Rupiah Menguat Dibayangi Proyeksi Kebijakan Agresif The Fed
Merdeka.com - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bergerak menguat di perdagangan hari ini, Rabu (23/3). Rupiah dibuka di Rp14.342 per USD, atau menguat tipis dibanding penutupan di perdagangan sebelumnya di Rp14.348 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah masih menguat usai pembukaan ke Rp14.337 per USD. Namun, Rupiah sempat melemah ke Rp14.347, kemudian menguat lagi dan saat ini berada di Rp14.342 per USD.
Analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya mengatakan, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menguat dibayangi proyeksi kebijakan agresif bank sentral Amerika Serikat The Fed.
"Pergerakan hari ini masih cenderung dipengaruhi oleh sentimen global, terutama berlanjutnya kenaikan imbal hasil US treasury, yang kemarin sempat diperdagangkan mencapai level tertinggi sejak Mei 2019," kata Rully di Jakarta, dikutip Antara, Rabu (23/3).
Menurut Rully, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dipengaruhi oleh proyeksi kebijakan The Fed yang lebih agresif. "Hal ini juga berdampak kepada pergerakan yield SBN, dan kenaikan yield SBN biasanya memiliki korelasi signifikan terhadap nilai tukar," ujar Rully.
Dari dalam negeri, sebenernya cukup positif, dengan prospek ekonomi yang baik dan kebijakan pemerintah yang masih akomodatif, serta masih baiknya neraca perdagangan. "Namun memang masih tidak dapat menahan sentimen negatif global, khususnya kenaikan yield US treasuries," imbuhnya.
Rully memperkirakan rupiah berpotensi tertekan hari ini. Rupiah diproyeksikan bergerak di kisaran Rp14.325 per USD hingga Rp14.377 per USD.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah harus melakukan intervensi agar rupiah tidak semakin terpuruk.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaMengutip data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperdagangkan di level Rp16.255 per USD pada Senin (29/4).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
tetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca SelengkapnyaHal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaPerry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaUtang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca SelengkapnyaNilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca Selengkapnya