Pengusaha Teknologi Informasi Mulai Khawatir Pelemahan Nilai Tukar Rupiah
Merdeka.com - Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (APTIKNAS) mengakui dampak pelemahan nilai Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpengaruh besar terhadap kelangsungan industri. Mengingat, sebagian bahan baku yang dipakai pada produk Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) masih didatangkan dari luar.
Ketua Umum APTIKNAS, Soegiharto Santoso mengatakan, posisi Rupiah di kisaran Rp16.000 per USD memang membuat pelaku usaha khawatir. Apalagi kondisi ini juga tidak lepas dari pengaruh adanya virus corona yang kini sudah menjadi pandemi internasional.
"Kurang lebih (dampaknya) seperti tahun lalu. Cuma ini lebih mengkhawatirkan ya. Karena virus corona juga," kata dia saat dihubungi merdeka.com, Senin (23/3).
Kendati begitu, dirinya mengaku sudah teruji melewati kondisi pelemahan terjadi saat ini. Terlebih, kondisi itu pernah dirasakan sebelum-sebelumnya saat terjadi krisis 1998 dan juga 2008 lalu.
"Sebagiannya kita sudah sangat teruji naik pun juga kita bisa mengayun lah bisa strateginya langsung naik (harga penjualannya) atau kita mengikuti habisin stok dan lain sebagiannya," kata dia.
Bergantung Pada China
Dia menambahkan, pelaku usaha sendiri sebagian besar masih bergantung pada China. Sebab, beberapa komponen industri TIK tidak diproduksi di dalam negeri, sehingga memutuskan untuk impor dari negeri Tirai Bambu tersebut.
"Pembelian memang sebagian besar sudah pasti dari China, Hong Kong, Thailand, Singapura dan Malaysia. Mayorotas dari China produksinya di sana," tandas dia.
Seperti diketahui, Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang ditransaksikan antar-bank di Jakarta pada awal pekan kembali tertekan menembus level Rp16.500 per USD. Pada pukul 09.53 WIB, rupiah bergerak melemah 590 poin atau 3,7 persen menjadi Rp16.550 per USD dari sebelumnya Rp15.960 per USD.
"Rupiah kemungkinan bisa tertekan lagi hari ini mengikuti sentimen negatif yang membayangi pergerakan aset berisiko pagi ini seperti indeks saham futures AS, indeks saham Australia, Nikkei (Jepang) dan Kospi (Korea Selatan) yang bergerak negatif serta sebagian mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures di Jakarta, dikutip Antara, Senin (23/3).
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaAnies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19
Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca SelengkapnyaDi Depan Petinggi TNI, Jokowi Curhat Sulitnya Cari Pasokan Beras ke Luar Negeri
Jokowi mengatakan kondisi ini disebabkan ketidakpastiaan ekonomo dan konflik geopolitik yang tak kunjung usai.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sosok Pendiri Toko Daiso, Meninggal Dunia Usia 80 Tahun dan Tinggalkan Kekayaan Rp29,7 Triliun
Yano meninggalkan kekayaan sebesar USD1,9 miliar setara dengan Rp29,7 Triliun lebih, menurut Indeks Milliarder Bloomberg.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto Sebut Rasio Utang Indonesia Terendah di Dunia, Cek Dulu Datanya
Di Asia, China menempati posisi rasio utang terhadap PDB yang tertinggi mencapai 77,10 persen.
Baca SelengkapnyaJokowi Akui Banyak Pelaku Bisnis Khawatir Politik Indonesia Panas Jelang Pemilu 2024
Jokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaPenerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun
Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.
Baca SelengkapnyaJokowi: Di Tengah Krisis Dunia Bertubi-tubi, Perekonomian Kita Cukup Kokoh
Dalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Baca SelengkapnyaJokowi Serahkan Bantuan Pangan di Maros
Bantuan tersebut sebagai upaya menghadapi kenaikan harga beras.
Baca Selengkapnya