untuk sejumlah penyakit seperti diabetes, asam urat, kolesterol, rematik, kurang darah, dan batu ginjal.
berita untuk kamu.
Turun temurun
Tradisi berjualan madu hingga ke luar daerah ini biasanya dilakukan secara turun temurun. Dari orang tua kemudian diturunkan ke anak laki-laki mereka.
Walau turun temurun warga adat Baduy tak sembaranan melatih anak laki-lakinya untuk berjalan kaki jarak jauh untuk menjajakan madu.
Biasanya anak laki-laki itu akan diajak sebagai sebuah latihan saat usia mereka sudah cukup alias remaja dewasa.
Bagi mereka, berjalan kaki dengan jarak hingga Jakarta atau ratusan kilo meter sudah terbiasa.
Mereka pun mampu beradaptasi dengan kondisi jalanan mulai dari tanah berlumpur, beton hingga aspal yang panas saat siang hari.
Dan salah satu larangan adat Baduy adalah tidak membolehkan menggunakan alas kaki apapun saat berjualan ke luar kampung.
Alhasil banyak dari para warga Baduy yang berjualan madu hingga Jakarta mengalami pengerasan di telapak kaki mereka. Namun kondisi ini tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Perintah leluhur jadi yang utama
Tak diketahui secara pasti alasan warga Baduy tidak menggunakan alas kaki saat berjualan madu hingga ke luar daerah.
Mereka hanya mengatakan bahwa tak ingin melanggar pantangan adat yang sudah ada sejak mereka belum lahir.
Mengutip YouTube Esoxse TV, mereka bisa berjalan kaki sampai Jakarta hingga Depok, Jawa Barat tanpa menggunakan alas kaki.
Harga madu Baduy
Saat berjualan dengan waktu berhari-hari itu, mereka juga membawa perbekalan seperti nasi, ikan asin ataupun gula merah asli Baduy sebagai penambah tenaga.
Untuk satu botolnya, warga Baduy biasa menjual madu asli mulai dari Rp100 ribu sampai Rp150 ribu per botolnya.
"Kami berjualan keliling di Jakarta dengan jalan kaki bisa menghasilkan pendapatan Rp5 juta per pekan dengan harga Rp100 ribu per botol," kata penjual madu lainnya yang juga asli Baduy, Pulung (55)
- Nurul Diva Kautsar
Pasukan kirab pataka jer basuki mawa beya keliling Jawa Timur jelang HUT ke-78 provinsi tersebut. Begini keseruannya.
Baca SelengkapnyaPabrik belerang Wanaraja jadi salah satu lokasi bersejarah yang menarik di Kabupaten Garut.
Baca SelengkapnyaKampung Padukuhan Karangnongko juga baru dialiri listrik dan air tahun lalu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jarak luncur awan panas guguran maksimum 3,5 kilometer ke arah Kali Krasak.
Baca SelengkapnyaWaktu berjalan, Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Utara pun menawarkan warga untuk pindah ke rumah susun lain.
Baca SelengkapnyaKereta mulai berangkat dengan kecepatan rendah yakni, 3 kilometer per jam. Kecepatan kereta pun mulai bertambah seiring jauhnya perjalanan.
Baca SelengkapnyaPembangunan patung atau monumen yang diberi nama Juma Jokowi.
Baca SelengkapnyaDanrem 031/Wirabima Brigjen TNI Dany Rakca menempuh jarak ribuan kilometer untuk bertatap muka dengan prajurit yang menjaga perbatasan paling timur.
Baca Selengkapnya18 wilayah di Jakarta masih tergenang dengan ketinggin air beragam.
Baca Selengkapnya