Sandiaga Sayangkan Pemanfaatan Energi Terbarukan di Indonesia Masih Rendah
Merdeka.com - Pengusaha Sandiaga Uno menyayangkan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia angkanya masih rendah yakni baru sekitar 9,4 giga watt atau 12,5 persen dari total pembangkit listrik nasional. Padahal Indonesia sendiri memiliki potensi sumber daya energi terbarukan yang cukup besar.
"Kita punya potensi sumber daya energi terbarukan mencapai 405.000 mega watt tapi belum optimal. Kapasitas terpasang baru 7.783 mega watt," kata Sandiaga saat ditemui di Jiexkpo Jakarta, Jumat (8/11).
Dari kapasitas yang sudah terpasang itu, PLTA menjadi sumber daya energi terbarukan terbesar di Indonesia. Pada tahun 2018, hidro menyumbang 6,9 persen dari total pembangkit listrik nasional dengan kapasitas 5.397 MW. Proyek-proyek landmark meliputi Merangin 350 MW, Batang Toru 510 MW, dan Semangka 56 MW.
Kemudian, panas bumi pada tahun 2017, PLTP menyumbang 5,4 persen dari total pembangkit listrik nasional dengan kapasitas 2.018 MW. Proyek-proyek landmark meliputi Sarulla 330 MW, Wayang Windu 227 MW, Rantau Dedap 98,4 MW.
Sementara untuk tenaga surya PLTS hanya menyumbang kurang dari 0,1 persen dari total generasi nasional dengan kapasitas 109 MW. Proyek-proyek landmark meliputi Minahasa 21 MW (2) dan Lombok 3x7 MW.
Sedangkan terakhir potensi energi bayu dianggap terbatas sebelumnya di Indonesia dikarenakan kurangnya data angin yang spesifik. Namun, terjadi perubahan dengan keberhasilan proyek angin skala besar yaitu Sidrap 75 MW dan Jeneponto 72 MW.
Lokasi-lokasi tertentu di Indonesia memiliki potensi besar dengan kecepatan angin. "Yang belum terlalu dibicarakan dan dikembangkan adalah surya dan bioenergi," kata dia.
Faktor Penghambat
Di samping itu, Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu menambahkan ada beberapa persoalan menghambat Indonesia untuk sepenuhnya bisa memanfaatkan potensi sumber daya energi terbarukan. Salah satunya adalah permintaan daya yang rendah di daerah di mana sumber daya terbarukan tertinggi.
Tak sampai di situ, untuk memanfaatkan potensi sumber daya energi terbarukan juga memerlukan peningkatan transmisi atau smart gird untuk menangani daya intermittent. "Kemudian terakhir pengalaman teknis dan komersil yang terbatas di PLN untuk pengadaan energi terbarukan," tandas dia.
Konsistensi
Sandiaga mengatakan, pemerintah perlu bebenah untuk mengejar target energi terbarukan tersebut. Paling tidak, konsistensi terhadap regulasi harus jelas.
Dia menilai, kebijakan yang dilahirkan pemerintah kerapkali berubah. Itu terjadi tidak hanya di satu kementerian, namun di kementerian lainnya pun demikian.
"Regulasinya ini saya tidak mau melihat ke belakang tapi saya mau liat ke depan kesempatan pemerintah baru dengan menteri yang baru mandat baru dari Presiden Jokowi 5 tahun ke depan," kata Sandi saat ditemui di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (8/11).
Dia berharap, dengan pemerintahan yang baru terbentuk, maka segala bentuk regulasi yang utamanya untuk mendorong peningkatan sumber energi terbarukan harus sudah sesuai. Jangan sampai, ke depan ada perubahan-perubahan yang pada akhirnya akan menghambat target tersebut
"2025 tinggal 6 tahun, dan kalau ingin mencapai 23 persen harus out of the box gak bisa business as usual. Dan regulasi itu harus fix," jelas dia.
Kemudian hal lain yang perlu didorong untuk mencapai target tersebut adalah masalah insentif. Dia menginginkan, agar pemerintah memberikan tambahan insentif fiskal dan non fiskal untuk tarif penggunaan energi baru dan terbarukan.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah seharusnya mengevaluasi faktor penyebab kegagalan pencapaian target investasi energi terbarukan selama ini.
Baca SelengkapnyaSumber-sumber energi terbarukan membutuhkan pendanaan besar.
Baca SelengkapnyaFokus pemerintah dalam percepatan transisi energi Indonesia masih mengarah pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertamina Patra Niaga kini mempersiapkan diri untuk memenuhi lonjakan konsumsi energi saat Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaJika pengembangan lapangan migas terus tertunda, maka diperkirakan di tahun 2042, Indonesia akan menjadi negara pengimpor net migas.
Baca SelengkapnyaUNDP berkomitmen untuk memperdalam kolaborasi dan memperluas partisipasi dalam mencapai kemajuan di bidang energi dan pembangunan.
Baca SelengkapnyaPerdana, Indonesia punya SBPU Hidrogen Hijau pertama untuk pengisian energi bagi kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaUntuk melistriki wilayah Maluku membutuhkan perjuangan yang berat, sebab harus menghadapi kondisi alam yang menantang.
Baca SelengkapnyaSandiaga ingin semakin banyak industri kreatif bermunculan guna membuka lapangan kerja
Baca Selengkapnya