Plus Minus Dampak Kenaikan Harga Komoditas Dunia pada Indonesia
Merdeka.com - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menilai, kenaikan harga komoditas seperti minyak goreng dan daging justru memberikan kekuatan tersendiri bagi penerimaan negara. Sehingga defisit APBN tahun ini bisa lebih terpangkas.
Kendati begitu, dia tak memungkiri, lonjakan harga saat ini secara jangka pendek justru berdampak pada kenaikan harga seperti di sektor energi. Sehingga turut membuat pemerintah mengeluarkan kocek lebih untuk memberi subsidi.
"Kalau harga komoditas masih tinggi? Tentunya itu akan berdampak pada harga energi. Sekarang kan banyak administered price. Ada BBM, listrik, dan gas LPG," ujar Febrio dalam sesi jumpa media secara virtual, Jumat (13/5).
Namun kembali lagi, dia mengatakan, prioritas pemerintah adalah pertumbuhan ekonomi yang dinilai sangat penting untuk menjaga daya beli masyarakat.
"Dengan konteks prioritas tersebut, APBN bertindak sebagai shock absorber. Kenapa kita yakin bisa lakukan, selain punya prioritas tadi, kita punya modal. Dengan commodity price meningkat, penerimaan negara meningkat," ungkapnya.
"Sehingga shock absorber bisa berfungsi efektif, meski challenge untuk tahun ini memang berat," sambung Febrio.
Pemerintah Telah Berhitung Kekuatan APBN
Febrio memastikan, pemerintah sudah punya perhitungan untuk menanggung berapapun kenaikan harga komoditas yang terjadi. Dia menegaskan, APBN bukan hanya cukup kuat menanggung, tapi bahkan akan menurunkan defisit anggaran.
"Pertumbuhan ekonomi terjaga, daya beli masyarakat terjaga, APBN akan absorb shock tersebut. Tapi APBN bisa lebih sehat tahun ini, bisa lebih sehat dari tahun lalu (2021) malah," pungkas dia.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu KencanaSumber: Liputan6.com
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaPerhitungan asumsi dolar dalam perhitungan biaya Bulog menggunakan asumsi dasar Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Baca SelengkapnyaData pertumbuhan ekonomi ini melemahkan harga minyak di awal sesi, namun para pedagang menyadari pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Padahal Pemerintah gencar membagikan bantuan sosial (bansos) pangan berupa beras.
Baca SelengkapnyaJokowi mengaku sudah memerintahkan Direktur Utama Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mencari beras dengan harga murah.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaPemerintah sedang mencari formula terkait kenaikan harga beras di pasaran.
Baca SelengkapnyaKomoditas ini dianggap sebagai komoditas pangan bergejolak sehingga sangat berpengaruh terhadap inflasi pangan.
Baca SelengkapnyaJokowi selalu menekankan kepada para petani agar meningkatkan produktivitas padi.
Baca Selengkapnya