Laporan PBB: Krisis Biaya Hidup Membuat 71 Juta Orang Jatuh dalam Kemiskinan Ekstrem
Merdeka.com - Krisis biaya hidup membuat 71 juta orang di negara-negara miskin terjerumus ke dalam kemiskinan ekstrem, menurut laporan Program Pembangunan PBB (UNDP), hari ini.
Administrator UNDP Achim Steiner mengatakan analisis terhadap 159 negara berkembang menunjukkan kenaikan harga sejumlah komoditas penting tahun ini telah menjalar ke sebagian wilayah Afrika Sub-Sahara, Balkan, Asia dan lainnya.
UNDP mendesak agar tindakan khusus dilakukan.
Badan PBB itu berusaha mencari bantuan tunai untuk diberikan secara langsung kepada penduduk paling rentan.
UNDP juga ingin agar negara-negara yang lebih kaya dapat memperpanjang dan memperluas Inisiatif Penangguhan Layanan Utang (DSSI) yang mereka buat untuk membantu negara-negara miskin selama pandemi.
"Krisis biaya hidup ini menjerumuskan jutaan orang ke dalam kemiskinan dan bahkan kelaparan, dengan kecepatan yang menakjubkan," kata Steiner, seperti dilansir Antara mengutip Reuters, Kamis (7/7).
"Dengan (kondisi) itu, ancaman kerusuhan sosial meningkat dari hari ke hari," katanya.
Institusi semacam PBB, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional menetapkan sejumlah "garis kemiskinan".
Penduduk digolongkan sebagai orang miskin jika mereka hidup sehari-hari dengan uang kurang dari 1,90 dolar AS (sekitar Rp28.500) di negara berpendapatan rendah, 3,20 dolar di negara berpendapatan sedang paruh bawah, dan 5,50 dolar di negara berpendapatan sedang paruh atas.
"Kami memperkirakan krisis biaya hidup saat ini akan mendorong lebih dari 51 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem dengan 1,90 dolar per hari, dan 20 juta orang lainnya dengan 3,2 dolar per hari," tulis laporan itu.
Laporan itu juga memperkirakan krisis akan membuat sekitar 1,7 miliar penduduk dunia menjadi miskin.
Disebutkan pula bahwa pemberian bantuan tunai di sejumlah negara akan lebih "adil dan rendah biaya" daripada subsidi harga bahan bakar dan pangan yang lebih banyak dinikmati oleh masyarakat menengah ke atas.
"Dalam jangka panjang mereka (subsidi) mendorong ketidakadilan, kian memperparah krisis iklim, dan tidak segera dirasakan dampaknya," kata Kepala Penanganan Kebijakan Strategis UNDP George Gray Molina.
Dua tahun pandemi juga telah menunjukkan bahwa negara-negara yang dilanda krisis finansial memerlukan bantuan komunitas global untuk mendanai skema ini.
Mereka bisa melakukannya jika DSSI yang dirintis oleh G20 diperpanjang hingga dua tahun lagi dan diperluas jangkauannya agar bisa dinikmati setidaknya oleh 85 negara dari 73 negara saat ini, kata Molina.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peringatan ini menjadi bagian dari upaya PBB untuk menghapuskan pemotongan kelamin perempuan.
Baca SelengkapnyaPemerintah sedang mencari formula terkait kenaikan harga beras di pasaran.
Baca SelengkapnyaJokowi menyerahkan bantuan pangan cadangan pangan pemerintah (CBP) kepada sejumlah penerima manfaat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ibu Jubaedah bercerita bahan dasar yang digunakan kerupuk ini adalah kencur.
Baca SelengkapnyaWarga Puncak Jaya mengalami kelangkaan BBM karena adanya penembakan oleh KKB dan jalanan yang terputus akibat longsor.
Baca SelengkapnyaPemerintah mempertimbangkan untuk menghentikan sementara penyaluran bantuan pangan beras saat hari tenang hingga pencoblosan pemilu yakni 11-14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaBantuan air bersih sudah dibagikan pada beberapa desa yang terdampak kekeringan.
Baca SelengkapnyaJenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaKapolres mengaku, aksi penyerangan disertai penembakan itu dilakukan KKB sejak Jumat (19/1) dari segala arah.
Baca Selengkapnya