Setengah Negara Miskin Dunia Terancam Bangkrut Imbas Pandemi dan Perang Rusia-Ukraina
Merdeka.com - Dunia menghadapi kondisi yang sulit setelah dua tahun melewati pandemi Covid-19. Dalam laporan Global Crisis Respons Group (GCRG), hari ini, 60 persen pekerja memiliki pendapatan riil yang lebih rendah daripada sebelum pandemi.
"Selain itu, 60 persen dari negara-negara termiskin berada dalam kesulitan utang atau tinggi risiko. Negara berkembang kehilangan USD1,2 triliun per tahun untuk mengisi kesenjangan perlindungan sosial," demikian dikutip laporan tersebut, Jakarta, Jumat (10/6).
Laporan tersebut melanjutkan, dibutuhkan USD4,3 triliun per tahun atau lebih banyak uang dari sebelumnya untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Kemampuan negara dan orang untuk menangani kesulitan keuangan semakin menipis.
Pandemi kemudian diikuti dengan perang Rusia-Ukraina yang membuat prospek pertumbuhan rata-rata global telah direvisi ke bawah. Beberapa negara menyatakan keseimbangan fiskal telah memburuk, dan rata-rata rumah tangga telah kehilangan 1,5 persen secara nyata pendapatan karena kenaikan harga jagung dan gandum.
Semakin Banyak Kelaparan
Di seluruh dunia, lebih banyak orang telah menghadapi kondisi seperti kelaparan. Menurut catatan, semakin banyak orang menghadapi keadaan darurat kelaparan yang parah.
"Ini yang tersisa dampak pandemi, ditambah dengan perang di Ukraina dan dampak perubahan iklim, adalah kemungkinan untuk lebih meningkatkan lagi jajaran miskin," tulis GCRG dalam laporannya.
Kemiskinan berpotensi meningkat seiring dengan meningkatnya kerentanan kemampuan, terutama bagi perempuan dan anak perempuan. Negara dengan kapasitas terbatas adalah negara yang paling terpengaruh atas krisis biaya hidup yang menghantui.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca SelengkapnyaKeduanya membahas tentang situasi dan kondisi dunia saat ini, termasuk kepada masalah ekonomi dan keamanan negara.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan kondisi ini disebabkan ketidakpastiaan ekonomo dan konflik geopolitik yang tak kunjung usai.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca SelengkapnyaKesenjangan ekonomi semakin terasa saat ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaAlasannya karena gaji pekerja di Singapura lebih tinggi dibandingkan pekerja di Indonesia.
Baca SelengkapnyaHari Penyakit Langka Sedunia adalah sebuah gerakan global yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan advokasi tentang penyakit langka.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi bahkan melawat langsung untuk mendorong perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
Baca SelengkapnyaBank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.
Baca Selengkapnya