Survei: 96 Persen Masyarakat Optimis Indonesia Aman dari Resesi
Merdeka.com - Awan gelap resesi tengah membayangi ekonomi global. Mulai dari Presiden Joko Widodo hingga para menterinya telah memperingatkan adanya dampak resesi global ke Tanah Air.
Namun siapa sangka, pembicaraan di media sosial justru malah menyatakan sebaliknya. Warganet optimis Indonesia kebal dari dampak resesi global. Hal tersebut tercermin dari survei yang dilakukan Continuum.
Hasil survei menunjukkan hanya 4 persen responden yang mengkhawatirkan terjadinya resesi di Indonesia tahun depan. Artinya, 96 persen merasa optimis Indonesia mampu melalui badai resesi global di tahun depan.
"Kenapa mereka ini tidak khawatir? Mereka optimis Indonesia tidak akan resesi di tahun 2023. Kalaupun resesi, dampaknya tidak seburuk yang kita bayangkan," kata Analis Continuum Data Indonesia, Natasha Yulian dalam konferensi pers: Waspada Perlambatan Ekonomi Akhir Tahun secara virtual, Jakarta, Selasa (8/11).
Natasha menjelaskan, perbincangan di media sosial warganet sangat optimis Indonesia aman dari resesi (69,33 persen). Topik pembahasan lainnya bukan lagi resesi, melainkan pemesanan gadget terbaru yang dikeluarkan Apple (21,6 persen).
"Artinya ini tanda tidak jadi resesi karena masyarakat masih berbondong-bondong membeli HP keluaran terbaru," kata Natasha.
Sebagian lainnya juga menyatakan resesi tidak untuk ditakuti (4,24 persen). Mereka berpendapat di masa resesi ini masyarakat harus tetap hidup normal seperti biasa.
Ada juga responden yang tidak perlu takut dengan resesi karena sudah pernah melewati masa pandemi (3,69 persen). Bahkan ada yang menyatakan tidak perlu khawatir dengan resesi (1,14 persen).
Pejabat Sibuk Pencitraan
Sementara itu, dalam survei yang sama, tercatat hanya 45 persen perbincangan negatif terkait resesi global. Perbincangan ini berisikan kritikan terhadap pemerintah yang ketar-ketir dalam menghadapi ancaman resesi tahun depan.
"Dalam hal ini mereka melihat pemerintah khawatir dengan resesi tahun depan," kata Natasha.
Masih dalam survei yang sama, momen ini dimanfaatkan para influencer untuk fear mongering (30,34 persen). Ada juga warga net yang menyatakan sudah terbiasa menghadapi resesi (8,09 persen).
"Beberapa juga menyatakan sudah sering mengalami resesi," kata dia.
Menariknya, ada juga warganet di media sosial yang menyatakan resesi di depan mata, namun para pejabat malah sibuk melakukan pencitraan (8,01 persen).
Selain itu, ada juga yang menyatakan harus siap-siap memiliki uang banyak karena Indonesia akan mengalami resesi (7,13 persen). Terakhir, warga net menyatakan pasar mulai nampak sepi sebagai pertanda resesi (1,40 persen).
Sebagai informasi, survei yang dilakukan Continuum dilakukan pada 17 Oktober - 1 November 2022. Dalam survei ini terdapat 60.871 pembicaraan di media sosial dari 51.525 akun media sosial.
Dari data tersebut, sebanyak 78,5 persen perbincangan berasal dari pulau Jawa. Adapun metode yang digunakan merupakan analisis pendapat masyarakat.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebanyak 15 persen responden dengan pendapatan tinggi mengaku bahwa seringkali pengeluarannya melebihi anggaran bulanan.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Baca Selengkapnyapenyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Survei Prabowo-Gibran tembus 50 Persen, Kaesang Optimistis Satu Putaran
Baca SelengkapnyaSurvei memotret penilaian masyarakat terhadap kondisi ekonomi, politik, keamanan hingga penegakan hukum nasional.
Baca SelengkapnyaMenkominfo Budi Arie Setiadi optimis bahwa Indonesia akan dengan mudah mewujudkan cita-citanya menjadi negara maju mendatang.
Baca SelengkapnyaSaat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaJokowi mengimbau untuk tetap berhati-hati terhadap ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaHasil survei 77,2 persen masyarakat merasa puas dengan kinerja presiden Jokowi, sementara 22 persen merasa kurang puas.
Baca Selengkapnya