Sri Mulyani: Inflasi Indonesia Tertahan karena Pemerintah Beri Banyak Subsidi
Merdeka.com - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati membeberkan kunci sukses Indonesia dalam menjaga laju inflasi agar tidak terjadi seperti Amerika Serikat (AS) dam negara maju di kawasan benua Eropa.
Tercatat, inflasi pada Juli 2022 mencapai sebesar 0,64 persen, sementara secara tahun kalender (Januari–Juli) 2022 sebesar 3,85 persen. Adapun tingkat inflasi year on year/yoy sebesar 4,94 persen.
Sri Mulyani mengatakan, masih terjaganya laju inflasi disebabkan oleh sikap pemerintah yang getol menyalurkan berbagai program subsidi. Khususnya subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk meredam laju inflasi.
"Inflasi memang tertahan karena kita memberi subsidi banyak," ujarnya dalam acara Soft Launching Buku: Keeping Indonesia Safe from Covid-19 Pandemic di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (5/8).
Bendahara Negara ini menambahkan, penerapan kebijakan fiskal dan moneter yang tepat juga berpengaruh terhadap terjaganya laju inflasi. Antara lain dengan tidak terburu-buru untuk menaikkan suku bunga acuan demi mendorong pemulihan ekonomi nasional.
"Makanya kita harus hati-hati untuk tidak menggunakan kebijakan fiskal dan moneter yang ekspansi atau sembrono," tutupnya.
Penyebab Tingginya Inflasi Amerika Serikat
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memberikan diagnosis terkait tsunami inflasi yang melanda Amerika Serikat hingga negara-negara maju di kawasan Benua Eropa dalam beberapa waktu terakhir.
Bendahara Negara ini mengatakan, faktor pertama penyebab kencangnya laju inflasi yang melanda Amerika Serikat dan sejumlah negara maju di Eropa ialah gangguan rantai pasok (supply chain disrupstion) akibat pandemi Covid-19.
"Kalau kita lihat fenomena sekarang apa yang terjadi di Amerika Serikat, di negara-negara Eropa kenapa terjadi over heating inflasi?. Pertama, diagnosanya adalah supply chain disrupstion. Jadi demand side, jauh lebih cepet dari supply recovery," ujar Sri Mulyani acara Soft Launching Buku: Keeping Indonesia Safe from Covid-19 Pandemic di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (5/8).
Sri Mulyani menambahkan, meningkatnya laju inflasi yang melanda negara-negara maju di berbagai belahan dunia saat ini juga dipengaruhi oleh konflk antara Rusia dan Ukraina. Mengingat, dua negara tersebut merupakan produsen komoditas energi dan pangan dunia.
"Kemudian dikombinasikan dengan perang di Ukraina. Makanya terjadi kenaikan harga," bebernya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Proyeksi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen itu didorong oleh penyelenggaraan pemilu secara serentak 2024.
Baca SelengkapnyaPenambahan anggaran ini diperlukan seiring meningkatnya jumlah petani calon penerima pupuk subsidi.
Baca SelengkapnyaBerbagai program bansos pemerintah baik yang diumumkan Presiden Jokowi atau beberapa menteri akan dilakukan evaluasi berkala.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai menuju target tersebut bukan perkara gampang.
Baca SelengkapnyaUsai rapat bersama Presiden Joko Widodo, Sri Mulyani menyampaikan pemerintah telah menargetkan defisit APBN 2025 maksimal di angka 2,8 persen.
Baca SelengkapnyaPenambahan anggaran ini diperlukan seiring meningkatnya jumlah petani calon penerima pupuk subsidi.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengakui bahwa produksi emisi karbon per kapita di Indonesia mengalami tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaBegini untung rugi Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaSelain beras, Sri Mulyani menyebut ada beberapa harga pangan juga mengalami kenaikan, seperti bawang putih 1,9 persen, cabai merah 17 persen.
Baca Selengkapnya