RCTI raup pendapatan iklan terbesar kuartal I mencapai Rp 2,03 T
Merdeka.com - Wajah marketing iklan di media televisi tetap menarik. Selama tiga bulan (kuartal) pertama 2015, RCTI menguasai pasar dengan total pendapatan kotor sekitar Rp 2,03 triliun, disusul SCTV dengan pendapatan sekitar Rp 1,99 triliun, sedangkan tempat ketiga MNCTV dengan nilai sekitar Rp 1,59 triliun.
Dari sisi sebaran, tidak ada yang secara dominan menguasai pasar. Diantara 13 stasiun televisi terestrial, telah menghasilkan pendapatan kotor mencapai Rp 13,5 triliun. RCTI mendapat kue iklan sebesar 14,85 persen, tak beda jauh dengan SCTV sebesar 14,71 persen, sedang ketiga MNC TV mendapat porsi 11,69 persen. ANTV nomor empat dengan 11,09 persen dan di nomor lima Indosiar 10,21 persen.
Untuk brand yang melakukan investasi (spending) terbesar, tercatat Sampoerna Mild dengan spending sekitar Rp 223,8 miliar, diikuti Pond’s Acne Clear sebesar Rp 192,8 miliar, dan ketiga oleh susu Frisian Flag senilai Rp 187,6 miliar. Posisi keempat adalah Mie Sedaap Rp 157,8 miliar, dan Dettol sebesar Rp 121,7 miliar di nomor lima.
Sampoerna mulai menggelontorkan dana belanja iklan besar di dua bulan terakhir (Februari – Maret), di mana pada Januari mereka hanya mencatatkan belanja Rp 29 miliar atau sekitar 12 persen dari total. Brand Mie Sedaap dan Frisian Flag menjadi yang konsisten masuk 10 besar selama kuartal pertama ini.
Meski brand rokok menduduki posisi paling tinggi belanjanya, namun justru lini industri personal care seperti perawatan tubuh dan rambut menduduki posisi teratas dengan belanja total mencapai Rp 2,6 triliun. Kedua household (FMCG jenis tisu, obat nyamuk, penyegar dll) senilai Rp 1,01 triliun, dan industri otomotif di tempat ketiga dengan total belanja sekitar Rp 441,5 miliar, tempat keempat industri telekomunikasi dan kelima komputer dan gadget.
Perlu diketahui belanja iklan televisi berupa TVC di 13 televisi terestrial utama senilai Rp 13,5 triliun tidak termasuk televisi daerah dan digital. Ke-13 stasiun televisi utama tersebut, selama ini merupakan penguasa sekitar 70-80 persen pasar iklan televisi nasional.
Diperkirakan maksimal total seluruh televisi di Indonesia di kuartal pertama ini sekitar Rp 17 triliun. Nilai tersebut relatif sama dengan belanja iklan seluruh televisi pada periode sama tahun lalu.
Demikian hasil riset yang dilakukan oleh AdsTensity (www.adstensity.com) selama kuartal pertama terhadap iklan tv komersial (TVC) yang memakai frekuensi publik (terestrial). Adstensity melakukan perekaman seluruh iklan televisi di 13 stasiun utama (mianstream) antara lain RCTI, SCTV, Indosiar, MNC TV, Trans TV, Trans7, Global TV, MetroTV, TVOne, ANTV, KompasTV, TV Net, dan TVRI.
Dari seluruh iklan tersebut dicatat volumenya dan harganya sesuai dengan yang dipublikasikan (publish rate). Sehingga nilai yang ada adalah brutto karena tidak diketahui diskon yang hanya terlibat antara brand dan pemilik station. Kecuali itu juga tidak termasuk iklan televisi dalam bentuk running text, super imposse, atau blocking time (slot).
Untuk program acara yang paling banyak menyedot brand untuk memasang iklan TVC adalah program Sinetron SCTV di peringkat teratas dengan pendapatan sekitar Rp 706 miliar pada kuartal pertama 2015, tempat kedua Layar Drama Indonesia (RCTI) senilai Rp 647,6 miliar, ketiga Animasi Spesial (MNC TV) senilai Rp 507,5 miliar, diikuti Diterong Show (Indosiar) Rp 302,4 miliar dan Big Movies Platinum (Global TV) Rp 228,18 miliar.
Aplikasi AdEx (advertising expenditure) dengan model riset komersial yang dijalankan Adtensity tersebut berfungsi untuk mengetahui pergerakan iklan secara real time selama 24 jam sehari. Dari data Adstensity diketahui juga sebaran belanja iklan apa saja yang dilakukan oleh setiap brand. Selain itu, acara apa saja yang dilakukan oleh station televisi yang paling banyak mendapatkan iklan bisa didapatkan dari aplikasi tersebut.
AdsTensity adalah aplikasi untuk membaca pergerakan iklan secara kuantitatif di seluruh televisi, baik di terestrial, digital, maupun streaming. Dalam pengembangan phase pertama masih dikenakan untuk free to air televisi station utama di Indonesia. Sementara beberapa customer sudah melakukan untuk televisi utama juga.
"Dengan demikian, para pemilik brand dalam berbelanja, akan bisa mengukur ROI secara lebih bagus, dengan membandingkan nilai investasi dengan rating yang dihasilkan selama ini," kata Direktur Sigi Kaca Pariwara, Sapto Anggoro, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (7/4).
AdsTensity merupakan produk dari PT Sigi Kaca Pariwara yang berfokus di data riset komersial iklan komersial. PT Sigi Kaca Pariwara merupakan anak perusahaan dari kelompok usaha data media mining PT Binokular Media Utama yang berdiri sejak 2010 dan saat ini membantu sedikitnya 90 perusahaan nasional, multinasional, BUMN, dan instansi pemerintah dalam upaya melakukan improvement kinerja komunikasi perusahaannya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rencana aturan tersebut dapat merugikan industri media digital yang tengah kena disrupsi tiada henti.
Baca SelengkapnyaIa merupakan salah satu tokoh militer Indonesia yang dipercaya jadi komisaris televisi nasional hingga perusahaan perabot rumah tangga.
Baca SelengkapnyaPeredaran rokok perlu dikendalikan di tingkat masyarakat selaku konsumen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pasangan calon nomor urut 02 sudah diketahui publik memiliki pendanaan cukup besar selama melakukan kampanye.
Baca SelengkapnyaMeski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaCapaian laba ini ditopang oleh peningkatan pendapatan domestik mencatat sebesar 24,7 persen.
Baca SelengkapnyaSempat ditipu hingga ratusan juta, pengusaha bawang goreng satu ini justru makin sukses dengan penghasilan mencapai ratusan juta.
Baca SelengkapnyaBawaslu menyelidiki dugaan pelanggaran kampanye Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming terkait iklan 'nomor urut dua' di videotron Pospol Semanggi.
Baca SelengkapnyaData kecelakaan lalu lintas pada hari Minggu, 7 April 2024 sebanyak 213 Kejadian
Baca Selengkapnya