Siap-Siap, Amerika Serikat Menuju Resesi 6 Hingga 9 Bulan Mendatang
Merdeka.com - Kepala Eksekutif Bank terbesar di Amerika Serikat (AS), Jamie Dimon memperingatkan bahwa kemungkinan Amerika Serikat dan ekonomi global masuk ke dalam resesi pada pertengahan tahun depan.
Kendari demikian, dia menjelaskan ekonomi AS sebenarnya masih baik-baik saja saat ini dan konsumen kemungkinan akan berada dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan krisis keuangan global tahun 2008.
"Tetapi Anda tidak dapat berbicara tentang ekonomi tanpa membicarakan hal-hal di masa depan dan ini adalah hal yang serius," ujar Dimon, dikutip dari CNBC, Selasa (11/10).
Dimon menyebut hal tersebut dikarenakan oleh beberapa indikator, yakni inflasi yang tidak terkendali, suku bunga naik lebih dari yang diharapkan, efek pengetatan kuantitatif yang tidak diketahui dan peran Rusia dan Ukraina.
"Ini adalah hal-hal yang sangat, sangat serius yang menurut saya kemungkinan akan mendorong AS dan dunia - maksud saya, Eropa sudah dalam resesi - dan mereka kemungkinan akan menempatkan AS dalam semacam resesi enam hingga sembilan bulan dari sekarang," jelas dia.
Berapa Lama Resesi Berlangsung
Dimon menyampaikan, dia tidak bisa memastikan berapa lama resesi di AS akan berlangsung, menambahkan bahwa pelaku pasar harus menilai berbagai hasil sebagai gantinya.
"Ini bisa berubah dari sangat ringan hingga cukup sulit dan banyak yang akan bergantung pada apa yang terjadi dengan perang ini. Jadi, saya pikir menebak itu sulit, bersiaplah," terangnya.
Dimon mengatakan, satu-satunya jaminan yang bisa dia yakini adalah pasar yang bergejolak. Dia juga memperingatkan bahwa ini bisa bertepatan dengan kondisi keuangan yang tidak teratur.
Dilain sisi, Presiden Federal Reserve Chicago Charles Evans mengatakan dia merasa khawatir tentang bank sentral AS yang bertindak terlalu jauh, terlalu cepat dalam upayanya untuk mengatasi tingkat inflasi yang tinggi.
The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar tiga perempat poin persentase bulan lalu, kenaikan ketiga berturut-turut sebesar itu. Pejabat Fed juga mengindikasikan mereka akan terus menaikkan suku bunga jauh di atas kisaran saat ini 3 persen hingga 3,25 persen.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
tetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Impor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Baca SelengkapnyaPadahal, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi semula.
Baca SelengkapnyaIni membuktikan bahwa respons kebijakan kenaikan BI rate maupun kenaikan suku bunga SRBI memang berhasil menarik masuk aliran modal asing.
Baca SelengkapnyaKemampuan fiskal negara masih relatif kuat. Rasio penerimaan pajak yang berada pada level 10,2 persen pada 2023 juga masih mungkin untuk didongkrak ke depan.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca Selengkapnya