Rupiah Melemah Imbas Suku Bunga The Fed Naik, ini Dampak ke Masyarakat
Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi masih bergerak melemah. Hal ini usai berbagai bank sentral dunia mengikuti jejak suku bunga The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) naik.
Rupiah pagi ini bergerak melemah 56 poin atau 0,37 persen ke posisi Rp14.824 dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.768 per USD.
"Setelah Fed, kemarin Bank Sentral Inggris (BoE) dan Bank Sentral Swiss (SNB) juga menaikkan suku bunga acuannya. Kemungkinan bank-bank sentral dunia lainnya akan mengikuti," ujar pengamat pasar uang Ariston Tjendra seperti dikutip dari Antara, Jumat (17/6).
Pada Kamis (16/6), rupiah ditutup melemah 23 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp14.768 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.745 per USD.
Pembaca merdeka tentu bertanya apa dampaknya untuk kita masyarakat saat Rupiah melemah?
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengatakan, pelemahan nilai tukar Rupiah membuat harga bahan baku dan barang modal beberapa pengusaha yang berasal dari impor mengalami peningkatan. Imbasnya produk yang dijual ke masyarakat turut makin mahal.
Sementara, barang impor di Indonesia bagaikan banjir bandang. Mulai dari kebutuhan ujung rambut, kaki sampai perut ada produk impor.
Seperti salah satu contohnya produk tahu tempe akan mengalami kenaikan. Sebab, bahan baku kedelai masih mengandalkan impor.
Perajin tahu dan tempe terpaksa mengurangi ukuran untuk bisa bertahan produksi disebabkan kenaikan harga bahan baku utama tahu tempe tersebut. Ini kemudian mempengaruhi keuntungan yang bisa diraup perajin dan pedagang.
"Sejak beberapa hari terakhir nilai tukar Rupiah terus melemah terhadap USD hingga tembus Rp 14.900 per USD, sehingga mempengaruhi harga bahan baku tahu tempe kedelai impor," kata Herman perajin tahu tempe di Kelurahan Karangpawitan, Karawang.
Rp18,66 T Dana Asing Kabur dari Indonesia per 31 Maret 2022
Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global berdampak pada aliran modal asing ke pasar domestik. Di mana investasi portofolio hingga kuartal I 2022 mengalami net outflow sebesar USD1,3 miliar atau setara Rp 18,6 triliun (asumsi Rp Rp 14.359 per USD).
"Tekanan net outflow bila dibandingkan dengan emerging market lainnya yang juga alami net outflow masih lebih rendah atau lebih baik," katanya dalam konferensi pers, Jakarta.
Sementara itu, cadangan devisa Indonesia berada pada tingkat yang tinggi capai USD 139,1 miliar. Hal ini setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7 bulan impor dan pembiayaan utang luar negeri pemerintah.
"Standar ini berada di atas standar kecukupan internasional sekitar dihitung 3 bulan impor. Jadi lebih dari dua kali lipat dari standar kecukupan internasional," jelasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca Selengkapnyatetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca SelengkapnyaPemerintah harus melakukan intervensi agar rupiah tidak semakin terpuruk.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca SelengkapnyaHal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaThe Fed diperkirakan tak akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat yang menjadi harapan banyak pihak.
Baca SelengkapnyaUtang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca Selengkapnya